Menuju konten utama

Luhut Sebut AHY Kampungan, Demokrat Ungkit Kelakuan KSP Moeldoko

Menurut Kamhar, pernyataan Luhut yang memberi label kampungan kepada AHY adalah bentuk penyesatan.

Luhut Sebut AHY Kampungan, Demokrat Ungkit Kelakuan KSP Moeldoko
Anies Baswedan dan AHY berfoto bersama sembari berjabat tangan di Bandara Soekarno Hatta pada Rabu (12/7/2023). Foto: Tirto.id/Ist

tirto.id - Deputi Bappilu DPP Partai Demokrat Kamhar Lakumani merespons pernyataan Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan yang menyebut Ketum Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono kampungan.

Menurut Kamhar, pernyataan Luhut yang memberi label kampungan kepada AHY adalah bentuk penyesatan.

Pasalnya, kata dia, sejatinya yang dilakukan AHY itu cara-cara kesatria dan demokratis dalam merespons Kepala Staf Presiden Moeldoko yang diduga berusaha mengambil alih Partai Demokrat.

"Cara-cara mengambil alih partai politik dengan membegal, justru itulah cara-cara yang kampungan," kata Kamhar kepada reporter Tirto, Senin (24/7/2023).

Kamhar menuding upaya membegal demokrasi untuk perpanjangan masa jabatan presiden dan penambahan periodesasi masa jabatan presiden serta penundaan pemilu yang katanya didukung ‘big data’ ternyata ‘big dusta’ justru itu yang bersifat kampungan.

Luhut sebelumnya menyebut AHY kampungan karena diduga menuding Jokowi berupaya menjegal pencalonan presiden dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan, Anies Baswedan. Luhut mengklaim Jokowi tak mungkin berupaya menjegal Anies untuk maju pada Pilpres 2024.

Presiden keenam RI cum Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sebelumnya juga merilis buku berjudul "Pilpres 2024 dan Cawe-cawe Presiden Jokowi" pada Senin (26/6/2023). Buku SBY itu bersampul merah dan memiliki ketebalan 27 halaman.

Ada lima hal yang disorot SBY dalam buku itu. Pertama, isu Jokowi akan melakukan cawe-cawe dalam Pilpres 2024. Tetapi, itu cawe-cawe yang baik dan demi kepentingan bangsa dan negara.

Kedua, informasi Jokowi yang hanya menghendaki dua pasangan capres-cawapres. Bukan tiga apalagi empat pasangan.

Ketiga, anggapan Jokowi tidak suka dengan Anies Baswedan, dan tidak ingin pula yang bersangkutan jadi capres.

Keempat, isu Jokowi akan memberikan “endorsement” kepada sejumlah tokoh untuk menjadi capres atau cawapres.

Kelima, Jokowi dinilai yang akan menentukan dan memberikan kata akhir siapa pasangan capres cawapres yang mesti diusung oleh partai-partai politik itu.

Baca juga artikel terkait LUHUT BINSAR PANDJAITAN atau tulisan lainnya dari Fransiskus Adryanto Pratama

tirto.id - Politik
Reporter: Fransiskus Adryanto Pratama
Penulis: Fransiskus Adryanto Pratama
Editor: Fahreza Rizky