Menuju konten utama

Kondisi Afghanistan: Terancam Gelap, Taliban Tak Mau Bayar Listrik?

Afghanistan terancam gelap gulita karena tak membayar listrik, berikut adalah berita selengkapnya. 

Kondisi Afghanistan: Terancam Gelap, Taliban Tak Mau Bayar Listrik?
Tentara AS mengambil posisi untuk menjaga di sepanjang perimeter di bandara internasional di Kabul, Afghanistan, Senin, 16 Agustus 2021. (AP Photo/Shekib Rahmani)

tirto.id - Kabul, ibu kota Afghanistan, terancam gelap gulita karena penguasa baru Taliban tak mau membayar listrik sehingga harus menghadapi masalah pemadaman.

Wall Street Journal melaporkan, ibu kota Afghanistan bisa jatuh ke dalam kegelapan ketika musim dingin datang karena Taliban belum membayar pemasok listrik.

Mantan Kepala Eksekutif Monopoli Negara Da Afghanistan Breshna Sherkat (DABS) mengatakan, apabila tidak ditangani, maka bisa menyebabkan bencana kemanusiaan.

“Konsekuensinya akan berlaku di seluruh negeri, tetapi terutama di Kabul. Akan ada pemadaman dan itu akan membawa Afghanistan kembali ke Abad Kegelapan dalam hal listrik dan telekomunikasi,” kata Noorzai.

"Ini akan menjadi situasi yang sangat berbahaya."

Setengah dari konsumsi listrik di Afghanistan secara nasional diimpor dari wilayah Uzbekistan, Tajikistan dan Turkmenistan, sementara Iran menyediakan pasokan tambahan ke barat negara itu.

Untuk produksi listrik di dalam negeri, sebagian besar dihasilkan pembangkit listrik tenaga air, tapi terpengaruh oleh kekeringan di tahun ini. Di sisi lain, Afghanistan tidak memiliki jaringan listrik nasional, sedangkan Kabul bergantung pada listrik impor dari Asia Tengah.

Ekonomi Semakin Terperosot

Sementara itu, NPR melaporkan, perekonomian Afghanistan juga memburuk sejak Taliban mengambil kekuasaan. Dengan gaji yang tidak dibayar dan itu memaksa keluarga mengencangkan pinggang untuk bertahan hidup.

Afghanistan termasuk dalam salah satu negara termiskin di dunia, ditambah lagi pandemi Covid-19 yang membuat negara itu tertatih-tatih untuk berjuang dalam membenarkan persoalan ekonomi.

Pertempuran yang terjadi selama beberapa tahun terakhir dan ketidakpastian juga membuat investor gelisah. Di tahun ini, tekanan keuangan dan kekeringan juga turut menambah kesengsaraan Afghanistan.

Belum lagi kasus Taliban yang mengambil alih negara itu pada pertengahan Agustus lalu. John Ruwitch dari NPR mengatakan, negara itu "menciptakan badai yang sempurna dan berada di ambang malapetaka."

Reuters melaporkan, pemerintah baru Taliban kini sedang menghadapi serentetan masalah, selain ekonomi Afghanistan yang hampir runtuh, sebagian besar wilayahnya dihadapkan dengan bahaya kelaparan.

Operasi itu dilakukan Taliban setelah terjadi serangan bom di dekat sebuah masjid di Kabul pada Minggu pagi, di mana ISIS mengklaim kalau mereka yang melakukannya. Ledakan itu menewaskan dan melukai sejumlah warga sipil. ISIS-Khorasan telah mengklaim kalau mereka melakukan serangan terhadap Taliban dan tetap tidak berdamai dengan gerakan Islam Afghanistan.

Berdasarkan keterangan juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid, unit khusus Taliban melakukan operasi terhadap ISIS di distrik ke-17 Kabul dan menghancurkan pangkalan mereka serta membunuh semua orang di dalamnya.

Sedangkan penduduk setempat mengatakan, sebelum memulai serangan, pasukan Taliban mengepung daerah itu dan melakukan aksi sekitar pukul 19.30, baku tembak berlangsung selama beberapa jam. Para penduduk terganggu oleh dua ledakan ketika pejuang ISIS meledakkan bahan peledak.

"Selama sekitar tiga jam bentrokan sangat intens dan beberapa ledakan kuat juga terjadi," kata Hashmatullah, seorang penjaga toko setempat.

Baca juga artikel terkait BERITA TERKINI TALIBAN atau tulisan lainnya dari Alexander Haryanto

tirto.id - Politik
Penulis: Alexander Haryanto
Editor: Iswara N Raditya