tirto.id - Malam takbiran merupakan momen yang diperingati menjelang Hari Raya Idul Fitri dengan mengumandangkan takbir. Lantas, kapan malam takbiran 2024 diadakan? Apakah Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) bakal menyelenggarakan momen tersebut secara bersamaan?
Dilansir dari laman Kemenag.go.id, sebuah riwayat menyebut bahwa Rasulullah saw. mengumandangkan takbir di malam terakhir bulan Ramadhan. Takbir dikumandangkan hingga pagi hari tanggal 1 Syawal.
Berkaitan dengan pengumandangan takbir, Allah Swt. berfirman dalam Al Quran surat Al-Baqarah ayat 185, yang berbunyi sebagai berikut ini:
Artinya, “Dan sempurnakanlah bilangan Ramadhan, dan bertakbirlah kalian kepada Allah”. (QS. Al-Baqarah: 185).
Pada dasarnya, jenis takbir Idul Fitri ada dua. Jenis pertama adalah takbir muqqayyad (dibatasi). Takbir ini dikumandangkan setelah shalat fardhu maupun sunnah.
Sementara itu, jenis takbir kedua adalah mursal (dibebaskan) atau jenis takbir yang tak dibatasi setelah shalat. Artinya, dalam setiap kondisi, takbir mursal bisa terus dikumandangkan.
Pengumandangan takbir Idul Fitri bisa dilakukan di mana saja, mulai dari rumah, jalan, masjid, hingga pasar. Waktu mengumandangkan takbir Idul Fitri bisa dimulai saat tenggelamnya matahari di malam 1 Syawal.
Periode pengumandangan takbir bisa dilakukan hingga Imam shalat Id berjamah melakukan takbiratul ihram. Pandangan lain menyebut periode bertakbir sudah habis saat masuk waktu shalat Id, ditandai dengan naiknya matahari kira-kira satu tombak (+3,36 m), tanpa memperhitungkan takbiratul ihram Imam shalat Id.
Malam Takbiran 2024 Kapan, Apakah Muhammadiyah & NU Sama?
Indonesia menjadi salah satu negara dengan mayoritas penduduk muslim yang memiliki tradisi malam takbiran. Kendati demikian, tidak semua kalangan muslim tanah air akan merayakan malam takbiran dalam waktu yang bersamaan.
Umat muslim yang mengikuti keputusan Muhammadiyah terkait awal bulan Ramadhan 1445 H dipastikan telah memiliki waktu tersendiri dalam memperingati malam takbiran. Hal ini mengacu pada Maklumat PP Muhammadiyah tentang Penetapan Hasil Hisab Ramadan, Syawal, dan Zulhijah 1445 Hijriah.
Dalam maklumat, disebutkan bahwa tanggal 29 Ramadhan 1445 H bertepatan dengan 8 April 2024. Sementara ijtimak jelang Syawal 1445 H jatuh di hari Selasa Legi, 30 Ramadhan 1445 H atau tanggal 9 April 2024 M.
Tinggi bulan saat matahari terbenam pada 9 April 2024 di Yogyakarta mencapai +06 derajat 8' 28", menandakan bahwa hilal sudah wujud. Bulan juga telah berada di atas ufuk saat matahari terbenam di wilayah Indonesia.
Terpenuhinya kriteria mengenai pergantian bulan baru membuat Muhammadiyah memutuskan bahwa hari Rabu Pahing, 10 April 2024, kalender Islam telah masuk pada 1 Syawal 1445 H. Sementara malam 1 Syawal 1445 H terjadi setelah matahari terbenam di tanggal 9 April 2024.
Kalangan Muhammadiyah yang berpegang pada maklumat di atas bakal mengadakan malam takbiran tanggal 9 April 2024. Takbir bisa mulai dikumandangkan sesudah waktu maghrib.
Adapun pada keesokan harinya, kalangan Muhammadiyah akan merayakan momen Idul Fitri yang jatuh di tanggal 10 April 2024. Kalangan Muhammadiyah mulai berlebaran di hari tersebut.
Berbeda dengan Muhammadiyah, belum diketahui secara pasti kapan kalangan NU akan melaksanakan malam takbiran Idul Fitri 2024. Pasalnya, hal ini bakal mengikuti keputusan terkait penentuan 1 Syawal 1445 H, yang memiliki perbedaan metode dengan Muhammadiyah.
Sebagai informasi, kalangan NU baru memulai awal puasa pada 12 Maret 2024, sama seperti pemerintah. Penentuan awal puasa dilakukan salah satunya dengan pemantauan hilal.
Metode ini kemungkinan akan kembali dipakai untuk menentukan 1 Syawal 1445 H. Bila tak memenuhi kriteria terkait tinggi hilal (3 derajat) dan sudut elongasinya (6,4 derajat), bulan Ramadhan 1445 H untuk kalangan NU dapat digenapkan menjadi 30 hari.
Jika terjadi demikian, momen Idul Fitri baru akan jatuh pada Kamis, 11 April 2024. Sementara malam takbiran bakal digelar di malam 1 Syawal, yaitu Rabu, 10 April 2024. Namun demikian, masih ada potensi bahwa malam takbiran dan momen Idul Fitri terjadi pada waktu yang sama dengan kalangan Muhammadiyah.
Penulis: Ahmad Yasin
Editor: Fitra Firdaus