tirto.id - “Thailand akan melaju ke semifinal. Saya tidak pernah meragukan itu. Artinya, satu tempat tersisa akan diperebutkan antara Indonesia dan Vietnam. Tentu saja kami tidak ingin berjumpa Thailand di semifinal. Mereka adalah tim paling favorit.”
Pernyataan itu diucapkan oleh pelatih tim nasional Malaysia U-22, Ong Kim Swee, pada 11 Agustus 2017, atau 4 hari sebelum pertandingan pembuka cabang sepakbola SEA Games 2017 digelar. Kepada Fox Sports Asia yang mewawancarainya saat itu, Ong Kim Swee mengakui bahwa ia lebih memilih bertemu Indonesia atau Vietnam di semifinal ketimbang menghadapi Thailand.
Prediksi Ong Kim Swee ternyata tepat. Thailand lolos ke semifinal sebagai juara Grup B setelah mengalahkan Vietnam dengan skor telak 3-0 di laga penentuan. Hasil ini menguntungkan Indonesia yang pada pertandingan lainnya berhasil membekuk Kamboja dengan skor 2-0. Tim Garuda Muda pun berhak mendampingi Thailand ke semifinal.
Baca Juga:
Harapan Ong Kim Swee juga terkabul karena Malaysia terhindar dari Thailand di semifinal. Dan, yang bakal dihadapi tim muda Harimau Malaya dalam asa menatap juara –dan sepertinya inilah yang memang diinginkan Ong Kim Swee– adalah sang rival abadi, Indonesia.
Optimisme Tinggi Malaysia
Tiada yang aneh jika Ong Kim Swee lebih berharap bertemu Indonesia daripada Thailand atau Vietnam. Pelatih 46 tahun ini setidaknya sudah sedikit memahami kekuatan Timnas Indonesia U-22 asuhan Luis Milla karena pernah berhadapan di ajang Kualifikasi Piala Asia U-23 2018 di Bangkok, Thailand, pada 19 Juli 2017, bulan lalu.
Malaysia saat itu menang dengan skor meyakinkan 3-0. Pasukan Ong Kim Swee hanya butuh setengah jam saja untuk memberondong gawang Satria Tama sebanyak tiga kali, masing-masing melalui gol Syafiq Ahmad di menit ke-3, Jafri Firdaus Chew pada menit le-19, dan N. Thanabalan saat laga tepat memasuki menit ke-30.
Apalagi, para pemain Timnas Indonesia U-22 yang dibawa ke Bangkok kala itu memang merupakan skuad bayangan untuk SEA Games 2017. Tidak banyak yang berubah, kecuali Bagas Adi Nugroho (bek), Gian Zola Nasrulloh (gelandang), dan Ahmad Nur Hardianto (penyerang), yang memang tidak dibawa ke Malaysia, juga Dicky Indrayana sebagai kiper cadangan.
Satu-satunya pemain Indonesia di SEA Games 2017 yang tidak sempat ditemui Ong Kim Swee ketika itu adalah Ezra Walian. Mantan striker Jong Ajax (Ajax Amsterdam II) yang disebut-sebut bakal bergabung dengan West Ham United ini memang tidak ikut karena harus kembali ke Eropa dalam rangka mencari klub baru.
Baca Juga:
Di ajang yang sama, Malaysia juga berjumpa Thailand. Hasilnya, anak-anak negeri tetangga digasak dengan gelontoran tiga gol tanpa balas –meskipun akhirnya Malaysia yang lolos langsung ke putaran final Piala Asia U-23 2018 sebagai juara grup. Maka, sangat masuk akal apabila Ong Kim Swee merasa lega bersua Indonesia di semifinal SEA Games 2017.
