Menuju konten utama

Ikhtiar FPI dan FBR Mencarikan Lawan untuk Ahok

Kalangan ulama, habib dan tokoh masyarakat di Jakarta menggalang kekuatan buat melawan petahana Basuki Tjahaja Purnama. Mereka mencari sosok figur muslim sebagai calon gubernur untuk melawan Ahok dalam Pilkada 2017. Siapa andalan mereka?

Ikhtiar FPI dan FBR Mencarikan Lawan untuk Ahok
Massa dari front Pembela Islam indonesia (FPI) melakukan aksi unjuk rasa di depan Gedung KPK, Jakarta, (4/4). mereka menuntut Gubernur DKI Jakarta Basuki tjahaja Purnama alias Ahok ditangkap dan dilengserkan dari jabatannya. TIRTO/Andrey Gromico

tirto.id - Sebagai petahana yang telah mengantongi dukungan dari tiga partai politik, Basuki Tjahaja Purnama tampaknya memang harus melalui jalan terjal menghadapi perhelatan Pilkada DKI Jakarta 2017. Selain Ahmad Dhani yang makin kencang menggempurnya, ternyata kalangan ulama, habib dan tokoh masyarakat di Jakarta juga ikut menggalang kekuatan. Muncul ormas Majelis Tinggi Jakarta Bersyariah (MTJB) dan Majelis Pelayanan Jakarta (MPJ).

MTJB yang diinisiasi oleh Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq, bahkan sempat mengagendakan digelarnya konvensi “Gubernur Muslim (untuk) Jakarta”. Tujuannya memunculkan hanya sepasang cagub dan cawagub muslim untuk menandingi Ahok.

"Konvensi Gubernur Muslim dimaksudkan untuk mengikhtiarkan sepasang calon gubernur dan wakil gubernur muslim untuk berlaga head to head melawan Ahok," kata Habib Rizieq yang didaulat menjadi Ketua Majelis Tinggi Jakarta Bersyariah seperti dikutip Antara.

Beberapa nama ulama dan tokoh yang berada di barisan MTJB, seperti tercantum dalam portal MTJB gubernurmuslim.com, di antaranya Habib Zein bin Sumaith (Ketua Umum PP Rabithah Alawiyah), Habib Abdurrahman Al Habsyi (Kwitang), atau KH Lutfi Hakim Imam Besar Forum Betawi Rempug (FBR).

Meskipun tak ada gaung dari konvensi, tetapi semangat elite MTJB untuk melawan Ahok sangatlah besar. ''Manakala ada beberapa calon yang akan maju, maka tugas Majelis Tinggi untuk melakukan pendekatan dan mengajak musyawarah supaya hanya satu pasangan yang maju dalam Pilgub 2017,'' kata Rizieq.

Selain MTJB, muncul pula MPJ yang diinisiasi oleh KH Bachtiar Nasir (Sekjen Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia), KH Zaitun Rasmin (Wakil Sekjen MUI Pusat), juga KH Didin Hafidhudin (mantan calon Presiden PKS).

MPJ memunculkan tujuh tokoh Islam yang dijagokan menjadi cagub DKI Jakarta. Mereka adalah Adhyaksa Dault, Nurdin Abdullah, Sandiaga Uno, Sjafrie Sjamsoeddin, Suyoto, Yusril Ihza Mahendra, dan Ustaz Yusuf Mansur.

MPJ bahkan aktif mendatangi parpol yang menunjukkan sinyal tak mendukung Ahok. Pada akhir Juni misalnya, MPJ mendatangi Kantor DPP PKS untuk menyosialisasikan tujuh nama tadi. Elite MPJ yang bertemu dengan Ketua Majelis Syuro PKS Salim Segaf Al-Jufrie adalah KH Zaitun Rasmin didampingi Iwel Sastra (Sekretaris Badan Pekerja MPJ) dan Yasin Jamil Azzaini (anggota Badan Pekerja MPJ).

Pada Jumat (5/8/2016), MPJ secara resmi memberikan dukungan kepada Sandiaga Uno sebagai cagub yang diusung oleh Partai Gerindra. MPJ kemudian merekomendasikan Ustadz Yusuf Mansur sebagai cawagub pendamping Sandiaga.

Sempat Rekomendasikan Risma

Munculnya MTJB dan MPJ memang menyiratkan bentuk perlawanan antiAhok sebagai Gubernur DKI Jakarta periode mendatang. Elite kedua organisasi tersebut secara terang-terangan menganggap Ahok tak layak untuk kembali menjabat.

