tirto.id - Mahasiswi Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta ditemukan meninggal di kamar mandi di lantai 5 Gedung Pascasarjana Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) UGM, Senin (2/5/2016). Korban ditemukan dalam keadaan meninggal dengan posisi telentang dan posisi kepala berada di pojok dekat kloset. Untuk sementara, korban diduga dibunuh karena ditemukan bekas jeratan pada leher.
“Penyebab pasti kematian korban nanti setelah autopsi, namun untuk sementara ini ditemukan jeratan di leher, hal itu sedang kami telurusi. Untuk kejelasan menunggu dari proses penyelidikan,” kata Direktur Direktorat Reserse dan Kriminal Umum Kepolisian Daerah Istimewa Yogyakarta, Kombes Pol Hudit Wahyudi di Yogyakarta, Senin (2/5/2016) malam.
Hadit berharap ada tambahan informasi dari masyarakat berkaitan dengan korban terutama tentang orang yang terakhir kali bersama korban.
Hadit menduga korban dibunuh namun belum ditemukan bukti yang mengarah ke pelaku. “Sementara belum ditemukan bukti yang mengarah pelaku. Di TKP ditemukan beberapa botol, CCTV ada tapi mati,” jelasnya.
Menurut keterangan polisi korban didentifikasi dengan nama Feby Kurnia berusia 19 tahun. Korban diketahui mahasiswa Geofisika UGM asal Riau, tinggal di Pogung Lor Blok D, Depok Sleman Yogyakarta.
Menurut keterangan Satpam UGM, Erwantana, mayat pertama kali ditemukan setelah pihaknya mencurigai kamar mandi lantai lima tersebut mengeluarkan bau tidak sedap. Satpam kemudian mendobrak dan menemukan korban.
"Karena ada bau di kamar mandi puteri, kami curiga, kami buka dengan paksa, dan ditemukan jenazah,” katanya.
Menurut Erwantana bau tak sedap sebenarnya sudah diketahui oleh pegawai cleaning service pada pagi hari, karena pintu kamar mandi terkunci pegawai itu tidak tidak berani membuka. Pegawai itu kemudian melapor ke satpam shift pagi. Namun satpam pagi tidak menindaklanjuti, baru satpam shift sore melakukan patroli dan memberanikan diri membuka pintu tersebut,
"Padahal seharian aktivitas mahasiswa itu ramai, tapi kamar mandi ada dua, yang dipakai yang satu yang masih bisa dibuka. Padahal aroma menyengat, tapi mereka tidak curiga,” jelas Erwantana.
Penulis: Mutaya Saroh
Editor: Agung DH