tirto.id - Pemerintah Malaysia memperingatkan para diplomat Korea Utara untuk tidak sembarangan menuduh Malaysia berkonspirasi dengan organisasi atau negara lain dalam pembunuhan seorang pria asal Korea Utara pada 13 Februari lalu.
Pernyataan yang diungkapkan Wakil Perdana Menteri Malaysia Datuk Seri Dr. Ahmad Zahid Hamidi ini mengacu pada pembunuhan Kim Jong-nam, kakak tiri pemimpin Korea Utara Kim Jong-un.
Kasus besar itu, menurut Zahid, menuntut perhatian yang hati-hati karena berkaitan dengan hubungan kedua negara. Sebabnya, Zahid menjelaskan, menuduh Malaysia berkomplot dengan negara lain dalam masalah ini akan membuat hubungan Malaysia dan Korea Utara tidak baik.
"Diplomat Korea Utara baik yang ada di sini maupun yang ada di organisasi-organisasi internasional tidak selayaknya memperlakukan Malaysia sama dengan negara-negara yang selama ini mereka bully," kata dia dalam jumpa pers, dikutip dari Antara, Jumat (3/3/2017)
Zahid juga mengatakan delegasi tingkat tinggi Korea Utara yang sudah tiba di Malaysia, telah bertemu dengan para pejabat kementerian luar negeri Malaysia Senin (27/2/2017) lalu.
Menurut Zahid, delegasi Korea Utara itu tidak perlu menemui kepolisian diraja Malaysia (PDRM).
Delegasi ini datang untuk mengangkut jenazah Kim dan membicarakan penahanan Ri Jong-Chol, seorang warga Korea Utara.
Sebelumnya diberitakan bahwa juru bicara kedutaan besar Korea Utara, Ri Tong-il, mengklaim Kim Jong-nam yang menggunakan paspor atas nama Kom Chol, meninggal dunia karena serangan jantung. Malaysia melalui Inspektur Jenderal Polisi Tan Sri Khalid Abu Bakar pun menepis klaim tersebut.
Khalid mengungkapkan bahwa para pakar Malaysia telah memastikan bahwa Kim meninggal dunia setelah dua perempuan tiba-tiba memupur wajahnya dengan tangan berbalut sarung tangan yang sudah diolesi zat diduga racun yang kemudian dipastikan gas saraf VX.
"Kami memiliki pakar-pakar yang teruji untuk menentukan penyebab kematian Kim Chol. Penyelidikan kami, didukung para pakar, telah memastikan bahwa Kim Chol dibunuh. Korea Utara boleh mengatakan apa mereka suka tetapi fakta tetaplah fakta," kata dia.
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari