Menuju konten utama

Mama Yosepha soal Rasisme: Kami Jaga Kalian, Kalian Jaga Kami juga

Mama Yosepha berkata tra terima orang Papua disamakan kera berjalan. "Dong pu bahasa kasar sekali," katanya.

Mama Yosepha soal Rasisme: Kami Jaga Kalian, Kalian Jaga Kami juga
Personel kepolisian Indonesia mengevakuasi warga saat penjagaan aksi di Mimika, Papua, Rabu (21/8/2019). Aksi di Mimika adalah buntut dari rasisme terhadap mahasiswa Papua di Surabaya, Jawa Timur. ANTARA FOTO/Sevianto Pakiding/wpa/pras.

tirto.id - Tokoh dari Suku Amungme, Papua, Yosepha Alomang atau Mama Yosepha, meminta kepolisian Indonesia mengungkap aksi rasialis di Asrama Mahasiswa Papua di Surabaya, Jawa Timur. Tindakan rasisme itu memicu respons gila-gilaan di Papua dan Papua Barat.

"Yang salah katakan salah. Itu harus diadili dengan cara hukum. Pengadilan harus menyelesaikan masalah itu," kata Mama Yosepha kepada Tirto, Rabu (21/8/2019).

Peraih penghargaan Yap Thiam Hien Award pada 1999 ini menyatakan tidak terima orang Papua dihina dan disamakan seperti binatang.

"Jadi kami tra terima kemarin dibilang kera berjalan. Itu dong pu bahasa yang kasar," ujarnya.

Mama Yosepha meminta segala bentuk kekerasan terhadap orang Papua segera dihentikan. Ia ingin hak-hak orang Papua diperhatikan dan diperlakukan secara manusiawi.

"Kami dihina, dipukul, diancam, dihabisi semua. Gunakan cara yang baik secara manusiawi," kata Mama Yosepha yang tinggal di Mimika ini.

Mama Yosepha juga meminta pemerintah dan seluruh elemen masyarakat menjaga orang Papua yang tinggal di Pulau Jawa serta daerah-daerah lainnya. Ia mengatakan masyarakat Papua pun menjaga orang dari luar daerah yang tinggal di Papua.

"Kami jaga kalian, kalian jaga kami juga," ujarnya.

Mama Yosepha adalah tokoh penting dalam gerakan perempuan dan lingkungan Papua. Ia berhasil membuat Freeport McMoran, yang bertahun-tahun menghancurkan alam masyarakat Amungme, membayar ganti rugi. Pada 1999 dia menerima penghargaan Yap Thiam Hien, tokoh pembela hak asasi manusia, pendiri Yayasan Lembaga Bantuan Hukum. Uang dari penghargaan itu dipakai oleh Mama Yosepha buat mendirikan Yayasan Hak Asasi Manusia Anti-Kekerasan (YAHAMAK).

Peristiwa rasisme di asrama mahasiswa Papua di Surabaya telah memicu gelombang protes disertai amuk di seluruh Papua, di antaranya di Jayapura, Manokwari, Sorong, Fakfak, dan Mimika.

Pemerintah Indonesia sejauh ini menambah personel polisi, terutama dari Maluku dan Sulawesi, ke daerah-daerah yang bergolak tersebut dengan alasan "pengamanan" dan "mengantisipasi" aksi massa lanjutan.

Di Surabaya, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menyatakan permintaan maaf atas kejadian di asrama mahasiswa Papua, berkata peristiwa rasisme itu "sama sekali bukan mewakili masyarakat Jawa Timur."

Di Jakarta, Presiden Jokowi menanggapi protes orang Papua dengan menyarankan "emosi boleh, tapi memaafkan lebih baik."

Kementerian Komunikasi dan Informatika juga membatasi akses internet dalam tempo sementara di beberapa daerah di Papua, termasuk hari ini di Fakfak selama 9 jam.

Baca juga artikel terkait KONFLIK PAPUA atau tulisan lainnya dari Gilang Ramadhan

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Gilang Ramadhan
Penulis: Gilang Ramadhan
Editor: Fahri Salam