tirto.id - Perwakilan dari 28 negara, Liga Arab, Uni Eropa dan PBB membahas beberapa langkah yang dapat ditempuh oleh komunitas internasional dalam rangka “membantu memajukan prospek perdamaian” di Timur Tengah pada Jumat (3/6/2016) di Paris, Perancis. Namun, tidak ada perwakilan Israel maupun Palestina yang diundang ke pertemuan itu, yang ditujukan untuk mendasari konferensi damai yang akan digelar pada akhir tahun ini.
Israel menolak perundingan Paris tersebut, malah meminta perundingan bilateral dilakukan langsung dengan pemimpin Palestina.
Sekretaris jenderal Organisasi Pembebasan Palestina (Palestine Liberation Organisation/PLO) Saeb Erekat seperti dikutip dari Antara, Sabtu (4/6/2016) menyatakan tidak setuju melakukan pendekatan itu. Ia menyatakan Israel gagal memenuhi komitmen sebelumnya.
"Pendekatan multilateral dari Inisiatif Prancis diperlukan dalam rangka memberi kita mekanisme yang jelas untuk implementasi dan pemantauan," kata Erekat.
Ia menambahkan, "Pertemuan di Paris itu adalah sebuah langkah yang sangat signifikan dan pesannya jelas: jika Israel dibiarkan melanjutkan kolonisasi dan kebijakan apartheid mereka di daerah Palestina yang diduduki, maka akan ada ekstremisme dan pertumpahan darah lagi di masa depan bukannya koeksistensi dan perdamaian.”
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Palestina Riad al-Malki mengatakan mereka "mengharapkan pernyataan lebih baik" yang dihasilkan perundingan Paris, namun masih menunggu untuk mendapat informasi baru dari Kementerian Luar Negeri Prancis.
Penulis: Mutaya Saroh & Mutaya Saroh