tirto.id - Tiga mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya berhasil mengembangkan metode produksi batako berbahan murah dan ramah lingkungan, yang berpotensi menjadi alternatif semen, yakni limbah cangkang kerang.
Ketiga mahasiswa ITS itu ialah Norma Syahnasa Diah (21), Olga Putri Sholica (19) dan Ericza Damaranda Sugita (21). Hasil riset ketiganya meraih penghargaan tertinggi di Green Wafe Environmental Care Competition 2017 Singapura baru-baru ini.
Ketiga mahasiswa ITS itu meneliti manfaat cangkang kerang dan merakit mesin bernama Shredder and Processing Waste Seashells (SeProws). Mesin itu prototype penghancur cangkang kerang untuk membuatnya sebagai bahan campuran batako. Alat yang sama juga berfungsi mencetak batako. Hasilnya, batako diperkirakan lima persen lebih kuat daripada produk umum di pasaran.
Menurut penjelasan Norma Syahnasa Diah, dia dan kedua rekannya mendapatkan ide riset ini setelah mengamati data peningkatan pesat kebutuhan paving block. Peningkatan ini menambah kebutuhan semen dan otomatis mendorong maraknya pertambangan batu gamping yang bisa berdampak buruk ke lingkungan.
Karena itu, ketiga mahasiswa itu mencari bahan alami yang bisa mengurangi tingginya kebutuhan pada semen. "Dari situ kami berusaha mencari alternatif bahan yaitu cangkang kerang," kata Norma pada Senin (24/4/2017) seperti dikutip Antara.
Mahasiswa Jurusan Transportasi Laut ITS tersebut menambahkan, selama ini pemanfaatan cangkang kerang masih terbatas untuk kerajinan hiasan dan campuran pakan ternak yang sebenarnya berbahaya.
"Kandungan logam berat dalam cangkang kerang menyerupai batu kapur atau gamping. Yaitu mengandung CaO yang kuat sampai 67,09 persen," ujar Norma.
Dari ide itu, mereka mengerjakan riset mengenai pemanfaatan cangkang kerang ini sejak Maret 2016. Hasil riset itu kemudian lolos ke tahap final kompetisi di Singapura sebelum meraih nilai tertinggi baru-baru ini.
"Kami membuat prototype mesin pembuat batako ini dengan nama Shredder and Processing Waste Seassheells (Seprows). Jadi mesinnya terhubung dengan penggiling kerang untuk dijadikan bubuk menyerupai pasir," kata anggota tim lainnya, Olga Putri Sholica.
Olga mengungkapkan mesin yang mereka buat terdiri dari tiga alat. Pertama Hammer mill sebagai penggiling cangkang kerang sampai halus. Kemudian disalurkan dengan conveyor menuju mixer machine.
"Kalau sudah ke brick molding buat jadi batako. Alat ini lebih efektif daripada membuat batako manual, kekuatannya juga lebih kuat 5 persen dari batako biasa. Selain itu juga lebih hemat semen dengan batako lainnya," kata Olga.
Dia menambahkan, hasil batako lebih kuat karena teksturnya yang lebih halus. Menurut Olga, timnya menggunakan 5 persen bubuk cangkang kerang untuk setiap batako yang berbahan utama semen, pasir, kerikil dan air.
"Kami juara pertama, poin tertinggi. Tapi ajang ini punya standar hadiah berdasarkan poin. Kami dapat hadiah 4.000 dolar AS atau sekitar Rp40-an juta. Kalau poin kami lebih tinggi kami bisa dapat hadiah lebih besar," kata Olga.
Penulis: Addi M Idhom
Editor: Addi M Idhom