tirto.id - “Yang merancang dan menyiapkan desain dari nol... (disusul suara sahutan: "Siapa yang bilang, woy siapa yang bilang? Ahok, Ahok yang rancang, Ahok”) Video itu dengan segera menuai banyak respons, termasuk respons yang menganggap Anies Baswedan tidak tahu malu karena tidak menyebut nama Ahok (Basuki Tjahja Purnama). “Nemu nih.... emang bener udah putus urat malunya tuh orang.... 😁,” cuit akun Twitter yang sama. Sama seperti suara yang muncul dalam potongan video itu, sejumlah warganet memberi pendapat perlunya menyebut nama Ahok dalam riwayat revitalisasi Lapangan Banteng. Sementara artikel yang diterbitkan Antara menyatakan bahwa pada saat peresmian berlangsung memang muncul beberapa orang yang datang dengan baju kotak-kotak, berteriak serta membawa spanduk, salah satunya bertuliskan: “Terima kasih Ahok-Djarot.” Kontroversi terus bergulir. Sebuah artikel dari Portal Islam memberi pandangan lain soal protes pendukung Ahok, dengan menyodorkan informasi berupa pernyataan Menteri Keuangan Sri Mulyani yang mengapresiasi kerja Sandiaga Uno Wakil Gubernur DKI Jakarta atas revitalisasi Lapangan Banteng. Artikel itu mencoba memberikan informasi bahwa revitalisasi dimulai oleh tantangan yang disodorkan Sri Mulyani kepada Sandiaga, dan tidak ada kaitannya dengan Ahok. Namun, pertanyaan dasarnya masih sama: Benarkah Anies Baswedan mengaku sebagai yang menyiapkan dari nol revitalisasi itu? Benarkah ide revitalisasi berasal dari tantangan Sri Mulyani kepada Sandiaga? Benarkah ada peran Ahok dalam revitalisasi ini? Agustus 2016: Lapangan Banteng akan Ditata Ulang Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta diberitakan punya ide mendesain ulang Lapangan Banteng, Jakarta Pusat. “Kamu tahu nggak itu patung apa di Lapangan Banteng? Itu adalah monumen pembebasan Irian Barat. Banyak orang nggak tahu angkatan sekarang. Dulu kita pernah perang hebat melawan Barat dengan sekutunya. Nah, itu kita mau desain ulang Lapangan Bantengnya," kata Ahok, di Monas. Oktober 2016: Cuitan Ahok di Twitter Pada 27 Oktober 2016, pukul 2:40 AM, akun twitter @basuki_btp pernah berujar bahwa pada Agustus 2017 akan ada fasilitas bertaraf internasional di Lapangan Banteng untuk kegiatan warga Jakarta. Pada Oktober itu pula Soemarsono menjadi Plt Gubernur DKI Jakarta. Ini dilakukan mengingat Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama dan Djarot Saiful Hidayat akan cuti untuk kampanye Pilkada 2017, dari 28 Oktober 2016 - 11 Februari 2017. November 2016 Han Awal & Partners Architect mengunggah video yang memaparkan desain rancangan induk (masterplan) revitalisasi Lapangan Banteng. Firma arsitek ini dimiliki oleh Yori Antar. Yori juga terlibat dalam pembangunan di RPTRA Kalijodo. Maret 2017 Sumarsono kembali menjadi Plt Gubernur DKI Jakarta untuk menggantikan posisi Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat, yang menjalani cuti masa kampanye putaran kedua Pilkada DKI Jakarta 2017. Ia akan menjabat sejak 7 Maret 2017 hingga 15 April 2017. Dalam sambutannya, Ahok mengaku senang mengetahui bahwa Soni, panggilan akrab Sumarsono, adalah orang yang akan menggantikan posisinya sementara waktu. Alasan Ahok, Soni tak perlu lagi banyak beradaptasi untuk menjalankan tugasnya memimpin pemerintahan DKI Jakarta. Ahok berpesan kepada Soni agar melanjutkan sembilan program di masa pemerintahannya. Kronologi Revitalisasi Lapangan Banteng
Dalam rapat itulah Soemarsono berkata: “Terus kemudian, groundbreaking-nya kapan? Minggu depan? (mendapat jawaban dari peserta rapat, "Bisa dimulai minggu depan") Agendakan. Pesan Pak Ahok memang agendakan dahulu. Tapi sebelum ground breaking, temen-temen Kominfo, bagian humas kita. Kita ini, kan, punya problem di Jakarta ini. Program hebatnya banyak, ya toh? Betul-betul prestise. Luar biasa terobosannya, tapi publikasi kita kurang. Kurang menggema. Kurang menggigit. Ibarat makanan kurang nendang. Kira-kira gitu loh. Sekarang bikin bisa nendang bagaimana. Kalau kulinernya nendang tanya Pak Sekda tahu di mana tempatnya. Kalau program itu nendang, oleh karena itu besok groundbreaking bagian yang harus dipublikasikan.”
