Menuju konten utama
May Day 2023

Kumpulan Puisi Hari Buruh 2023: Surat Pekerja pada Penguasa

Kumpulan puisi tentang Hari Buruh Internasional yang menginspirasi dan penuh makna. Berikut selengkapnya.

Kumpulan Puisi Hari Buruh 2023: Surat Pekerja pada Penguasa
sejumlah polisi menjaga berlangsungnya peringatan hari buruh internasional di stadion utama gelora bung karno, senayan, jakarta, minggu (1/5). dalam acara yang diikuti ribuan buruh tersebut para buruh meminta pemerintah meningkatkan kesejahteraan mereka. antara foto/sigid kurniawan/foc/16.

tirto.id - Kumpulan puisi tentang Hari Buruh Internasional yang menginspirasi dan penuh makna dapat dibagikan dalam peringatan May Day 2023.

Kumpulan puisi May Day tersebut dapat digunakan untuk memperingati Hari Buruh Internasional.

Hari Buruh Internasional, secara resmi dijadikan sebagai tanggal merah oleh pemerintah, ditetapkan pada tahun 2014. Penetapan itu dilakukan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Sehingga, sejak tahun 2014 hingga sekarang, 1 Mei sebagai Hari Buruh atau May Day ditetapkan sebagai tanggal merah atau hari libur nasional.

Berdasarkan laman resmi International Labour Organization (ILO), bahwa telah dilakukannya Konferensi Perburuhan Internasional. Dalam menyambut Hari Buruh Internasional, ILO akan mengangkat tema Hari Buruh Internasional 2023 "Lingkungan Kerja yang Aman dan Sehat".

“Para ahli dan konstituen untuk mendiskusikan implikasi yang ditimbulkannya terhadap dunia kerja, serta bagaimana menerapkan kerja yang aman dan sehat secara praktis di dunia kerja,” tulisnya dalam laman ILO.

Kumpulan Puisi Hari Buruh Internasional 2023 yang Menginspirasi

Berikut adalah kumpulan puisi tentang Hari Buruh Internasional yang menginspirasi, yang dapat dijadikan untuk merayakan serta memperingati Hari Buruh Internasional yang dikutip dari Buku Antologi Puisi Agraria Indonesia karya Surya Saluang.

Berita Buruk Buat Penguasa

kabarkan kepada mereka

bahwa masih ada perlawanan

kabarkan pada mereka

bahwa rakyat butuh makan

kabarkan pada mereka

kalau buruh butuh kerja

kabarkan pada mereka

jika petani di desa butuh tanah

kabarkan pada mereka

bahwa penindasan bukan lagi zamannya

kabarkan pada mereka

andai rakyat marah dan memberontak

kabarkan pada mereka

Tuhan pun berpihak pada kami

kabarkan pada mereka

ini berita buruk untuk penguasa

kabarkan berita buruk ini pada mereka

bahwa penindasan akan melahirkan perlawanan

karena Tuhan pun bersama kami!

Surat pada Penguasa

dengan darah yang mengucur

sepanjang penderitaan yang bergeming

di tubuh rentaku

kukatakan pada kalian yang telah

dititipkan sayap oleh Tuhan

untuk terbang mengepak di atas kepalaku

bahwa matiku tinggal beberapa detak jantung lagi

dan aku tidak memiliki serbuk gula untuk bekal

anak-anakku menyeberangi aspal

aku mohon pada kalian yang telah direstui langit untuk

menjadi pemimpin

jangan lagi sepetak tanahku kalian incar untuk pembangunan

hanya itu yang kumiliki!

Jalan yang Kupilih

teriris hatiku

melihat ke arah itu

bagaimana nasib kami

tertindas tiada arti

dimana perasaanmu

kami ada disini

kami berdiri di atas tanah kami

mencari nafkah

untuk keluarga kami

biar panas terik

menyinari kulit kami

hingga membakar ari kami

kami tak gentar

inilah jalan yang kami pilih

hidup di asal kami

bertani di pesisir

Pasir Bak Emas

aku mencari sesuatu

suatu ketentraman hati

aku berjalan di gelapnya malam

terfikirkan yang menyala siang tadi

ketika keadilan

tengah dipertaruhkan

dan tak lagi dihiraukan

ketika suara kami tak lagi didengar

harta dan kekayaan berkilau

pasir itu menyala bak emas

diperebutkan dan ingin dikuasai

tanpa peduli dengan nasib rakyat sendiri

dimana kami harus meneruskan hidup

ini tanah kami!

kami tak rela kau ingin menguasainya

kami lawan walau apapun!

Bumi Pertiwi

ketika mentari telah menampakkan diri

itulah waktu untuk kami maju dan berdegap hati

dengan bambu runcing yang selalu menyertai

tibalah kami di pertaruhan nyawa ini

untuk memperjuangkan bumi pertiwi

walau kami tau semua itu tak mudah

tetapi kami yakin, badai bernyawa pasti musnah

tergelincir oleh licinnya batu

terseret oleh derasnya arus

dan tak akan menemukan jalan yang lurus

bumi pertiwi

percayalah pada kami

bahwa kami tak akan berdiam diri

melihat badai bernyawa terus beraksi

karena kami cinta akan pesisir ini

Di Sanalah Bersama Keluargaku Tak Berdaya

di sanalah bersama keluargaku tak berdaya

melihat penguasa seenaknya merampas tanah kami digusur tanpa beralasan

karena kami tak memiliki kekuatan

kami dilarang bertempat tinggal dengan alasan tak masuk di akal

dipenjarakan bila kami melawan

karena mereka memiliki aturan

seenaknya saja mereka menggusur

bagaikan batu tanpa hati

kami tak mampu berkata lagi

karena rumah kami tak bisa kembali

Baca juga artikel terkait HARI BURUH SEDUNIA 2023 atau tulisan lainnya dari Sulthoni

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Sulthoni
Penulis: Sulthoni
Editor: Yulaika Ramadhani