Menuju konten utama

Mahfud MD Harap Pemilu Jadi Ajang Adu Gagasan, Bukan Perbedaan

Mahfud meminta masyarakat agar mengedepankan kerja sama di tengah perbedaan mulai dari suku, ras dan agama.

Mahfud MD Harap Pemilu Jadi Ajang Adu Gagasan, Bukan Perbedaan
Petugas keamanan melintas di depan poster lambang partai politik peserta Pemilu 2024 saat pendaftaran bakal calon anggota DPRD di KPU Kediri, Jawa Timur, Rabu (10/5/2023). ANTARA FOTO/Prasetia Fauzani/nz

tirto.id - Menkopolhukam Mahfud MD mengaku heran pada gelaran pemilu yang kerap mengedepankan perbedaan yang paling dasar, bukan gagasan atau program.

"Saya ndak tahu ya kalau kita mau pemilu mau apa gitu kok urusan-urusan perbedaan kadangkala perbedaan primordial yang dijadikan alasan. Bukan malah program," kata Mahfud di acara halalbihalal ICMI di Jakarta, Jumat (13/5/2023) malam.

Mahfud menilai, setiap orang perlu mengedepankan program daripada perbedaan. Ia meminta masyarakat membiarkan berbagai pihak untuk ikut pemilu dengan gagasan mereka selama memenuhi syarat.

"Kita program yang penting semua anak bangsa ini memenuhi konstitusi, memenuhi perundangan-undangan ya kita biarkan untuk bersaing," kata Mahfud.

Mahfud meminta masyarakat agar mengedepankan kerja sama di tengah perbedaan. Ia mengutip pernyataan Nurcholis Majid, salah satu cendekiawan ICMI dengan istilah Kalimatun Sawa.

Ia mencontohkan, pemilu tidak bisa menggunakan pandangan berdasarkan dasar suku, ras dan agama seperti pemilu dalam pandangan Kristen atau Islam. Kemudian contoh lain adalah bagaimana masyarakat melawan korupsi tanpa melihat latar belakang agama.

"Kita bekerja sama di situ. Enggak usah tanya agamanya, kamu korupsi kamu Islam ya sudah saya bebaskan. Kamu kafir saya hukum. Ndak bisa. Kalimatun Sawa islam tidak islam, Hindu, Budha suku Jawa, suku Bugis bersama lawan korupsi, laksanakan pemilu yang baik, buat pemerintahan yang adil. Itu kalimatun sawa," kata Mahfud.

Mahfud lantas mengutip cerita Nabi Yakub yang meminta anaknya untuk masuk di berbagai pintu. Ia beralasan, bisa saja pengawal satu pintu lebih ketat daripada pintu lain.

Jika dikaitkan dengan situasi Indonesia, Mahfud menilai siapapun bisa masuk dari partai politik mana pun untuk mengambil kekuasaan. Akan tetapi, begitu berkuasa, orang yang berkuasa bisa mengajak orang yang tidak beruntung untuk masuk ke kekuasaan.

"Saya katakan anda sekarang ada yang DPR, dari PPP, dari PAN, dari Golkar, dari Demokrat dari apa saja itu boleh karena partai itu bukan agama. Masuk dari pintu apa saja. Sesudah berhasil masuk ke istana, seperti pak Jusuf Kalla masuk ke istana panggil teman-teman yang enggak bisa masuk. Masuk kamu ke sini," Kata Mahfud.

"Apa yang masuk? Tidak harus orangnya, visinya.kenapa ICMI didirikan, kenapa HMI didirikan, kenapa NU, Muhammadiyah ashadiyah didirikan ketemu di sini," tutur Mahfud.

Baca juga artikel terkait PEMILU 2024 atau tulisan lainnya dari Andrian Pratama Taher

tirto.id - Politik
Reporter: Andrian Pratama Taher
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Bayu Septianto