Keesokan harinya, pada 16 Maret 2017, Pemprov DKI Jakarta mengunggah informasi Rencana Revitalisasi Ruang Terbuka Hijau Lapangan Banteng. Sebuah video resmi Pemprov DKI Jakarta mengunggah video yang berisi informasi Rencana Revitalisasi Ruang Terbuka Hijau Lapangan Banteng 2017. Dalam video terlihat materi desain rancangan induk revitalisasi yang pernah diunggah Han Awal & Partners Architect.
Pada 17 Maret 2017, Plt Gubernur DKI Jakarta Soemarsono melaksanakan Ground Breaking Revitalisasi Lapangan Banteng. Peristiwa itu lagi-lagi direkam dan diunggah oleh Pemprov DKI Jakarta.
Mei 2017
Wagub DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat sebagai pelaksana tugas (Plt) Gubernur DKI di Balaikota Jakarta menggantikan Basuki Tjahaja Purnama yang telah divonis 2 tahun penjara dalam kasus penistaan agama. Djarot sebagai Plt mengaku menerima pesan dari Ahok agar melanjutkan dan mempercepat sejumlah program.
Juni 2017
Pelaksanaan proyek Revitalisasi Lapangan Banteng ternyata berjalan tersendat-sendat. Asisten Pembangunan Pemprov DKI Jakarta Gamal Sinurat dalam pernyataannya kepada media menyebut bahwa Pemprov DKI dan perusahaan swasta masih menyusun perjanjian kerja sama dan perjanjian pemenuhan kewajiban. Salah satu persoalannya adalah Pemprov DKI juga mesti membangun GOR dari dana yang ada.
“Pengerjaan fisiknya belum. Setahu saya saat ini masih dalam tahap penyusunan perjanjian kerja sama dan perjanjian pemenuhan kewajiban antara perusahaan swasta dan Pemprov DKI,” tutur Gamal di Balai Kota DKI.
Agustus 2017
Sebuah video resmi Pemprov DKI Jakarta menunjukkan proses Penandatanganan MoU antaran Pemprov DKI Jakarta dengan PT Rekso Nasional Food. MoU ini terkait proyek revitalisasi Lapangan Banteng. Pembaca dapat melihat pernyataan (Plt) Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat mulai dari menit ke 12:47 dalam video tersebut.
Saat itu Djarot berkata: “Sebetulnya ide untuk merevitalisasi kawasan Lapangan Banteng dari Pak Ahok sudah lama, waktu itu kita diskusi bagaimana, lapangan banteng itu bisa digunakan, dimanfaatkan oleh warga Jakarta. Untuk olahraga, sehingga kita butuh lapangan sepakbola, sehingga kita gunakan rumput sintesis sehingga bisa digunakan”
Oktober 2017
Pada 6 Oktober 2017, ditandatangani perjanjian antara PT Sinar Mas Teladan dengan Pemprov DKI Jakarta soal Pemenuhan Kewajiban Pelampauan Nilai KLB. Salah satu poin dalam dokumen menunjukan informasi soal “Penataan Kembali Lapangan Banteng Segmen Tugu Irian Barat dan Taman Sisi Selatan yang terletak di Lapangan Banteng, Kelurahan Sawah Besar, Kecamatan Sawah Besar, Kota Administrasi Jakarta Pusat”.
Pada bulan yang sama, Presiden Joko Widodo melantik Anies Baswedan dan Sandiaga Uno sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta periode 2017-2022 di Istana Negara, Jakarta.
Desember 2017
Akun Youtube resmi Sandiaga Uno mengungah video Sandiaga yang sedang meninjau perkembangan proyek revitalisasi. Tampak seseorang memberi paparan kepada Sandiaga. Terdengar percakapan:
“Dan juga mungkin nanti kita juga sampaikan sampaikan kendala yang perlu bantuan dari Pak Sandi."
Sandiaga menjawab: "Siap, oh perlu bantuan. Siap Siap."
