tirto.id - Komisi X DPR RI berencana memanggil Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim terkait kebakaran di Museum Nasional, Jakarta Pusat.
Ketua Komisi X DPR RI Syaiful Huda mengatakan pemanggilan Nadiem diharapkan dapat mencegah kejadian kebakaran museum terulang kembali.
“Kami akan mempertimbangkan pemanggilan Mas Menteri (Nadiem) untuk mengetahui bagaimana strategi pengelolaan museum di tanah air agar perawatan, pemeliharaan, dan penyimpanan benda cagar budaya benar-benar bisa dilakukan dengan baik, termasuk mengkaji peluang pembentukan Badan Permuseuman Indonesia. Jadi pengelolaan museum tidak lagi setingkat BLU tetapi menjadi badan tersendiri,” kata Huda dalam keterangan tertulis, Senin (18/9/2023).
Huda meminta pemerintah untuk mengevaluasi pengelolaan museum di Indonesia. Dia berharap agar museum tidak hanya dipandang sebagai wadah untuk meletakkan benda mati, namun juga harus dimaknai sebagai alat komunikasi bangsa dari masa ke masa.
“Berbagai artefak sejarah tersebut menjadi benang merah atas eksistensi manusia Indonesia dari waktu ke waktu, maka sudah seharusnya jika ada pengamanan berlapis dari ancaman kerusakan maupun kehilangan,” kata dia.
Huda menyayangkan terjadinya kebakaran Museum Nasional. Ia menyebut hal itu sebagai imbas atas lemahnya pengamanan museum sehingga kebakaran tak bisa dihindari.
“Kami tentu sangat prihatin dengan kejadian kebakaran Museum Nasional. Sebagai objek vital harusnya sistem pengamanan Museum Nasional harus kelas I sehingga bisa mengantisipasi berbagai ancaman baik kerusakan maupun kehilangan termasuk peristiwa kebakaran,” kata Huda.
Huda mengaku heran kebakaran bisa terjadi di kawasan Museum Nasional dalam waktu relatif lama. Ia bilang mestinya ada deteksi dini ancaman kebakaran beserta mitigasinya.
“Apakah tidak ada sensor yang mendeteksi titik api dan sistem pemadaman yang otomatis mengingat ini Museum Nasional. Lalu rentang kebakaran berlangsung hingga selama dua jam lebih. Ini yang menurut kami harus ada investigasi menyeluruh,” ujarnya.
Huda menyebut kemungkinan untuk merehabilitasi museum amatlah kecil. Hal tersebut mengingat inventaris museum bersifat langka, rapuh dan mudah rusak. Selain itu, jumlahnya yang terbatas membuat kemungkinan mencari replika serupa sulit untuk dilakukan.
“Koleksi berupa benda cagar budaya ini seringkali bersifat langka, jumlahnya sangat terbatas (limited), rapuh (fragile), serta jika rusak tidak lagi dapat diperbarui (unreneweble). Maka harusnya benar-benar dijaga betul,” jelasnya.
Penulis: Irfan Amin
Editor: Gilang Ramadhan