tirto.id - Empat penggali kubur di TPU Wakaf belakang SESKOAL Kelurahan Cipulir, Kecamatan Kebayoran Lama, Jakarta Selatan kesulitan menggali makan untuk jenazah korban demo, Akbar Alamsyah. Menurut Uli (40), salah satu penggali makam, penggalian makam dimulai dari jam 06.30.
“Tanahnya agak keras, biasa kalau kemarau gitu tanahnya kering, jadi agak susah digalinya,” ujar Uli seperti diberitakan Antara.
Uli bersama tiga penggali kubur lainnya membutuhkan setidaknya empat ember air untuk mengangkat tanah yang telah digali sejak pagi. Air itu disarankan agar penggalian mudah dilakukan.
“Rencana mau dimakamkan jam delapan, tapi jam segini belum selesai galinya,” kata Uli.
Hingga pukul 07.45, kedalaman kuburan masih berada di atas pusar orang dewasa, padahal untuk pemakaman jenazah, liang kubur yang diperlukan setinggi dada orang dewasa.
Para penggali kubur mengatakan, makam itu disiapkan untuk Alam, keponakan dari Bapak Matle, ketua koperasi di lingkungan setempat.
Uli menuturkan bahwa lokasi makam itu sesuai dengan permintaan keluarga. Akbar dimakamkan di dekat makam pamannya.
“Itu makam pamannya, Jumhari, meninggalnya bulan Juni lalu,” kata Uli.
Seperti diberitakan Antara, sejumlah anggota Polsek Kebayoran Lama mendatangi lokasi makam sekitar pukul 07.30 WIB. Mereka melakukan pengecekan dan mengambil sejumlah dokumentasi.
Tak jauh dari lokasi kuburan, dua warga terlihat sedang membuat papan nisan bertuliskan nama Akbar Alam R bin Yanuar, lahir di Jakarta, 17 Januari 2000, wafat tanggal 10 Oktober 2019.
Akbar Alamsyah merupakan korban aksi demonstrasi di Gedung DPR pada Rabu (25/9/2019). Ia meninggal di RSPAD Gatot Soebroto, tempat yang sama dengan Menko Polhukam Wiranto dirawat setelah ditusuk terduga teroris.
Polisi mengklaim, Akbar masuk rumah sakit hingga koma karena melompat pagar, bukan karena kekerasan dari aparat kepolisian yang saat itu tengah bentrok dengan demonstran.
Penulis: Antara
Editor: Widia Primastika