tirto.id - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) terus berupaya untuk mengembangkan ekosistem teknologi sebagai penunjang kegiatan belajar mengajar (KBM).
Mendikbudristek Nadiem Anwar Makarim mengatakan teknologi tidak akan menggantikan peran guru di sekolah, tetapi akan dimanfaatkan secara maksimal dalam kegiatan belajar mengajar.
"Teknologi kita manfaatkan dalam dunia pendidikan untuk memaksimalkan potensi sumber daya manusia dalam mengakselerasi perubahan ke arah yang lebih baik," tutur Nadiem Makarim di Hotel Sheraton, Jakarta, Rabu (6/12/2023).
Namun, dalam penerapannya, ada sejumlah tantangan yang dihadapi para tenaga pengajar dan siswa dalam proses belajar mengajar.
Berdasarkan hasil penelitian yang dipaparkan oleh Lembaga Oliver Wyman, ada sejumlah tantangan dalam sistem pendidikan Indonesia. Tantangan tersebut begitu kompleks sehingga menyebabkan rendahnya tingkat pendidikan Indonesia.
Tantangan pertama, yaitu masih digunakannya sistem pembelajaran di dalam kelas dengan menggunakan satu kurikulum atau one-size-fits-all curriculum. Kurikulum ini masih menerapkan satu standar atau satu penilaian dalam kegiatan belajar mengajar yang diterapkan ke seluruh peserta didik.
"Adanya sistem kurikulum semacam itu menyebabkan kurangnya kesadaran di antara kepala sekolah tentang pentingnya menyesuaikan strategi pembelajaran dengan keadaan sekolah," jelas Partner dan Asia Pacific Education Practice Lead Oliver Wyman, Claudia Wang.
Tantangan kedua adalah pola pikir pengajar dan pelajar yang ingin tetap di zona nyaman. Hal itu menghambat motivasi untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
Tantangan terakhir adalah akses pelatihan berkualitas yang terbatas.
"Distribusi letak fasilitas pelatihan guru yang belum merata dan sistem pengelolaan pelatihan yang terdesentralisasi menyebabkan terbatasnya kuota pelatihan," ujarnya.
Tiga tantangan utama tersebut, kata Nadiem telah dicarikan solusinya oleh Kemendikbudristek melalui platform Merdeka Mengajar.
"Ini merupakan kebijakan komprehensif yang bertujuan untuk mentransformasi sistem pendidikan Indonesia. Selama kurang dari dua tahun, platform tersebut secara terintegrasi telah menjadi bagian dari penunjang operasional dan aktivitas pembelajaran bagi lebih dari 3 juta guru di Indonesia," tutur Nadiem.
Gerakan Merdeka Mengajar menunjukkan progres yang menjanjikan meskipun sistem pendidikan Indonesia besar dan bersifat heterogen. Salah satu progres yang dihasilkan yakni peringkat hasil belajar literasi Indonesia pada PISA 2022 naik lima sampai enam posisi dibanding 2018 sehingga peningkatan ini menjadi pencapaian tertinggi.
“Peningkatan ini merupakan capaian paling tinggi secara peringkat (persentil) sepanjang sejarah Indonesia mengikuti PISA,” kata Nadiem.
Penulis: Iftinavia Pradinantia
Editor: Bayu Septianto