Sama Kuat di SEA Games
Sejak edisi tahun 1977, Indonesia dan Malaysia sudah 15 kali bertarung di lapangan sepakbola sepanjang sejarah SEA Games. Dari total perjumpaan itu, kedua tim sama-sama telah meraih 7 kali kemenangan, menelan 7 kali kekalahan, dan 1 pertandingan lainnya berakhir imbang.
Kemenangan terbesar yang diraih Indonesia atas Malaysia di SEA Games adalah pada edisi 1999. Pasukan Merah-Putih menang dengan skor 6-0 saat itu. Sedangkan Malaysia tidak pernah bisa menang lebih dari 2 gol setiap kali berjumpa Indonesia di ajang SEA Games.
Dua pertemuan terakhir, yakni SEA Games 2011 dan 2013, laga harus dituntaskan lewat adu penalti setelah dua pertandingan itu berakhir seri 1-1. Adu penalti pada final SEA Games 2011, Malaysia menang 4-3 dan berhak meraih medali emas alias juara. Giliran Indonesia yang melenggang dua tahun berselang berkat kemenangan dengan skor 4-3 di semifinal yang harus dituntaskan juga melalui babak tos-tosan.
Baca Juga:
Yang menjadi sedikit catatan miring, Indonesia belum pernah mengalahkan Malaysia dalam waktu normal 90 menit sejak 16 tahun silam. Indonesia kalah tiga kali secara beruntun, yakni di SEA Games 2001 dengan skor 1-2 serta SEA Games 2005 dan 2011 (di babak penyisihan grup) yang masing-masing berakhir dengan skor 0-1 untuk kemenangan Malaysia.
Mengalahkan Diri Sendiri
Setiap kali Indonesia meladeni Malaysia di lapangan sepakbola dalam ajang apapun, pertandingan selalu berlangsung panas. Di semifinal SEA Games 2017 kali ini pun dipastikan akan lebih sengit lagi. Apalagi Malaysia bertindak sebagai tuan rumah.
Selain faktor kultural yang memang selalu menghangatkan duel serumpun sekaligus seteru abadi ini, ada beberapa pemantik yang kian menambah gerah Indonesia manakala berjumpa Malaysia di SEA Games 2017.
Yang paling menyengat tentu saja kasus terbaliknya bendera Merah-Putih yang tercetak di buku panduan SEA Games 2017. Belum indikasi “kecurangan” tuan rumah di sejumlah cabang olahraga yang dipertandingkan, termasuk dalam laga Indonesia kontra Timor Leste yang kebetulan dipimpin oleh wasit asal Malaysia.
Situasi inilah yang sebenarnya menjadi masalah nyata bagi skuad Timnas Indonesia U-22 jelang laga semifinal melawan Malaysia nanti. Anak-anak asuh Luis Milla saat ini sedang gampang naik darah seperti yang terjadi di pertandingan melawan Timor Leste dan Kamboja beberapa waktu lalu.
Baca Juga:
- Luis Milla: Dari Barcelona, Real Madrid, Kini Timnas Indonesia
- Problem Mentalitas Timnas Indonesia U19
"Jangan emosi atau terpancing dengan bentuk provokasi lawan. Saya ingin pemain tidak mudah mendapatkan kartu, harus betul-betul mampu menjaga diri, perasaan, mental, dan gangguan intimidasi dari tuan rumah," begitu pesan Menpora seperti dikutip dari Antara.
"Ini (semifinal) merupakan momentum yang betul-betul harus dimanfaatkan. Kita harus melewati fase ini dan yang pasti kita harus mampu mengalahkan Malaysia," imbuhnya.
Tugas mahaberat pun menanti Timnas Indonesia U-22. Selain target membawa pulang medali emas serta menghadapi Malaysia di semifinal dengan segala kemungkinan yang sangat mungkin bisa terjadi, Evan Dimas dan kawan-kawan juga harus menahan diri, mengontrol emosi, agar tidak melampaui batas lagi yang justru berpotensi merugikan diri sendiri.
Penulis: Iswara N Raditya
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti