tirto.id - Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) kembali menggelar acara Indonesian Development Forum (IDF) 2019 dengan mengusung tema Mission Possible: Seizing the Opportunities of Future Work to Drive Inclusive Growth. Forum ini digelar untuk mencari solusi atas tantangan pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM).
Chief of Marketing MAPAN Mahpudz Effendi yang menjadi pembicara dalam forum tersebut menyampaikan bahwa upaya pemerintah untuk meningkatkan pertumbuhan SDM dalam bidang ekonomi harus didukung.
“Untuk memulainya, MAPAN percaya bahwa setiap individu juga bisa ikut berkontribusi untuk perekonomian keluarganya," kata Mahpudz Effendi dalam rilis yang diterima Tirto, Rabu (24/7/2019).
Effendi menambahkan, dengan memperkenalkan sistem arisan, seluruh anggota kami jadi punya kesempatan yang sama untuk belajar mengelola kebutuhan sebagai landasan pertama untuk mencapai inklusi finansial.
Tahun ini, jaringan arisan Indonesia, MAPAN, perusahaan yang memiliki misi untuk meningkatkan akses, derajat, dan pendapatan masyarakat berkesempatan untuk berpartisipasi dalam sesi Pasar Ide dan Inovasi (IDEAS).
Melalui sistem Arisan yang diperkenalkan MAPAN, terbukti 3 Juta masyarakat Indonesia mampu memenuhi kebutuhannya dengan melakukan perencanaan keuangan yang didasarkan pada edukasi, perubahan perilaku, dan dukungan komunitas.
Hasil riset internal MAPAN terhadap anggotanya mendapatkan temuan menarik, salah satunya mengenai pengeluaran anggotanya di mana 50 persen anggota masih melihat uang hanya sebagai spending tool dan hanya 10 persen dari mereka yang memiliki rekening bank.
Selebihnya, masih menyimpan uang di bawah bantal, celengan di rumah, menabung di sekolah, hingga menabung di pengajian karena alasan kenyamanan dan kemudahan untuk mengambil uang tersebut saat dibutuhkan.
Berangkat dari data tersebut, MAPAN menerapkan 3 kunci utama yang digunakan dalam menjembatani inklusi finansial, yaitu memberikan pengetahuan yang relevan, sedikit demi sedikit mengubah kebiasaan masyarakat, dan terakhir mendorong masyarakat untuk melakukannya bersama melalui dukungan komunitas yang kuat.
“Dari sana, awal Arisan MAPAN dibentuk sangat sederhana; bagaimana dengan arisan bisa merencanakan pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan dan belajar lebih mengenal cara mengelola keuangan hingga nantinya punya akses ke produk-produk keuangan,” jelas Mahpudz.
Untuk terus mendukung produktivitas masyarakat dan memperluas dampak sosial di masyarakat, MAPAN tidak hanya mengajarkan cara mengelola keuangan, tapi juga mengajak 3 juta anggotanya untuk memulai usaha rumahan yang dengan barang-barang Arisan MAPAN.
Saat ini, 1 dari 10 anggota MAPAN juga membeli peralatan untuk mendukung usaha rumahan yang perlahan mereka rintis, mulai dari peralatan masak hingga peralatan menjahit.
Sehingga dengan meningkatnya penghasilan anggota, mereka juga dapat mulai memanfaatkan layanan keuangan lainnya.
“Kami juga melihat potensi besar yang dimiliki anggota Arisan MAPAN dengan melihat data bahwa 60 persen Ketua Arisan kami merupakan bagian dari generasi millenial yang bisa dikatakan sangat cepat dalam mengadopsi teknologi. Lewat MAPAN, kami percaya teknologi bisa mempercepat perubahan menuju kesejahteraan masyarakat,” tutup Mahpudz.
Dalam konferensi internasional Bappenas yang ketiga ini, hadir perwakilan dari akademisi serta organisasi non-profit yaitu Universitas Trisakti, Asian Venture Philanthropy Network, dan United Nations Economic and Social Commissions for Asia and the Pacific, yang turut berbagi gagasan bertema Innovate Fostering Social Enterprise ini.
Penulis: Yandri Daniel Damaledo
Editor: Agung DH