Menuju konten utama

Komite Majelis California Dukung Hukum Pembebasan Vaksin

Setelah sidang panjang, Komite Majelis California mendukung aturan baru untuk pengecualian vaksinasi di tengah wabah campak nasional dan pengawasan baru terhadap kebijakan imunisasi.

Komite Majelis California Dukung Hukum Pembebasan Vaksin
ilustrasi vaksin. Getty Images/iStockphoto

tirto.id - Dewan Komite Kesehatan California mendukung regulasi baru untuk pengecualian vaksinasi pada Kamis (21/6/2019) kemarin.

Aturan ini dibuat setelah sidang yang cukup panjang dan berkecamuk di tengah wabah campak nasional dan adanya pengawasan baru terhadap kebijakan imunisasi.

Pemungutan suara dilakukan sebanyak 9-2 untuk menunjukkan dukungan di antara anggota parlemen versi legislasi, tidak mudah untuk memutuskan aturan ini karena memacu perdebatan sengit antar anggota.

Negara bagian yang terdapat di Amerika memungkinkan siswa dibebaskan dari vaksinasi karena alasan medis.

Hal ini dirasa berbeda bagi pendukung RUU yang menyuarakan pengawasan yang lebih ketat terhadap pengecualian pemberian vaksin itu, orang tua siswa berargumen bahwa dokter yang tidak bermoral akan tetap memvaksin anaknya, walaupun sebenarnya hal itu tidak penting.

Senator Richard Pan, seorang demokrat dari sacramento dan penulis RUU berargumen bahwa, pengawasan yang lebih besar terhadap pengecualian medis merupakan masalah perlindungan anak-anak.

“California tidak bisa membiarkan segelintir dokter yang tidak bermoral untuk membahayakan anak-anak kita. Ada yang pro dan ada yang kontra terkait aturan vaksinasi ini seperti ratusan orang di persidangan mereka mendesak anggota parlemen untuk menentang RUU tersebut," kata Richard kepada Komite Kesehatan Majelis, sebagaimana dilansir AP news, Jumat (21/6/2019).

Namun, para orang tua siswa tidak ingin tinggal diam, mereka menolak kepada anggota parlemen bahwa mereka tidak akan mematuhi hukum.

Sidang ini berlangsung selama lima jam perdebatan sengit, adu argument bahkan hingga pengancaman pun terjadi saat dalam persidangan terkait RUU tersebut.

Dapartemen kesehatan masyarakat akan memeriksa dokter yang memberikan lebih dari lima pengecualian medis dalam setahun dan sekolah dengan tingkat vaksinasi kurang dari 95 persen.

Pejabat mengatakan bahwa ambang diperlukan untuk memberikan “kekebalan komuniti” yang melindungi melindungi mereka karena kasus campak telah mencapai 25 tahun di AS.

Meski demikian pembuat undang-undang di Negara bagaian lain telah mempertimbangkan perubahan untuk menghahadapi peningkatan tersebut.

Maine Negara bagian Amerika serikat menghilangkan pengecualian agama dan filosofis, sementara anggota parlemen New York telah mengakhiri pengecualian agama.

Washington menghentikan sebagaian besar pengecualian untuk vaksin campak. Berbeda dengan California di Negara Kenya sendiri vaksin pneumokokus valensi- 10 (PCV10) menghasilkan kasus seruba berkurang menurut laporan dari tim peneliti internasional.

Jamanetwork.com menulis salah satu penelitian usia berdasarkan rasio odds empiris (1,33; 95% C1, 1, 23-1, 43), diperkirakan efektivitas vaksin melebihi 75 persen pada anak usia 5 sampai 9 tahun dan lebih dari 65 persen anak-anak tetap kebal terhadap pertussis 5 tahun setelah dosis DTap terakhir.

Pada tahun 2011, Kenya merupakan Negara pertama yang menambahkan PCV10 kedalam jadwal imunisasi anak. Vaksin ini melindungi 10 jenis streptococcus pneumonia yang umum.

para peneliti mengevaluasi kemanjuran vaksin terhadap penyakit pneumokokus invantif (IDP) sebelum tahun 1999-2010 dan setelah tahun 2012-2016 pemerintah memperkenalkan PCV10 di Kilifi.

Insiden IPD tipe non – PCV10 tidak berbeda selama periode yang dianalisis sebelum dan setelah PCV10 diperkenalkan, menunjukkan bahwa jenis non-PCV10 tidak meningkat untuk mengisi celah yang ditinggalkan oleh vaksin.

Undang-undang California mendapat perhatian nasional setelah actor Jessica Biel muncul di Negara Capitol minggu lalu untuk melobi para pembuat Undang-undang tetapi kedatangan Jessica langkahnya ditentang oleh Robert F. Kennedy Jr, seorang kritikus vaksinasi terkemuka.

Baca juga artikel terkait RUU VAKSIN atau tulisan lainnya dari Yandri Daniel Damaledo

tirto.id - Kesehatan
Penulis: Yandri Daniel Damaledo
Editor: Agung DH