Menuju konten utama

Masyarakat Jadi Garda Terdepan Lawan Covid-19, Kata BP IDI

"Untuk menerapkan protokol kesehatan, seluruh elemen masyarakat harus jadi garda terdepan, bukan hanya pemerintah atau petugas kesehatan saja."

Masyarakat Jadi Garda Terdepan Lawan Covid-19, Kata BP IDI
Ilustrasi mencuci tangan. ANTARA FOTO/Arif Firmansyah/NZ

tirto.id - Masyarakat harus tetap menjadi garda terdepan dalam melawan pandemi Covid-19 di Indonesia, menurut Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) dr Daeng Mohammad Faqih.

Menurutnya, garda terdepan ini adalah dalam penerapan protokol kesehatan yang menjadi salah satu cara mencegah penyebaran Covid-19.

"Untuk menerapkan protokol kesehatan, seluruh elemen masyarakat harus jadi garda terdepan, bukan hanya pemerintah, Satgas atau petugas kesehatan saja," kata dia.

Protokol Kesehatan:

- Memakai masker;

- Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir;

- Menjaga jarak dan menghindari kerumunan.

Sementara tenaga kesehatan yakni dokter, perawat, apoteker, bidan dan sebagainya merupakan garda terdepan dalam hal pelayanan kesehatan. Mereka berperan untuk testing (pengujian) tracing (pelacakan) dan treatment (penanganan).

Daeng mengatakan selama ini banyak orang hanya melihat dokter, perawat atau bidan saja sebagai garda terdepan dalam melayani pasien Covid-19. Padahal, banyak sekali tenaga kesehatan yang ikut berjuang namun jarang terlihat.

Di antaranya ada tenaga radiologi, pemeriksa laboratorium, pemberi nutrisi bagi pasien Covid-19 yang sedang dirawat, tenaga kebersihan ruang isolasi hingga orang yang bertugas membersihkan sampah-sampah medis merupakan garda terdepan dalam melawan pandemi Covid-19.

Senada dengan itu, salah seorang perawat di RSPI Jakarta, Anita mengatakan pada saat pertama kali Presiden Jokowi mengumumkan pasien Covid-19 di awal Maret 2020, sontak hal itu menimbulkan kekhawatiran baginya.

"Ada rasa khawatir di dalam diri," ujar dia.

Sebagai seorang perawat, Anita mengaku sering mendengarkan curahan hati para pasien Covid-19 yang sedang dirawat. Pada umumnya mereka stres karena merasa diasingkan oleh lingkungan.

"Beban pikiran mereka bertambah karena tidak bisa dibezuk oleh anggota keluarga," ujarnya.

Sebagai seorang perawat di RSPI, ia mengaku sering melihat pasien-pasien yang berjuang keras melawan penyakit tersebut. Bahkan, tak jarang menyaksikan langsung menurunnya kesehatan pasien hingga ke titik terburuk.

"Covid-19 itu sangat jahat. Kita tidak boleh bermain-main dengan virus ini," katanya.

----------

Artikel ini diterbitkan atas kerja sama Tirto.id dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)

Baca juga artikel terkait KAMPANYE COVID-19 atau tulisan lainnya dari Yantina Debora

tirto.id - Kesehatan
Penulis: Yantina Debora
Editor: Agung DH