tirto.id - Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah Kemendikbudristek, Iwan Syahril, mengatakan selama pandemi COVID-19, dunia pendidikan mengalami learning loss atau hilangnya kemampuan peserta didik dalam belajar.
Fenomena ini terjadi di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Meski begitu, jika dibandingkan dengan negara-negara lain, learning loss pada pelajar Indonesia cenderung stabil.
"Indonesia termasuk negara yang paling lama tutup sekolah. Kalau kita kalkulasikan antara turunnya skor Programme for International Student Assessment (PISA) dengan lamanya pembelajaran jarak jauh, harusnya kita di bawah negara lain, harusnya learning loss-nya paling besar tetapi ternyata learning loss Indonesia ini beda sedikit dari rata-rata internasional," urai Iwan saat ditemui di Hotel Sheraton, Jakarta Selatan, Rabu (6/12/2023).
Stabilnya learning loss dan skor PISA pelajar Indonesia menunjukkan resiliensi yang baik. Sistem pembelajaran dan kemampuan siswa di Indonesia mampu bertahan dalam kondisi ekstrem seperti lockdown di masa pandemi COVID-19.
"Kita punya sistem yang resilien, keputusan yang kita ambil selama masa pandemi dan sesudahnya membuat kita menjadi negara yang recovery-nya lebih cepat. Padahal, recovery enggak bisa terjadi dalam satu tahun dua tahun," ucap Iwan.
Menurut Iwan, momentum bangkitnya pelajar Indonesia pascapandemi perlu terus dijaga dan dibudayakan. Sebab, itu menjadi bukti bahwa baik pelajar maupun tenaga pendidik di Indonesia punya kemampuan tangguh dalam menghadapi krisis.
"Sekali lagi ini menunjukkan ketangguhan kita dalam menghadapi krisis, learning loss. Posisi kita semakin baik. Ekosistem kita bergerak on the right track (jalur yang benar)," tutur Iwan.
Dirinya berharap kebijakan yang saat ini sudah diimplementasikan di Kemendikbudristek untuk diperkuat. Dengan demikian, posisi Indonesia akan semakin kuat. Kualitas pendidikan di Indonesia pun bisa setara dengan negara-negara maju lainnya di dunia.
Iwan mendorong resiliensi tidak hanya tentang pemulihan pascapandemi tetapi juga akselerasi untuk sebuah ekosistem yang semakin berkualitas. Kualitas pendidikan yang stabil atau bahkan meningkat menjadi penunjang penting dalam mewujudkan Indonesia Emas 2040.
"Mudah-mudahan dengan ekosistem yang semakin kuat kolaborasi, gotong royong kita akan menguatkan kompetensi kompetensi, fondasi, karakter yang bisa menguatkan SDM," pungkas Iwan.
Penulis: Iftinavia Pradinantia
Editor: Bayu Septianto