Menuju konten utama

Manuver Ahmad Dhani Menjegal Ahok

Musisi Ahmad Dhani semakin gencar bermanuver menggalang dukungan guna menjegal Basuki Tjahaja Purnama terpilih kembali menjadi Gubernur DKI Jakarta. Termasuk melempar isu sensitif berbau SARA melalui akun Twitternya. Siapa berkepentingan dengan manuver pentolan Dewa 19 ini?

Manuver Ahmad Dhani Menjegal Ahok
Ketua Tim Penjaringan Calon Gubernur (Cagub) DKI Jakarta dari Partai Gerindra Syarief (kanan) berjabat tangan dengan musikus dan penyanyi Ahmad Dhani saat konsolidasi dan penjajakan pencalonan Ahmad Dhani sebagai Calon Gubernur DKI Jakarta di Jakarta, Rabu (17/2). [ANTARA FOTO/Reno Esnir/ama/16]

tirto.id - “Kalau akhirnya Ahok jadi gubernur, saya akan hijrah seperti Nabi Muhammad hijrah dulu. Sudah banyak dosa di Jakarta. Lebih baik saya pindah rumah, antara ke Bekasi atau Depok."

Itulah kalimat yang dilontarkan Dhani Ahmad Prasetyo alias Ahmad Dhani (44), musisi pentolan Dewa 19, untuk menunjukkan ketidaksukaannya kepada Gubernur Basuki Tjahaja Purnama. Dia rela meninggalkan rumahnya yang megah di kawasan elite Pondok Indah, Jakarta Selatan.

Memasuki Agustus 2016 atau sebulan menjelang penutupan pendaftaran calon gubernur melalui dukungan partai politik, Dhani semakin kencang bergerilya. Dia menggalang dukungan untuk mengganjal Ahok kembali terpilih menjadi gubernur melalui Pilkada DKI Jakarta pada 15 Februari tahun depan.

Dhani terlihat begitu membenci Ahok. Kedekatan Dhani dengan Prabowo Subianto diduga merupakan salah satu pemicunya. “Saya enggak suka sama Ahok (sejak) Mei 2014, saat Ahok menolak menjadi jurkam Prabowo. Dari situ saya mulai tahu, dia kurang ajar nih. Dia diangkat jadi wakil gubernur dibiayai Gerindra, tiba-tiba ketika Prabowo jadi calon presiden dia menolak," kata Dhani saat mengundang wartawan di rumahnya, di Jalan Pinang Emas VII, Pondok Indah, Jakarta Selatan, pada Selasa (9/8/2016).

Seminggu kemudian, tepatnya pada Senin (15/82016), Dhani mendeklarasikan Aliansi Masyarakat Jakarta Selatan (Amjas), yang menjadi wadah bagi warga Jakarta Selatan yang tak suka kepada Ahok. Turut bergabung dalam Amjas adalah sejumlah oramas Islam dan ormas warga Betawi, seperti Front Pembela Islam (FPI), Forum Betawi Rempug (FBR), atau Forum Komunikasi Anak Betawai (Forkabi). Dhani didaulat sebagai Panglima Amjas.

Pembentukan Amjas merupakan kelanjutan dari manuver Dhani mendeklarasikan “Orang Kita” yang bakal mengusung calon gubernur selain Ahok. Salah satu nama yang diusung tak lain Sandiaga Uno yang juga calon gubernur yang diusung Partai Gerindra.

Kedekatan Dhani dengan Gerindra dan Prabowo Subianto memang bisa menjadi alasan jika kini Dhani bermanuver menjegal Ahok. Jangan lupa, saat Pilpres 2014, Dhani menjadi juru kampanye bagi pasangan Prabowo-Hatta Rajasa. Munculnya video klip “Prabowo-Hatta” yang dijiplak mentah-mentah dari lagu “We Will Rock You” milik Queen menjadi bukti nyata. Penampilan Dhani dengan para juara Indonesian Idol 2014 itu sempat memunculkan tanggapan Brian May, gitaris Queen, yang menyatakan tak pernah ada izin “We Will Rock You” digubah untuk kampanye.

Manuvar-manuver tersebut memunculkan kecurigaan ada kekuatan besar di balik Dhani. Kecurigaan itu muncul karena berbagai manuver mengesankan dirinya memiliki banyak dana untuk menjegal Ahok. Sebut saja rencananya memasang 10 ribu spanduk yang isinya menolak kedatangan Ahok ke wilayah Jakarta Selatan. Jika satu spanduk seharga Rp100 ribu hingga Rp200 ribu, maka Dhani perlu merogoh kocek Rp1 miliar hingga Rp2 miliar untuk merealisasinya.

Lempar Isu SARA

Manuver Dhani tak berhenti di situ. Pada peringatan HUT RI ke-71, Rabu (17/82016), dia secara simbolis menggelar upacara di Kampung Akuarium, Pasar Ikan, Jakarta Utara. Kampung Akuarium sendiri tinggal puing setelah digusur oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk kepentingan membangun turap atau sheet pile guna menanggulangi air pasang.

Dhani tak sendiri. Dia didampingi aktivis Ratna Sarumpaet dan Ketua Konfederasi Serikat Pekerjaa Indonesia (KSPI) Said Iqbal. Tema peringatan yang mereka angkat, "Merdeka dari Kemiskinan, Penggusuran, Ketidakadilan Pemimpin yang Kejam".