"Terutama masalah perizinan, Pak."
Percakapan dalam video itu mencuatkan persoalan perizinan. Kepala Seksi Pertamanan Dinas Kehutanan DKI Hendrianto berbicara kepada media tentang terlambatnya penyelesaian proyek revitalisasi Lapangan Banteng. Salah satu persoalan yang ia kemukakan memang soal perizinan. Dia mengatakan penyusunan perjanjian kerjasama dan perjanjian pemenuhan kewajiban antara pemerintah DKI dan perusahaan swasta baru selesai pada Oktober 2017. Sehingga proses renovasi baru bisa dimulai November 2017.
“(Selesai) Desember itu enggak mungkin, karena perjanjian pemenuhan kewajiban baru kami miliki pada 3 Oktober. Kalau pengerjaan cuma beberapa hari kan enggak mungkin,” katanya di Lapangan Banteng.
Namun, Hendrianto melanjutkan bahwa semua perizinan lainnya seperti izin mendirikan bangunan dan izin pemanfaatan cagar budaya sudah selesai diurus. Sehingga pihaknya sudah dapat memulai proyek renovasi.
“Hari ini mudah-mudahan sudah keluar Izin Prinsip dari Gubernur. Semoga jadi tambah lancar (proyek renovasi),” katanya kepada Tempo pada 15 Desember 2017.
Mei 2018
Sebuah video dari Pos Kota TV merekam pernyataan Sri Mulyani dan Sandiaga Uno usai mengunjungi Lapangan Banteng pada 7 Mei 2018. Pembaca dapat melihat pernyataan tersebut mulai menit ke 12:47 pada video.
Sri Mulyani: “Pak Sandi waktu habis dilantik, menjadi wagub, dan bertemu saya pada waktu itu, dimana ya?
Sandiaga menjawab: Di acara ini Bu, ada acara di tempat Ibu.
Sri Mulyani: Di tempat saya, saya tunjukkan kepada Pak Sandi, ini lapangan Banteng, ya bener, waktu itu untuk mempromosikan kerjasama pemerintah dan swasta, badan usaha, beliau mewakili pemerintah DKI. Dan karena sebagai tamu di Kementerian Keuangan, saya sampaikan, Pak Sandi ini di depan Kementerian Keuangan ada taman, yang saya itu sudah gak pernah bisa menikmati, dan menurut saya seharusnya Pemerintah DKI perbaiki. Saya tanya: Saya atau Pak Sandi yang mau benerin? Dia bilang waktu itu: Take over it, biar janji kalau sudah bagus akan ditunjukkan ke saya. Hari ini saya rasa quite impresive, less then five months, kurang dari lima bulan, Pak Sandi sudah mengundang saya untuk melihat kemajuan Lapangan Banteng.”
Juli 2018
Sebuah video merekam kegiatan peresmian Lapangan Banteng pada 25 Juli 2018. Pembaca dapat melihat mulai menit ke 20:40 pada saat Anies Baswedan mulai memberi sambutan. Melalui video yang utuh itu pulalah, pembaca dapat mendengar pernyataan Anies Baswedan saat itu.
“Dan yang juga perlu secara khusus kita berikan apresiasi, yang merancang dan menyiapkan grand design dari nol, Bapak Yori Antar. Alhamdulillah proses rancangan ini telah berjalan dengan baik. Dan kita sama-sama pada malam ini menyaksikan Lapangan Banteng sebagai lapangan yang bersejarah kembali ditata. Pemanfaatannya pun bervariasi. Tadi saya sempat dengar cerita dari Pak Yori bagaimana proses, bagaimana inovasi kreasi dilakukan di sini”
Sebelumnya Anies Basewdan menyebut beberapa nama yang berjasa terhadap Lapangan Banteng, salah satunya adalah Henk Ngantung. Selain pernah menjabat Gubernur DKI Jakarta pada 1960 hingga 1964, Henk Ngantung juga adalah seniman yang merancang patung di kawasan Lapangan Banteng.
Kesaksian Yori Antar, Sang Arsitek Proyek
Tirto menghubungi Yori Antar (27/7), arsitek proyek revitalisasi Lapangan Banteng. Yori membenarkan, bahkan memberi tahu, kronologi keterlibatannya dalam proyek Revitalisasi Lapangan Banteng. Ia mengatakan proyek itu bahkan sudah dimulai sebelum Agustus 2016. Saat itu, menurutnya, setelah mengerjakan revitalisasi kawasan Kalijodo, Ahok memintanya kembali membantu pemerintah DKI dalam proyek pagar di kawasan Lapangan Banteng.
