tirto.id -
Pakar Media Sosial dan juga pendiri Drone Emprit, Ismail Fahmi menemukan sebanyak 97.900 orang atau 36 persen yang memberikan sentimen negatif ketika Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto bertemu dengan Presiden terpilih Joko Widodo (Jokowi), Sabtu (13/7/2019) kemarin.
Bahkan, banyak dari mereka yang kecewa melihat sikap Ketua Umum Partai Gerindra itu yang memilih bertemu Jokowi. Salah satu bentuk kekecewaan mereka terhadap Prabowo, sekitar 2.450 warganet membuat gerakan tagar #Kecewa, #Kamioposisi 1525 twit, dan #BoikotPrabowo sebanyak 1184 twit.
"Banyak pendukung Prabowo yang menarik diri. Bahkan ada yang membangun oposisi," ujarnya kepada Tirto, Minggu (14/7/2019).
Berdasarkan penemuannya di media sosial, salah satu akun Twitter pendukung Prabowo yang mulai menarik diri bernama @ekowboy2. Warganet itu pun membuat status.
"Buat yang berniat unfollow masal akun @prabowo silahkan retweet. Kita tenggelamkan siapapun yang berkomplot dg kecurangan, ini sikap!!," kata dia Sabtu (13/7/2019).
Twitnya itu pun mendapatkan like sebanyak 3.644 dan di retweet sebanyak 3.529 orang.
Kemudian, akun pendukung Prabowo lainnya yang juga merasa kecewa datang dari @ardi_riau yang mengatakan "Mulai detik ini,sy tdk akan mencuit apapun tentang @prabowo Iagi. Buat sy kalian hanya memanfaatkan rakyat utk kepentingan kelompok & partai kalian. Apa kelian ga tau perjuangan kami dibawah tanpa kelian bayar. Jangankan utk memberi semangat, menjaga perasaan kamipun kelian ga bisa," ucapnya, Sabtu (3/7/2019).
Twitnya itu pun mendapatkan like sebanyak 8.814 dan di retweet sebanyak 2.196 orang.
Ismail Fahmi menerangkan, ketika banyak pihak dari 02 yang menentang pertemuan antara Jokowi dengan Prabowo. Buzzer 01 pun merespons negatif hal tersebut.
Bahkan, para buzzer 01 itu menganggap, kubu 02 sebagai pihak yang tidak rela bangsa ini bersatu ketika Jokowi dan Prabowo bertemu.
"Jadi memang yang uniknya, saya lihat kubu 01 merespons positif adanya rekonsiliasi. Tapi di satu sisi, terdapat Kubu 01 yang tidak sepakat jika Kubu 02 yang menghantam Pak Prabowo, karena tidak setuju persatuan," tuturnya.
Namun menurutnya, seharusnya jika ada pihak yang tidak sepakat dengan pertemuan tersebut dan memilih menjadi oposisi. Sebaiknya para buzzer 01 itu mempersilahkan dan tidak boleh menilai mereka sebagai pihak yang tak setuju dengan persatuan bangsa.
Sebab menurutnya, pihak yang menjadi oposisi itu sangat dibutuhkan. Karena sebagai kontrol dan penyeimbang pemerintah.
"Karena ada oposisi ini, maka pemerintah ada sparing pertner, kalau tidak ada, segalanya hanya berdampak positif, pemerintah tidak ada yang kontrol, menyuarakan [aspirasi rakyat]. Karena semua pada dukung pemerintah, itu bahaya," ujarnya.
Baca juga artikel terkait PILPRES 2019 atau tulisan lainnya dari Riyan Setiawan
tirto.id - Politik
Reporter: Riyan Setiawan
Penulis: Riyan Setiawan
Editor: Agung DH
Penulis: Riyan Setiawan
Editor: Agung DH