"Tiga orang ini akan menggerus suaranya Ahok. Lihat muka-mukanya. Kami akan berusaha mati-matian sampai penghabisan supaya Ahok tidak lagi jadi gubernur. Kalau Jakarta Utara pasti menolak, pokoknya jangan Ahok," tegas Dhani.

Sejatinya, selain terus bermanuver menggalang dukungan buat menjegal Ahok, Dhani juga melakukan aksi melempar isu sensitif berbau SARA (Suku, Agama, Ras dan Antargolongan). Melalui akun Twitter pribadinya @ahmaddhaniprast, suami Mulan Jameela itu melontarkan isu-isu SARA menyerang Ahok. Salah satu contoh, cuitan Dhani pada 8 Agustus yang berbunyi,”Akhirnya Partai Islam bersatu... seperti yg saya bilang di bulan maret 2016... Mampus Lu Hok”.

Entahlah, mengapa Dhani begitu ringan membuat cuitan atau bahkan pernyataan terbuka bernada sensitif menyerang Ahok? Jika melihat sosok Dhani yang selama ini memang kontroversial, agaknya banyak yang kemudian maklum jika pria kelahiran Surabaya itu melakukannya.

Ahmad Dhani sendiri ketika dihubungi tirto.id untuk mengonfirmasi berbagai manuvernya, tak berkomentar panjang. “Oh soal itu. Kamu dari mana? Tirto.id? Ya sudah nanti saja ya, sekalian saya mau adain media visit. Gimana? Nanti kamu hubungi saya lagi,” katanya ketika dihubungi pada Minggu malam (21/8/2016).

Sebenarnya manuver Dhani bisa dibaca sebagai pemicu perlawanan dari kelompok antiAhok pada pertarungan besar Pilkada DKI Jakarta tahun depan. Mereka yang kontra Ahok, agaknya membutuhkan sosok kontroversial seperti Dhani untuk mulai melontarkan isu-isu sensitif ke masyarakat.

Sudah sejak lama para elite partai politik maupun tokoh masyarakat penentang Ahok menyadari betapa kuatnya elektabilitas mantan Bupati Belitung Timur tersebut. Untuk menghadapi Ahok yang super power, mereka menyadari tak boleh tercerai-berai. Mereka harus mengusung hanya satu sosok muslim untuk melawan Ahok. Jika mereka terpecah dan muncul dua calon pesaing petahana, sama saja memberi kemenangan cuma-cuma buat Ahok. Sebab, suara masyarakat yang tak suka Ahok bakal terpecah.

Jika skenario memunculkan satu sosok muslim buat melawan Ahok tercapai, maka terbuka kemungkinan kampanye Pilkada DKI Jakarta bakal diwarnai isu-isu berbau SARA guna menjatuhkan sang petahana. Ingat, bagaimana Jokowi yang muslim pun dihajar isu SARA oleh pihak lawan melalui tabloid “Obor Rakyat”, pada detik-detik rusial perhelatan Pilpres 2014. Meskipun pada akhirnya, isu sensitif terbukti tak ampuh buat menjatuhkan Jokowi.

Jadi apa yang kini dilakukan oleh Ahmad Dhani bisa disebut sebagai “pemanasan” menjelang pertarungan yang sesungguhnya pada kampanye mendatang. Hitung-hitung, para elite parpol penentang Ahok juga masih melakukan pendekatan dan kesepakatan untuk mencari sosok yang dianggap mampu dan kuat buat ditarungkan melawan Ahok.

Artinya, peran Ahmad Dhani saat ini menjadi penting untuk melakukan berbagai manuver menentang Ahok, termasuk melempar isu-isu sensitif untuk mulai mengusik warga Jakarta.

Akan efektifkah isu SARA dalam perhelatan pesta demokrasi di Jakarta yang penduduknya plural dan lebih melek politik di banding kota-kota lainnya di negeri ini?

Ray Rangkuti, pengamat politik yang juga pendiri Lingkar Madani, menilai, mereka yang menggunakan isu SARA dalam berpolitik justru sedang menunjukkan bahwa mereka baru belajar berpolitik.

“Itu mencitrakan bahwa dirimu belum mengerti makna demokrasi yang sesungguhnya. Demokrasi itu orang memilih bukan lagi alasan agama. Antipluralisme itu justru sesuatu yang bertentangan dengan spirit demokrasi,” kata alumni UIN Syarif Hidayatullah itu kepada tirto.id, pada Senin (22/8/2016).

Bagaimana Ahok bereaksi atas berbagai manuver Ahmad Dhani?

Ahok tampaknya tak terlalu serius menanggapi berbagai manuver Ahmad Dhani itu. Misalnya, saat Dhani dan Ratna Sarumpaet menggelar upacara HUT RI di bekas puing-puing Kampung Akuarium. "Harusnya mereka berterima kasih sama saya. Kalau tidak saya rubuhkan itu bangunan liar, tidak ada buat tempat upacara. Betul tidak," kata Ahok ringan.

Begitulah, perang yang sesungguhnya memang belum dimulai. Para penentang maupun Ahok sendiri tampaknya sudah saling memahami peta peperangan. Sedangkan Dhani, sudah nekad menyatakan bakal hijrah dari Jakarta jika Ahok kembali menjadi gubernur. Kita lihat saja nanti.

Baca juga artikel terkait GUBERNUR DKI JAKARTA atau tulisan lainnya dari Kukuh Bhimo Nugroho

tirto.id - Indepth
Reporter: Aditya Widya Putri
Penulis: Kukuh Bhimo Nugroho
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti