tirto.id - Direktur Eksekutif Pusat Studi Demokrasi dan Partai Politik Dedi Kurnia Syah Putra melihat ada dua makna yang tersirat dari tujuan bertemunya Presiden Joko Widodo dan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto.
Pertama, kata dia, pertemuan tersebut bertujuan untuk meredam konflik sosial yang ada di masyarakat. Terutama para pendukung 01 maupun 02 yang sangat panas selama masa dan setelah kampanye. Kedua, pertemuan tersebut sebagai legitimasi Prabowo sekaligus kemenangan Jokowi secara politik.
"Petahana sekarang sampai Oktober nanti kan sedang bicara soal distribusi kekuasaan, mereka akan memiliki bargaining power yang kuat kalau Prabowo tetap konsisten tidak mengakui kemenangan Jokowi. Kemudian dengan adanya pertemuan itu tentunya para elite tentu akan berpikir dua kali. Jokowi sudah bertemu dengan Prabowo berarti legitimasi Prabowo terhadap Jokowi sudah mengakui," ujar dia kepada Tirto, Senin (15/7/2019).
Dengan pertemuan antara Prabowo dan Jokowi, ia menjelaskan, maka daya tawar kubu oposisi menjadi turun. Pasalnya, Jokowi bisa saja mengambil partai oposisi apabila ada kekuatan yang tidak proporsional dalam koalisi petahana.
"Itu yang pertama, yang ke dua kemudian pertemuan ini penting bagi Jokowi kenapa. Hal yang saya sampaikan tadi itu ini untuk menguatkan legitimasi kemenangan Jokowi dari perspektifnya Prabowo Subianto," beber dia.
Yang tak kalah penting, kata dia, pertemuan tersebut sebagai penanda berakhirnya polarisasi antara kubu Jokowi-Maruf dan Prabowo-Sandiaga yang terbelah selama Pilpres 2019.
"Pertemuan kemarin itu lah sebagai titik akhir bagi penyelesaian polarisasi yang selama ini berlangsung. Makanya kemudian kemenangan dalam satu dua hari ini adalah momentum yang sangat tepat sekali. Karena mau tidak mau pertemuan itu paling tidak untuk melegitimasi dari kemenangan Jokowi secara dua hal yaitu satu secara administratif kemudian yang kedua secara politis," jelas dia.
Penulis: Selfie Miftahul Jannah
Editor: Alexander Haryanto