tirto.id - Korea Selatan dan Amerika Serikat tetap mengadakan latihan militer gabungan tahunan pada Senin (5/8/2019), dan mengabaikan peringatan Korea Utara sebelumnya untuk tidak mengadakan latihan militer gabungan, Aljazeera melaporkan.
"Latihan gabungan kami akan fokus untuk menguji kemampuan militer Korea Selatan dalam operasional masa perang, dan kini sedang dipersiapkan," kata salah seorang pejabat di Kementerian Pertahanan Korea Selatan.
Latihan tersebut akan menguji pasukan militer Korsel dalam menghadapi serangan dari pasukan AS dalam peperangan.
Latihan tersebut tetap dilaksanakan meski Korea Utara telah memperingatkan Korsel untuk membatalkan rencana tersebut dengan dua kali peluncuran rudal pada Kamis (25/7/2019) dan Jumat (2/8/2019). Masing-masing peluncuran melepaskan dua misil balistik jarak pendek ke perairan Timur Korea Utara.
Korea Utara mengatakan bahwa kegiatan latihan militer bersama antara Korsel-AS menodai perjanjian damai yang dibuat antara Semenanjung Korea dan AS, dan akan berpengaruh pada negosiasi denuklirisasi.
Melansir Kyodonews, Korea Selatan dan AS tidak melakukan latihan militer gabungan berskala besar lagi sejak Juni 2018, sebagai bentuk dukungan terhadap perbincangan denuklirisasi Semenanjung Korea, agar AS fokus terlebih dahulu terhadap negosiasi.
Akan tetapi, Kim menyebut negosiasi berjalan alot, harga yang harus dibayar untuk pengangkatan sanksi mahal dan provokatif.
Maret lalu, Korea Selatan dan AS sempat menunda dua latihan militer utama, yaitu Key Resolve dan Foal Eagle, yang keduanya dianggap provokatif oleh Korea Utara.
Key Resolve direncanakan akan menjadi latihan militer dengan perintah dan kontrol lewat simulasi komputer, sedangkan Foal Eagle adalah latihan lapangan. Kedua latihan besar itu digantikan dengan latihan kecil-kecilan, yaitu "Dong Maeng" dan "Alliance" pada Maret lalu.
Para ahli menyebut bahwa kegiatan ini kemungkinan dapat menunda negosiasi denuklirisasi antara Korut-AS yang sempat tertunda. Korea Utara sebelumnya memberi tenggat waktu hingga akhir tahun 2019 bagi AS untuk kembali berunding mengenai denuklirisasi.
Presiden AS, Donald Trump dan Presiden Korut, Kim Jong-un menggelar KTT pertama kali pada Juni 2018 di Singapura untuk membahas denuklirisasi di Semenanjung Korea. Namun, pada KTT kedua di Hanoi pada Februari 2019, kedua pemimpin gagal mencapai titik temu dan kesepakatan tertunda hingga saat ini.
Juni lalu Kim dan Trump bertemu di zona demiliterisasi (perbatasan antara Korea Utara dan Korea Selatan) dan setuju untuk memulai kembali negosiasi tersebut.
Denuklirisasi adalah agenda penting bagi Korea Utara dan Korea Selatan. Korea Utara pada 1950 menyerang Korsel dengan senjata nuklir, yang kemudian memicu perang Korea, dan kegiatan nuklir Korut yang masih berlangsung hingga hari ini dianggap masih mengancam perdamaian di Semenanjung Korea.
Korea Utara selalu marah jika militer AS dan Korsel mengadakan latihan militer gabungan, menyebut bahwa hal tersebut adalah upaya invasi, sebagaimana diwartakan Channel News Asia.
Penulis: Anggit Setiani Dayana
Editor: Yantina Debora