tirto.id - Komisi Untuk Orang Hilang dan Tindak Kejahatan Kekerasan (KontraS) menilai bahwa kejadian terorisme yang belakangan ini terjadi disebabkan karena program deradikalisasi pemerintah yang gagal berlaku bagi seluruh napi.
Selama ini, teroris yang ada di dalam lembaga pemasyarakatan tetap menjalin hubungan dengan teroris lainnya, dan ada yang keluar dari lapas melakukan kejahatan terorisme lainnya.
Hal ini dikatakan oleh Divisi Pembelaan Hak Asasi Manusia KontraS, Raden Arif Nur Fikri di kawasan Menteng, Jakarta Pusat. Arif menegaskan program deradikalisasi patut dipertanyakan efektivitasnya, karena masih ada narapidama terorisme yang mengulangi perbuatannya.
Dalam hal ini, Arif mencontohkan narapidana yang kembali melakukan kejahatan terorisme, seperti napi terorisme kejahatan bom Thamrin 2016, napi bom Cicendo, dan napi bom Samarinda. Pada kesempatan terpisah, hal ini sudah pernah diakui oleh Ketua Badan Nasional Penanggulangan Terorisme, Suhardi Alius.
"Proses deradikalisasi BNPT akuntabilitasnya masih kami pertanyakan," katanya hari Sabtu (19/5/2018). "Itu ternyata dia mengulang lagi melakukan terorisme. Artinya ada semacam kekosongan dalam program deradikalisasi."
Selama ini, banyak mantan napi terorisme yang menjadi pengamat untuk memberikan sudut pandang dari sisi teroris. Sebagai contoh adalah Nasir Abbas yang pernah bergabung dalam Jamaah Islamiyah (JI).
Nasir juga ikut dalam organisasi yang menangani masalah deradikalisasi. Namun, Arif menyatakan, Nasir dan beberapa orang lainnya adalah contoh yang berhasil. Tidak sedikit pula yang gagal.
"Sejauh ini kami tidak melihat apa keberhasilan dari program deradikalisasi. Memang ada beberapa yang berhasil, tapi 'kan tidak sedikit juga yang tidak berhasil," tegasnya.
Hal serupa disampaikan oleh pengamat kejahatan terorisme, Al Chaidar. Ia menjelaskan, program deradikalisasi selama ini tidak berhasil. Meski ada napi kejahatan terorisme yang pulih karena program deradikalisasi, Chaidar mengaku masih banyak yang terpapar paham radikal.
"Program deradikalisasi itu gagal. Meskipun enggak gagal total, tapi secara umum itu gagal," katanya pada Tirto hari Jumat (11/5/2018).
Bukti kegagalan itu dikarenakan banyak napiter yang telah bebas masih kedapatan bergabung dengan kelompok teroris lainnya. Bahkan, Chaidar mengklaim banyak napiter yang menolak dideradikalisasi.
Chaidar menegaskan, program deradikalisasi selama ini hanya melalui seminar-seminar soal Pancasila, kunjungan keluarga untuk membujuk para napiter, dan juga pemodalan agar napiter bisa membuat usaha. Namun uang itu dianggap tidak seberapa. "Akhirnya napiter itu hanya bisa beli bom lagi," ujarnya.
Penulis: Felix Nathaniel
Editor: Yandri Daniel Damaledo