KH Lutfi Hakim, Imam Besar FBR yang juga elite MTJB, menganggap Ahok tak layak menjadi pemimpin karena ucapan seorang pemimpin merupakan separuh dari kebijakan. “Tapi terkadang ucapan Ahok tidak memenuhi unsur-unsur akhlak dan etika. Jangankan menurut etika orang timur, bagi etika orang barat pun sangat tidak layak,” katanya kepada tirto.id, pada Selasa 23/8/2016).

Lutfi bahkan membenarkan bahwa FBR ikut bergabung dengan Ahmad Dhani dalam Aliansi Masyarakat Jakarta Selatan (Amjas). “Ya, kita bergabung dengan semua elemen masyarakat dan juga ikut memotivasi masyarakat agar bisa bergabung di dalam gerakan antiAhok ini,” jelas Lutfi.

Hal senada juga disampaikan Iwel Sastra, Ketua Badan Pekerja MPJ. Menurutnya, MPJ terbentuk karena munculnya berbagai meme di media sosial yang terkesan mengeneralisir bahwa saat ini tidak ada tokoh muslim yang bagus dan baik untuk muncul sebagai calon gubernur DKI Jakarta.

Ada tiga nama yang dianggap MPJ layak untuk menandingi Ahok, yakni Yusril Ihza Mahendra, Sandiaga Uno dan Adhyaksa Dault. Perkembangan politik mutakhir memang menunjukkan Sandiaga Uno didukung oleh Partai Gerindra untuk menjadi cagub. “PKS juga menyambut Sandi meski masih mempertimbangkan apakah posisinya sebagai cagub atau cawagub,” kata Iwel kepada tirto.id, pada Senin (22/8/2016).

Terlepas siapa yang bakal muncul, MPJ akan terus melakukan pendekatan kepada berbagai parpol yang belum secara resmi mendukung Ahok. Mulai dari PDIP, PAN atau PPP.

Saat melakukan pendekatan ke PDIP, pihak MPJ sempat merekomendasikan nama Tri Rismaharini untuk diusung sebagai cagub oleh partai banteng. “Dalam perjalanannya, memang banyak desakan dari masyarakat kepada MPJ untuk memasukan orang nomor satu di Surabaya tersebut dalam calon gubernur muslim DKI,” kata Iwel.

Terlepas dari berbagai ikhtiar kalangan ulama dan tokoh masyarakat di Jakarta untuk mencari sosok yang layak diadu melawan Ahok, menarik menyimak fakta tentang keterlibatan ormas Islam dan ormas Betawi dalam beberapa perhelatan pemilu di Jakarta.

FPI dan FBR merupakan dua ormas yang aktif berkiprah dalam pemilu. Pada Pilpres 2009, misalnya, FBR terbukti sukses mengarahkan dukungan buat pasangan Susilo Bambang Yudhoyono dan Boediono. Sementara FPI, sempat salah pilih dengan menjatuhkan dukungan kepada Wiranto-Jusuf Kalla.

Selanjutnya pada Pilkada DKI Jakarta 2012, keduanya terbukti gagal karena mendukung pasangan Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli. Pertarungan justru dimenangkan oleh pasangan Jokowi-Ahok. Peta pertarungan pada Pilkada DKI Jakarta yang berlangsung dua putaran itu, agaknya bakal terulang pada Pilkada tahun depan. Saat itu, pasangan Jokowi-Ahok oleh para lawan direpresentasikan sebagai calon pemimpin sekuler dan non muslim.

Pada perhelatan Pilpres 2014, baik FPI maupun FBR sama-sama menjatuhkan dukungan terhadap pasangan Prabowo-Hatta. Mereka kalah oleh pasangan Jokowi-Jusuf Kalla.

Lalu bagaimana kira-kira peluang keduanya pada Pilkada mendatang? Saat ini keduanya sudah berada dalam satu barisan menolak pencalonan Ahok. Meski belum ada gambaran calon yang bakal muncul hingga batas waktu pengajuan parpol pada September mendatang, agaknya keduanya bakal merapat pada barisan di seberang Ahok.

Kita tunggu saja, apakah pengalaman Pilkada DKI Jakarta 2012 dan Pilpres 2014 bakal terulang, atau kali ini justru FPI dan FBR bakal berada di pihak yang menang. Hal yang diperlu dicatat, mayoritas pemilih Jakarta merupakan pemilih yang melek politik.

Baca juga artikel terkait PILGUB DKI JAKARTA atau tulisan lainnya dari Kukuh Bhimo Nugroho

tirto.id - Politik
Reporter: Mahbub Junaidi & Reja Hidayat
Penulis: Kukuh Bhimo Nugroho
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti