tirto.id - Massa aksi di depan Gedung Mahkamah Konstitusi (MK), Kamis (22/8/2024) mulai membubarkan diri. Mereka telah menyuarakan berbagai pandangannya atas putusan mengenai pilkada yang dikesampingkan oleh DPR.
Hingga akhir aksi tersebut, sekitar 200 orang turut serta dengan mengenakan pakaian hitam. Mereka juga membawakan bunga mawar merah sebagai bentuk duka cita.
Salah satu orator dalam aksi demo itu pun menyuarakan bahwa setelah ini, massa aksi akan ke berpindah ke depan Gedung DPR RI untuk bergabung bersama peserta demo lainnya.
Sebelum mereka pergi dari Gedung MK, perwakilan massa aksi yang berjumlah 20 orang berhasil masuk menemui Juru Bicara MK, Fajar Mukti Laksono, dan Yuliandri selaku perwakilan Majelis Kehormatan MK (MKMK).
Secara resmi perwakilan yang terdiri dari Goenawan Mohamad, Wanda Hamidah, dan sejumlah mahasiswa menyampaikan aspirasi mereka.
“Keadaan sedang genting. Saya bahagia bisa ada di sini. Maaf saya enggak bisa ngomong, karena emosi saya,” ujar Goenawan Mohamad mewakili peserta aksi sambil menangis, Kamis (22/8/2024).
Menurut Goenawan, dia sangat menahan diri menghadapi semua yang terjadi ini. Dia pun mengaku bingung harus mengadu kepada siapa.
“Kalau saya tidak menahan diri, saya bilang kita revolusi saja. Tapi saya tahu karena ongkosnya banyak dan enggak tahu tagihannya kepada siapa,” ucap dia.
Bagi Goenawan, kondisi demokrasi saat ini sudah sangat keterlaluan. Dia bahkan berpandangan bahwa jika memungkinkan, harus ada tindakan ekstrim.
“Tapi, keadaan sudah keterlaluan. Sebetulnya DPR yang sudah membangkangi konstitusi harus dibubarkan,” ungkap dia.
Penulis: Ayu Mumpuni
Editor: Bayu Septianto