tirto.id - Ebrahim Raisi dikenal keras dalam menentang Israel, terutama terkait persoalan Palestina. Militer Iran bahkan sempat melakukan serangan ke wilayah Israel hingga memicu aksi balasan. Presiden Iran Ebrahim Raisi dinyatakan meninggal dalam kecelakaan helikopter yang jatuh pada hari Minggu, (19/5/2024).
Jenazah Presiden Iran Ebrahim Raisi dan rombongan lain berhasil diidentifikasi dan tidak diperlukan tes DNA. Hal ini disampaikan Mohammad Hassan Nami, Kepala Otoritas Penanggulangan Bencana Iran.
"Semua jenazah dapat dikenali dan telah diserahkan kepada Organisasi Kedokteran Legal," ucap Hassan Nami, seperti diwartakan kantor berita IRNA, Senin, (20/5/2024).
Ia menambahkan, seluruh jenazah korban tragedi helikopter jatuh itu sudah dapat dikenali meskipun mereka mengalami luka bakar. Sedangkan kondisi jenazah Ayatollah Mohammad Ali Al-e Hashem dikabarkan baik-baik saja.
"Dia masih hidup hingga satu jam setelah kecelakaan udara dan bahkan sempat melakukan percakapan telepon dengan Gholam-Hossein Esmaeili, Kepala Kantor Presiden," sambung Hassan Nami.
Kronologi Serangan Iran ke Israel April 2024
Pada Sabtu (13/4/2024), Iran melancarkan serangan ke Israel. Mereka dilaporkan menembakkan ratusan drone atau pesawat tanpa awak yang membawa bom. Serangan ini berlangsung hingga Minggu (14/4), dini hari.
Akan tetapi, serangan salvo itu ternyata berhasil dicegat Israel. Daniel Hagari, juru bicara militer Israel menyatakan jumlah rudal Iran yang ditembakkan ke wilayahnya mencapai 200 buah, termasuk 10 jenis jelajah.
Hagari mengklaim serangan ini tidak menyebabkan kerusakan yang berarti pada fasilitas militer Israel.
Penembakan ratusan rudal dan drone itu dipicu serangan terhadap kantor konsulat Iran di Damaskus, Suriah, pada tanggal 1 April 2024. Dua orang jenderal Iran menjadi korban tewas dalam kejadian ini.
Mereka adalah Jenderal Mohammad Reza Zahedi, eks memimpin pasukan elit Quds Islamic Revolutionary Guards Corps (IRGC) di Lebanon dan Suriah serta Jenderal Mohammad Hadi Hajriahimi, wakilnya Mohammad Reza Zahedi. Selain itu, lima korban lainnya adalah perwira.
Ayatollah Ali Khamenei, pemimpin Iran merespons dengan menyatakan,"Kami akan membuat mereka menyesal atas kejahatan dan tindakan serupa,".
Iran lantas menyebutkan serangan drone dan rudal merupakan sebuah upaya hukuman atas kejahatan yang dilakukan Israel.
Jumat (19/4/2024), Israel kemudian melancarkan serangan balasan terhadap Iran. Menurut keterangan militer Iran, mereka mengaktifkan sistem pertahanan udara dalam rangka menghancurkan tiga sasaran yang mencurigakan.
Ketiga objek tersebut diduga merupakan drone kiriman Israel. Drone ini melintas di atas kota Isfahan dan meledak sebelum mencapai sasaran. Tidak ada korban atau kerusakan dalam peristiwa tersebut.
Bagaimana Sikap Ebrahim Raisi Terhadap Israel?
Presiden Iran, Ebrahim Raisi semasa hidupnya dikenal sebagai tokoh yang menentang keras Israel, terutama berkaitan dengan masalah Palestina.
Pada 25 April 2024, Raisi pernah memberikan pernyataan bahwa Israel harus diadili setelah melakukan perampasan dan penindasan terhadap Palestina.
"Ketika berbicara tentang penindas, ketika berbicara tentang perampas, rezim Zionis Israel telah melakukan penindasan terhadap rakyat Palestina selama 75 tahun, mereka telah merampas wilayahnya," tutur Raisi, seperti dikabarkan AP News.
"Kita harus mengusir para perampas itu, kita harus membuat mereka membayar biaya atas semua kerusakan yang telah diciptakan, dan kita harus mengadili para penindas dan perampas," lanjutnya, dalam kunjungan selama sehari di Sri Lanka.
Hamas, kelompok militan Islam di Palestina menilai pria yang meninggal dalam usia 63 tahun ini sebagai salah satu tokoh yang mendukung penuh perjuangan rakyat Palestina melawan Israel.
"Para pemimpin itu mendukung perjuangan sah rakyat kami melawan Zionis, memberikan dukungan yang berharga bagi perlawanan Palestina, dan melakukan upaya tak kenal lelah dalam solidaritas dan dukungan di semua forum dan bidang untuk rakyat di Jalur Gaza yang tabah selama Pertempuran Banjir Al-Aqsa," bunyi pernyataan resmi Hamas, dikutip via Reuters.
Selama perang Hamas-Israel yang terjadi sejak 7 Oktober 2023, sejumlah sekutu Iran di Lebanon dan Yaman dikabarkan ikut terlibat.
Namun, intensitas semakin meninggi setelah serangan yang diduga dilakukan Israel dilancarkan terhadap konsulat Iran di Suriah, 1 April 2024. Hal ini kemudian memicu serangan langsung pertama kali yang dilancarkan Iran terhadap Israel.
"Masyarakat dunia melihat bahwa setelah Operasi Banjir Al-Aqsha, 'Janji Sejati' meruntuhkan hegemoni palsu rezim Zionis," ujar Ebrahim Raisi, dalam sebuah pidato parade militer tahunan Iran, 17 April 2024.
"Ini adalah waktu bagi para pendukung rezim Zionis untuk mengetahui bahwa kekuatan tersembunyi mereka tidak akan dapat melakukan apa-apa," lanjutnya, dikutip via Al-Jazeera.
Seorang pejabat Israel yang tidak mau disebutkan namanya menyatakan Tel Aviv tidak terlibat sama sekali dalam peristiwa kecelakaan helikopter jatuh yang menewaskan Presiden Iran Ebrahim Raisi.
"Itu bukan kami," ujarnya, seperti disampaikan kepada Reuters.
Sementara mengutip The Times of Israel, belum ada pernyataan secara resmi yang dikeluarkan pemerintah Israel atas kematian Ebrahim Raisi.
MK Avigdor Liberman, Ketua Partai Oposisi Yisrael Beytenu menyebutkan mereka sebenarnya tidak mengharapkan kematian Presiden Iran bakal membuat perubahan arah kebijakan Iran terhadap Israel.
"Bagi kami, itu tidak masalah, tidak akan mempengaruhi sikap Israel [terhadap Iran]. Kebijakan Iran ditentukan oleh pemimpin tertinggi [Ayatollah Ali Khamenei]," ujarnya.
"Namun, tidak ada keraguan bahwa presiden itu adalah orang yang brutal. Kami tidak akan meneteskan air mata," lanjut Avigdor Liberman.
Penulis: Beni Jo
Editor: Dipna Videlia Putsanra