Menuju konten utama
Pandemi COVID-19

Larangan Mudik, Doni Monardo, & Harapan Titik Nol Virus Corona

Larangan mudik disosialisasikan dengan gigih oleh berbagai pihak, termasuk BNPB melalui sang kepala, Doni Monardo.

Larangan Mudik, Doni Monardo, & Harapan Titik Nol Virus Corona
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang juga Ketua Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Letjen TNI Doni Monardo memberikan pengarahan ketika Rapat Koordinasi Penanganan COVID-19 dan Mitigasi Bencana bersama Forkopimda Provinsi Riau di Pekanbaru, Riau, Kamis (22/4/2021). ANTARA FOTO/Rony Muharrman/wsj.

tirto.id - Di tengah pandemi, pemerintah melarang mudik lebaran selama 6 hingga 17 Mei 2021. Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo menekankan pentingnya sosialisasi kebijakan ini setiap saat. Prinsip lebih baik lelah dianggap cerewet daripada korban Covid-19 berderet-deret dikemukakan.

"Larangan mudik ini bukan hanya tepat, tetapi sangat tepat. Berkaca kepada perjalanan kita sudah setahun lebih menghadapi covid setiap libur panjang pasti diikuti kenaikan kasus aktif, dan juga akan diikuti dengan bertambahnya angka kematian," terang Doni Monardo dalam talk show "Jaga Keluarga, Tidak Mudik" yang diunggah di kanal Youtube BNPB Indonesia.

"Mulai dari lebaran Idulfitri tahun yang lalu, liburan Agustus, kemudian sampai dengan Natal dan tahun baru, variasi (kenaikan) angkanya untuk angka kematian antara 46 persen sampai 75 persen, kemudian demikian juga untuk kasus aktifnya dari posisi 70-an persen hingga 119 persen," tambahnya.

Berdasarkan Survei Kementerian Perhubungan terkait pelarangan mudik Idulfitri 1442H, jika mudik tidak dilarang maka akan ada 33 persen masyarakat (sekitar 89,1 juta orang) yang akan bepergian untuk mudik ke kampung halaman.

Namun, jika mudik dilarang, jumlah masyarakat yang bepergian untuk mudik bisa mengecil jadi 11 persen (29,7 juta orang). Setelah adanya sosialisasi, 7 persen masyarakat (18,9 persen) diprediksi tetap ingin mudik.

"Lebih baik hari ini kita lelah, kita dianggap cerewet daripada korban covid berderet-deret. Sudah tidak ada lagi pilihan lain. 7 persen dari 270 juta penduduk kita sangat besar, sekitar 18,9 juta orang. Tugas kita adalah mengurangi angka ini sekecil mungkin," papar Doni Monardo.

Pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia sejak 2020 mempengaruhi berbagai dimensi di masyarakat. Upaya mengendalikan penyebaran virus Corona dengan gerakan 3M (memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan dengan sabun), diimbangi aksi 3T (testing, tracing, treatment) dan vaksinasi oleh pemerintah.

Berbagai elemen gigih untuk untuk terus mengingatkan masyarakat agar patuh pada protokol kesehatan. Mencurahkan energi demi orang banyak jadi keharusan. Sebagai kepala BNPB, Doni Monardo juga demikian.

“Awal-awal pandemi, tahun lalu, pak Doni terkadang hanya tidur 3-4 jam saja. Selebihnya berkutat dengan urusan kebencanaan dan pengendalian Covid-19. Keadaan itu sudah berlangsung setahun lebih, sejak ia memutuskan tidur di kantor,” kata Egy Massadiah, Tenaga Ahli BNPB.

Sepak terjang Doni Monardo dalam setahun terakhir, antara menjalani tugasnya sebagai kepala BNPB dan menjadi suami, ayah, sekaligus, kakek, tertuang dalam Buku Titik Nol Corona, Doni Monardo di Pusaran Wabah oleh Egy Massadiah. Buku ini sendiri menjadi hadiah ulang tahun ke-58 Doni yang lahir di Cimahi, 10 Mei 1963.

Titik Nol Corona yang tebalnya 430 halaman ini berisi 60 judul tulisan terkait berbagai sisi perjalanan Doni yang sebagian besar tidak tertangkap kamera media massa mainstream.

Banner BNPB Info Lengkap Seputar Covid19

Banner BNPB. tirto.id/Fuad

Baca juga artikel terkait KAMPANYE COVID-19 atau tulisan lainnya dari Fitra Firdaus

tirto.id - Kesehatan
Penulis: Fitra Firdaus
Editor: Agung DH