tirto.id - Kehadiran sosok Joko Widodo (Jokowi) yang terang-terangan menyatakan dukungan untuk paslon nomor urut 1, Ridwan Kamil-Suswono (RIDO), membuat pertarungan Pilgub Jakarta semakin memanas. Kurang dari 10 hari jelang pencoblosan pada 27 November 2024, sosok Presiden Ke-7 itu bak kartu AS yang dikeluarkan paslon RIDO untuk melejitkan elektabilitas.
Jokowi bertemu Ridwan Kamil dan pendukung RIDO di Kaizen Heritage, Senin (18/11/2024) malam. Dalam momen itu, Jokowi mengaku sudah mengenal RK dari rekam jejaknya yang memiliki ilmu di bidang arsitektur dan perencanaan kota. Dukungan langsung Jokowi kepada RK-Suswono, hanya berselang dua hari dari pertemuan antara eks Gubernur DKI periode 2017-2022, Anies Baswedan, dengan paslon nomor urut 3, Pramono Anung-Rano Karno.
”Saya datang [ke Jakarta] karena saya mendukung [RK-Suswono],” kata Jokowi.
RK sendiri mengaku senang mendapatkan dukungan dari Presiden ke-7 RI tersebut. Ridwan berharap warga Jakarta memilih gubernur berdasarkan rekam jejak yang sudah terbukti. RK sapaannya, juga menanggapi pertemuan Anies dengan Pramono-Rano sebagai bagian dari demokrasi.
“Pilkada Jakarta itu pilkada rekonsiliasi, dulu Anies dengan PDIP berpisah, [lalu] berseteru, [sekarang] bergabung. Dulu PKS di sana, sekarang gabung ke sini,” ucap RK usai bertemu Jokowi.
Pekan lalu, Pramono-Rano bertemu dengan Anies Baswedan di Pendopo Lebak Bulus. Foto persamuhan mereka bahkan diunggah oleh Anies di Instagram dan X. Menurut Juru Bicara Anies Baswedan, Sahrin Hamid, pertemuan Anies dengan Pramono-Rano adalah dukungan moral kepada paslon yang diusung PDIP dalam kontestasi Pilgub DKI 2024 ini.
Sementara itu, Pramono Anung, tidak merasa kecewa dengan dukungan Presiden ke-7 RI, Jokowi ke kubu RK-Suswono. Cagub DKI Jakarta nomor urut 3 itu menilai dukungan Jokowi merupakan salah satu bentuk demokrasi. Pramono hakulyakin endorsement Jokowi kepada RIDO tidak menurunkan elektabilitasnya di Pilkada Jakarta 2024.
“Dilihat saja elektabilitas saya turun nggak? Malah naik,” kata Pramono kepada awak media, Selasa (19/11/2024).
Endorsement Jokowi di Pilgub DKI dinilai sebagai upaya membendung efek dukungan Anies Baswedan terhadap paslon nomor urut 3, Pramono Anung-Rano Karno. Jokowi dan Anies memang dua tokoh kunci Pilgub Jakarta yang disebut-sebut sebagai salah satu King Maker. Dukungan keduanya diharapkan mampu menggaet pemilih sebab memiliki massa loyalis sendiri. Jokowi dan Anies juga sama-sama merupakan mantan Gubernur DKI Jakarta.
Analis politik dari Trias Politika, Agung Baskoro, menilai secara elektoral elektabilitas dari pasangan RK-Suswono mengalami tren penurunan pada sejumlah hasil survei. Hal ini mau tidak mau memaksa kubu RIDO mengambil langkah maksimal untuk menggenjot raihan elektabilitas mereka. Termasuk tak segan-segan meminta endorsement langsung dari para elite-elite politik nasional.
“Termasuk menggerakkan para King Maker apakah itu Jokowi atau presiden Prabowo atau tokoh-tokoh lain yang punya pengaruh dan memiliki basis massa di Jakarta,” ujar Agung kepada reporter Tirto, Selasa (19/11/2024).
Menurut Agung, kehadiran Jokowi jelas untuk memastikan pengaruh besar dari Anies dan tokoh-tokoh lain di Pilgub Jakarta yang mendukung Pramono-Rano dapat diimbangi. Sebab, Pramono-Rano didukung juga oleh sosok seperti Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok dan tentunya Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri.
Harus diakui, kata Agung, Anies dan Ahok punya basis massa yang jelas di Jakarta. Agung menilai peran para loyalis Anies dan Ahok berpengaruh dalam capaian keduanya sebagai Gubernur DKI Jakarta. Maka saat kedua ceruk ini bergabung dalam satu kanal atas nama Pramono-Rano, hal ini menjadi alarm bahaya yang jelas bagi RK-Suswono.
“Mau tak mau mereka harus memastikan memiliki kesempatan menang yang sama besar, bahkan lebih dari Pramono-Rano. Jokowi efek dirasa masih punya pengaruh kisaran 40-45 persen seperti hasil survei Litbang Kompas, ini perlu diwaspadai Pramono,” ujar Agung.
Hasil survei Litbang Kompas periode 20-25 Oktober 2024 memperlihatkan bahwa sebanyak 46,6 persen responden mengaku mempertimbangkan calon yang didukung oleh Jokowi di Pilgub Jakarta. Sedangkan 45,1 persen responden tidak akan mempertimbangkan Jokowi. Dukungan presiden Prabowo terhadap paslon Pilkada Jakarta juga begitu dipertimbangkan responden, dengan angka sebesar 49,7 persen. Sementara 43,1 persen responden menilai tidak mempertimbangkan pilihan Prabowo.
Dukungan untuk Anies Baswedan, ada sebanyak 44,2 persen responden yang akan mempertimbangkan pilihannya di Pilgub Jakarta. Sementara untuk pengaruh dukungan dari Ahok, ada sebanyak 39,9 persen responden mempertimbangkan pilihannya.
