tirto.id - Pasangan capres-cawapres nomor urut 01 Joko Widodo-Ma’ruf Amin aktif menggaet dukungan para ulama, terutama dari kalangan Nahdlatul Ulama (NU). Namun, berdasarkan survei LSI Denny JA yang dirilis, kemarin (14/11), tak satu pun pengurus PBNU masuk daftar lima tokoh agama berpengaruh bagi masyarakat.
Menurut survei itu, lima tokoh agama paling berpengaruh, antara lain: Abdul Somad, Arifin Ilham, Yusuf Mansur, Abdullah Gymnastiar (Aa Gym), dan Rizieq Shihab. Survei digelar 10-19 Oktober 2018 dengan melibatkan 1.200 responden dan dilakukan dengan kuesioner secara tatap muka.
Ketua Media Centre Persaudaraan Alumni (PA) 212 Novel Bamukmin menegaskan terpilihnya Rizieq sebagai salah satu tokoh agama paling berpengaruh tidak dapat dipisahkan dari kemampuannya mengonsolidasikan pengikutnya.
Salah satu buktinya, kata Novel, saat Rizieq menjadi pimpinan Aksi Bela Islam 212 di Jakarta pada 2 Desember 2016. Aksi yang diklaimnya dihadiri jutaan orang itu menyambut baik Rizieq sebagai orator di atas panggung yang ada di Monumen Nasional (Monas).
"Rizieq Shihab didaulat mayoritas umat Islam di Indonesia sebagai imam besar karena dalam sejarahnya dengan izin Allah mengumpulkan manusia sampai 8 juta orang," kata Novel pada reporter Tirto, Kamis (15/11/2018).
Meskipun pentolan Front Pembela Islam (FPI) itu berada di Arab Saudi, Novel mengklaim, suara Rizieq tidak bisa disepelekan kubu Jokowi. Menurut dia, Rizieq masih bisa mengimbau pengikutnya yang berada di Indonesia.
"Habib Rizieq Shihab sangat berpengaruh dan bisa menentukan arah kemenangan," kata Novel.
Novel tidak menampik strategi Jokowi menggandeng Ma'ruf sebagai cawapres membuat banyak kader NU merapat ke calon petahana itu. Namun, ia meyakini dukungan itu tak berpengaruh banyak, apalagi tidak semua kader NU mendukung paslon nomor urut 01.
Direktur Indonesia Political Review Ujang Komarudin menilai keputusan Jokowi memilih Ma’ruf tak dapat dilepaskan dari faktor “pemilih Muslim.” Dengan dipilihnya Ma’ruf, kata Ujang, barisan struktural NU diharapkan berada di barisan calon petahana itu.
Meski begitu, Ujang menjelaskan, pemilih Muslim sangat beragam dan tak semuanya terpengaruh ketokohan Ma’ruf. Ketua Umum MUI itu bahkan kalah populer dibanding sejumlah ustaz yang sering muncul di media sosial dan berdasarkan survei LSI Denny JA cukup berpengaruh di masyarakat.
"Pemilih itu sangat independen. Meski Ma’ruf berhasil membuat pejabat struktural NU memilih Jokowi, tetapi ternyata yang populer malah mereka yang di luar struktural NU, ini kemudian menjadi kesulitan," kata Ujang pada reporter Tirto.
Rangkul Semuanya Kecuali Rizieq
Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto mengaku belum menyerah merangkul suara para tokoh agama yang dinilai berpengaruh berdasarkan survei LSI Denny JA. Meski tak merinci dengan cara apa kubu Jokowi-Ma'ruf akan menggaet tokoh agama, Hasto berjanji tetap merangkul.
"Nanti kami galang, ya, kecuali Habib Rizieq karena ada di Arab," kata Hasto singkat di Gedung DPP PDIP, Menteng, Jakarta Pusat.
Sementara anggota Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma’ruf, Eva Kusuma Sundari menilai pengaruh survei LSI harus dikaji lebih mendetail. Meski kelima tokoh dianggap berpengaruh, belum tentu pengaruhnya terkait dengan pandangan politik.
"Itu, kan, soal selera. Dari hasil penelitian lain menunjukkan pemilih itu makin independen. Belum tentu mendengarkan Pak Somad, lalu pilihannya sama dengan Pak Somad," kata Eva pada reporter Tirto.
Eva mengatakan umat Islam punya referensi pilihan politik yang lebih banyak daripada sekadar mengikuti ustaz yang mereka gemari. Ini karena Ustaz Somad dan tiga tokoh lainnya belum ikut mengkampanyekan salah satu calon presiden dan wakil presiden. Sejauh ini, hanya Rizieq yang punya kecenderungan mendukung Prabowo-Sandiaga.
Berbeda dengan Hasto, menurut Eva, Jokowi-Ma’ruf tidak perlu merangkul ulama yang dianggap berpengaruh bagi masyarakat yang disebut dalam survei LSI Denny JA. Ini karena Jokowi-Ma’ruf, kata dia, seharusnya tak mengedepankan politik identitas dan mempolitisasi agama.
“Kami welcome kalau mereka mau bergabung. Tapi tentu, kan, terpilihnya mereka memberikan dukungan itu, kan, karena alasan rasional, bukan agar pemilih Islam pilih Jokowi-Ma’ruf. Enggak mungkin. Pemilih itu sudah punya referensi sendiri,” kata Eva.
Eva yakin basis massa NU yang dimiliki pasangan Jokowi-Ma’ruf dapat memenangkan Pilpres 2019, apalagi kader NU tersebar di daerah yang paling banyak penduduknya di Indonesia.
“Kader NU sebetulnya banyak berpusat di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Kalau Jawa Barat tentu lain, tapi kalau Jawa Tengah, Jawa Timur itu, kan, nanti bisa kita lihat,” kata dia.
Penulis: Felix Nathaniel
Editor: Abdul Aziz