“Sebelum bulan Agustus [2016] kita sudah mulai desain. Cuma waktu itu, dari Pak Ahok itu, [mengatakan] tolong direvitalisasi Lapangan Banteng karena ada dana KLB untuk membuat pagar. Untuk membuat pagar di kawasan olahraga. Ini ada perintah dari Pak Gubernur untuk mendesain pagar. Terus [saya] desain pagarnya, sekarang sudah jadi. Cuma pada saat itu [saya berpikir] loh, kan, saya arsitek masa cuma desain pagar. Ya satu lapangan Banteng saya bisa,” ungkapnya .
Yori lantas membuat sebuah desain utuh revitalisasi Lapangan Banteng. Dia paparkan di depan Ahok dan mendapat tanggapan baik, bahkan akan dijadikan proyek utama serta dicarikan dana lebih besar.
“Terus saya paparan di depan Pak Ahok. Ya, Pak Ahoknya senang banget malahan lapangan Bantengnya jadi begitu. Nah, artinya yang KLB-nya cuma delapan miliar, dia akan cari dana lebih gede lagi. Dan dia menjadikan lapangan Banteng proyek utama begitu,” lanjutnya.
Saat menceritakan kembali kilas balik proyek revitalisasi Lapangan Banteng, Yori mengakui bahwa pengerjaan proyek ini tidak mudah. Banyak perizinan yang memang secara hati-hati harus dilalui. Termasuk lolos dalam sidang perizinan terkait wilayah cagar budaya. Dia bersyukur akhirnya proyek ini dapat selesai.
Dia menyebut ada dua proyek lain yang tidak terealisasi karena Ahok sudah tidak lagi menjabat yakni kawasan Mbah Priuk dan kawasan Sunda Kelapa.
Sementara soal protes dan perdebatan yang berkembang di media sosial, terkait pidato sambutan Anies, Yori menganggap tidak ada yang salah dengan sambutan Anies.
“Jadi respon saya adalah tidak ada yang salah dari kata sambutannya Pak Anies. Pak Anies tidak menyebut dirinya, walaupun Pak Anies tidak menyebut Pak Ahok, atau Sandi. Dia hanya menyebut saya [Bapak Yori Antar]. Saya perwakilan dari arsitek yang diperintah oleh Pak Ahok pastinya.”
Kesimpulan
Video yang beredar di media sosial jelas merupakan potongan yang tidak lengkap. Hal itu membuat video tersebut masuk dalam kategori disinformasi. Informasi itu juga dapat memicu penilaian yang salah. Misalnya: memicu prasangka bahwa Anies tidak menyebut Ahok sembari mengklaim jasa/andilnya dalam penyelesaian proyek revitalisasi tersebut.
Informasi dari Portal Islam yang menyebut ide revitalisasi datang dari Sri Mulyani, dan Sandiaga menerima tantangan itu dengan menyanggupi mengeksekusinya, juga menyesatkan—pendeknya disinformasi juga—karena memotong setengah proses perjalanan proyek tersebut yang memang sudah dimulai dan dinisiasi sejak era Ahok.
Hasil penelusuran dari rentang Agustus 2016 hingga Juli 2018 menjelaskan konteks dengan lebih utuh: proyek revitalisasi Lapangan Banteng itu berjalan dengan melibatkan banyak sekali pihak, dimulai dari Ahok dan diselesaikan di era Anies-Sandiaga. Banyak pihak yang berperan sepanjang rentang waktu itu yang tidak dapat dinafikan oleh kedua belah pihak yang terus menerus sibuk mengelus jagonya masing-masing.
========
Tirtomendapat akses aplikasi CrowdTangle yang memungkinkan mengetahui sebaran sebuah unggahan (konten) di Facebook, termasuk memprediksi potensi viral unggahan tersebut. Akses tersebut merupakan bagian dari realisasi penunjukanTirto sebagai pihak ketiga dalam proyek periksa fakta.
News Partnership Lead Facebook Indonesia, Alice Budisatrijo, mengatakan, alasan pihaknya menggandengTirtodalam programthird party fact checkingkarenaTirto merupakan satu-satunya media di Indonesia yang telah terakreditasi oleh International Fact Cheking Networksebagai pemeriksa fakta.
Editor: Zen RS