Menuju konten utama

Pameran Pesona Keris Nusantara sebagai Upaya Pemajuan Kebudayaan

Keris Indonesia diakui sebagai Karya Agung Budaya Dunia sejak 2005. Museum Nasional & SNKI memperingatinya dengan menggelar pameran Pesona Keris Nusantara.

Pameran Pesona Keris Nusantara sebagai Upaya Pemajuan Kebudayaan
Menteri Kebudayaan menghadiri pembukaan pameran Pesona Keris Nusantara di Museum Nasional Indonesia, Jakarta Pusat, pada Senin (25/11/2024). Kegiatan tersebut akan berlangsung hingga 31 Desember 2024. (FOTO/Dok. Istimewa)

tirto.id - Museum Nasional Indonesia menggelar pameran bertajuk Pesona Keris Nusantara pada 25 November 2024 hingga 31 Desember 2024. Pameran tersebut diselenggarakan untuk memperingati 19 tahun pengakuan UNESCO terhadap Keris Indonesia sebagai Karya Agung Budaya Dunia (Masterpiece of the Oral and Intangible Heritage of Humanity).

"Lebih dari 200 keris dari berbagai daerah di Indonesia ditampilkan, mulai dari rumpun keris Jawa dan Madura (Jawa Timur, Solo, Jogjakarta, Sunda, Cirebon dan Banten), rumpun keris Melayu (seluruh Sumatera hingga Semenanjung Melayu), rumpun Bugis Makassar (seluruh Sulawesi dan Kalimantan, Sumba dan Sumbawa), serta rumpun keris Bali dan Lombok," bunyi keterangan yang diterima redaksi Tirto.id, Senin malam (25/11).

Ragam koleksi keris yang ditampilkan itu merupakan koleksi Museum Nasional serta hasil kontribusi para pelaku perkerisan di bawah naungan Sekretariat Nasional Perkerisan Indonesia (SNKI). Dengan kemasan pameran yang interaktif, Pesona Keris Nusantara diharapkan menjadi ruang edukasi dan rekreasi yang inspiratif, memperkaya pemahaman publik akan jati diri bangsa melalui simbol budaya keris.

"Melalui Pameran Pesona Keris Nusantara, kita dapat menggali lebih dalam nilai-nilai yang terkandung dalam pusaka tersebut, memperkuat jati diri bangsa, dan memajukan kebudayaan Indonesia di tingkat nasional dan global," ungkap Menteri Kebudayaan, Fadli Zon, saat memberikan sambutan.

Fadli menambahkan, pihaknya mengapresiasi kolaborasi antara Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia dengan SNKI dalam menyelenggarakan Pameran Pesona Keris Nusantara. Menurut Fadli, kolaborasi ini merupakan upaya membangun kesadaran masyarakat tentang pentingnya keris sebagai warisan budaya, serta memperkenalkan keris kepada generasi muda melalui program edukasi literasi dan pameran.

"Warisan budaya seperti keris bukan hanya peninggalan masa lalu, tetapi juga menjadi bagian penting dari visi culture for future—di mana kebudayaan berperan sebagai sumber inspirasi dan inovasi untuk menjawab tantangan era modern. Pameran ini adalah wujud nyata dari komitmen kita untuk memperkenalkan kembali keris sebagai salah satu warisan budaya bangsa yang patut kita jaga, lestarikan, dan maknai bersama," sambung Fadli.

Fadli menegaskan peran strategis Kementerian Kebudayaan sebagai penggerak utama pemajuan kebudayaan. Menurut Fadli, Kementerian kebudayaan merupakan fasilitator untuk menciptakan ekosistem budaya yang inklusif, memberdayakan pelaku budaya, serta memajukan pendidikan dan pelestarian nilai-nilai budaya.

Dengan adanya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan, Kementerian Kebudayaan berkomitmen mendukung pelestarian budaya, termasuk melalui program-program yang terwujud dalam pelindungan, pengembangan, pemanfaatan, serta pembinaan Objek Pemajuan Kebudayaan (OPK).

"Saya kira implementasi yang efektif dari empat hal tersebut kita dapat memastikan keberlanjutan keris sebagai simbol kearifan lokal dan identitas bangsa," sambung Fadli Zon.

Untuk memastikan keberlanjutan tersebut, pemerintah memberikan dukungan melalui penyusunan dokumentasi dan literasi keris, serta penyediaan fasilitas pelatihan bagi generasi muda untuk mewarisi keterampilan pembuatan keris. Selain itu, pemerintah juga mendukung program-program yang berkaitan dengan penggunaan keris sebagai simbol diplomasi budaya di tingkat internasional, serta bekerja sama dengan komunitas budaya, khususnya organisasi pencinta keris, untuk menyelenggarakan kegiatan berupa pameran, festival, maupun seminar.

Keris Indonesia ditetapkan sebagai Karya Agung Budaya Dunia oleh UNESCO pada 25 November 2005, dan terinskripsi dalam Daftar Representatif Warisan Budaya Takbenda pada 2008.

Pengakuan tersebut membawa dampak positif terhadap peningkatan aktivitas ekonomi di bidang perkerisan, sebagaimana diungkapkan dalam kajian terbaru oleh Pusat Penelitian Kebijakan Pendidikan dan Kebudayaan. Namun, kajian yang sama juga mengungkapkan adanya tantangan besar dalam memastikan transmisi nilai-nilai budaya Keris Indonesia kepada generasi berikutnya. Untuk menjawab tantangan tersebut, momentum Hari Keris Nasional menjadi langkah strategis dalam mentransfer nilai-nilai budaya kepada generasi penerus bangsa.

Pameran Pesona Keris Nusantara tidak hanya menampilkan koleksi keris dari berbagai daerah, tetapi juga memberikan wawasan mendalam mengenai sejarah, fungsi, dan teknologi pembuatannya.

Bukti-bukti arkeologis, seperti Prasasti Kwak I (abad ke-9) dan Prasasti Karang Tengah/Kayumwungan (824 M), menunjukkan peran penting keris dalam kehidupan spiritual masyarakat Indonesia sejak zaman dulu. Relief candi-candi seperti Panataran dan Sukuh turut menggambarkan proses pembuatan dan penggunaan keris, yang menjadi simbol harmonisasi antara manusia, alam, dan Sang Pencipta.

Pembukaan pameran terasa makin lengkap dengan diluncurkannya buku "Seri Pesona Keris Nusantara" karya Dr. Fadli Zon, M.Sc. Buku tersebut mendokumentasikan perjalanan keris dari berbagai sudut pandang, mulai dari sejarah, filosofi, hingga seni.

Melalui pameran dan rangkaian kegiatannya, Pameran Pesona Keris Nusantara diharapkan dapat menjadi jembatan antara generasi saat ini dan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam keris, mengukuhkan posisinya sebagai warisan budaya Karya Agung Budaya Dunia, Warisan Budaya Takbenda (Representative List of Intangible Cultural Heritage) tak ternilai bangsa Indonesia,

Baca juga artikel terkait KEMENTERIAN KEBUDAYAAN

tirto.id - Sosial budaya
Sumber: pers rilis
Editor: Zulkifli Songyanan