Survei yang melibatkan 800 responden dengan tingkat kepercayaan 95 persen dan margin of error kurang lebih 3,2 persen ini, memperlihatkan elektabilitas Pram-Rano sebesar 38,3 persen. Keunggulan ini tidak signifikan, sebab RK-Suswono membuntuti dengan dukungan 34,6 persen pemilih. Adapun paslon independen, Dharma Pongrekun-Kun Wardana, berada di posisi buncit dengan elektabilitas 3,3 persen.
Sementara itu, hasil sigi dari Charta Politika Indonesia periode 19-24 September 2024 justru memperlihatkan pengaruh dukungan Anies lebih tinggi ketimbang dukungan Jokowi di DKI. Hasil survei menunjukkan sebanyak 27 persen responden memilih paslon yang didukung Anies di Pilkada Jakarta. Angka ini lebih tinggi ketimbang dukungan dari Prabowo (21,7%); Ahok (22,8%); dan Jokowi (16,8%).
Responden survei adalah seluruh warga Jakarta sebanyak 1.200 orang, tanpa Kepulauan Seribu. Metode survei menggunakan multistage random sampling dengan margin of error kurang lebih 2,83 persen. Sistem pengambilan survei lewat metode wawancara tatap muka. Hasil survei memperlihatkan bahwa dukungan Anies cukup berpengaruh terhadap pemilih.
Hasil senada juga ditunjukkan survei dari Lembaga Survei Indonesia (LSI) yang dilakukan pada 6-12 September 2024. Sampel survei sebanyak 1,200 orang yang diambil dengan menggunakan metode multistage dengan toleransi kesalahan (margin of error) ±2,9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen, dengan asumsi simple random sampling. Populasi survei adalah seluruh warga negara Indonesia di Provinsi Daerah Khusus Jakarta yang punya hak pilih dalam pemilihan umum.
LSI melakukan metode eksperimen untuk mengetahui pengaruh Anies Baswedan terhadap kompetisi antarcalon di Pilgub DKI Jakarta. Hasilnya, jika Anies mendukung Pramono-Rano maka akan menurunkan elektabilitas RK-Suswono secara signifikan menjadi 40,5 persen. Alhasil jarak suara antara RK-Suswono dan Pramono-Rano menjadi lebih kecil. Sementara jika Anies mendukung RK-Suswono, elektabilitas ketiga paslon tidak mengalami perubahan signifikan.
Pada simulasi tiga paslon, RK-Suswono paling banyak dipilih dengan 51,8 persen. Pramono-Rano menyusul dengan angka sebanyak 28,4 persen. Sementara Dharma-Kun mendapatkan dukungan sekitar 3,2 persen. Sisanya tidak ikut memilih (Golput) sekitar 3,9 persen, dan massa mengambang masih sekitar 12,8 persen.
Persaingan Semakin Ketat
Analis Sosio-politik dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS), Musfi Romdoni, memandang kehadiran Jokowi di Pilgub Jakarta ibarat Kartu As yang terpaksa dikeluarkan RK-Suswono. Artinya, kata Musfi, RK-Suswono memang sedang terjepit dengan naiknya elektabilitas Pramono-Rano.
Situasi ini dinilai tidak dibayangkan sebelumnya oleh kubu dari RK-Suswono. Banyak yang mengatakan RK-Suswono akan menang mudah karena tingginya popularitas Ridwan Kamil. Paslon independen Dharma-Kun dianggap sebatas lawan boneka. Setelahnya, pemilihan Pramono sebagai cagub juga banyak dipertanyakan karena tidak memiliki rekam jejak maju bertarung Pilkada.
“Tapi ternyata semuanya berubah. Pram-Rano justru secara impresif terus naik,” ungkap Musfi kepada reporter Tirto, Selasa.
Di sisi lain, Jokowi dinilai merasa harus turun untuk memenangkan jagoannya. Kemenangan RK-Suswono penting bagi Jokowi untuk mempertahankan pengaruhnya di Jakarta. Namun, Musfi merasa kurang tepat jika Pilgub Jakarta disebut pertarungan Jokowi vs Anies.
Pilgub Jakarta sama seperti Pilgub Jateng dan Pilwalkot Solo, yakni pertarungan Jokowi vs Megawati dan PDIP. Kalau Pramono-Rano menang, keduanya tidak mungkin manut kepada Anies, tetapi kepada Megawati sebagai Ketua Umum PDIP. Relasi dengan Anies, sebatas untuk kepentingan politik praktis saja. Mereka butuh basis massa Anies yang disebut ‘Anak Abah’ untuk memenangkan pertarungan.
Di sisi lain, dukungan Anies kepada Pramono-Rano cukup membantu menyejukkan situasi antara loyalis Anies dan Ahok. Menurut Musfi, Sekalipun tidak sebanyak enam tahun lalu, pendukung Ahok masih menjadi untuk mendulang suara bagi Pramono-Rano.
“Narasi Pram-Rano ini menghimpun sebanyak mungkin simpul suara. Dan sejauh ini terbukti meningkatkan elektabilitas Pram-Rano,” ujar Musfi.
Jokowi sejauh ini tidak terlihat magisnya bagi RK-Suswono. Buktinya elektabilitas RK-Suswono disusul Pramono-Rano pada beberapa survei terbaru. Ia menilai banyak pihak yang terlalu melebih-lebihkan endorse politik dari Jokowi.
“Padahal di Jawa Tengah juga sama, Andika sekarang unggul tipis dari Ahmad Lutfi [yang diendorse Jokowi],” ujar Musfi.
Penulis: Mochammad Fajar Nur
Editor: Anggun P Situmorang