tirto.id - Hiram Maxim identik dengan dunia teknologi dan inovasi di bidang persenjataan. Ia seorang penemu dan insinyur produktif yang terkenal dalam pengembangan senjata api otomatis dan senapan mesin.
Sejak kecil ia sudah menunjukkan minatnya dalam berinovasi. Meski semangat inventif menuntunnya untuk menciptakan beragam produk lain sepanjang kariernya, produk senjatalah yang membuat namanya tenar.
Ketertarikan Maxim pada senjata api dimulai pada akhir abad ke-19 ketika ia fokus pada pembuatan senapan mesin yang lebih efisien dan mematikan. Pada 1884, ia mematenkan Senapan Maxim, senjata yang dioperasikan dengan recoil dan diberi sabuk pengaman yang dapat menahan tembakan terus-menerus.
Penemuan ini merevolusi peperangan dengan memberikan keuntungan signifikan dalam daya tembak bagi mereka yang menggunakannya. Senapan Maxim diadopsi secara luas oleh berbagai angkatan bersenjata di seluruh dunia dan berperan penting dalam membentuk strategi militer pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20.
Di luar prestasinya di bidang persenjataan, upaya inventif Maxim juga meluas ke bidang lain. Dalam bidang penerbangan, misalnya, ia mengembangkan desain pesawat awal yang dikenal sebagai mesin terbang Maxim.
Meskipun tidak pernah mencapai tingkat keberhasilan yang sama dengan senapan mesinnya, upaya ini menunjukkan intensi dan semangat Maxim untuk mengeksplorasi beragam tantangan dunia teknologi.
Kontribusi Maxim di dunia medis juga cukup signifikan. Sebagai penderita Bronkitis, ia menciptakan alat bantu pernapasan yang dikenal dengan sebutan "Pipe of Peace". Alat ini diklaim mampu meredakan gejala berbagai gangguan pernapasan akut termasuk asma. Inovasinya ini menjadi cikal bakal alat bantu pernapasan modern.
Penemu Ratusan Teknologi Baru
Hiram Maxim lahir di Sangerville, AS, 5 Februari 1840. Pada usia 14 tahun ia sudah magang serabutan di beberapa pabrik dan perusahaan teknologi. Kala itu, orang tuanya sudah menyadari minat sang anak dan sengaja mendorong Maxim untuk giat bekerja.
Karena melihat keinginan belajar yang begitu besar pada bidang mekanika, sepuluh tahun kemudian ia benar-benar diberikan pekerjaan secara profesional di pabrik mesin pamannya, Levi Stephens, di Fitchburg, Massachusetts.
Selepas dari pekerjaan resmi pertamanya, karier Maxim makin moncer. Pada 1878 ia dipekerjakan sebagai kepala teknisi di Perusahaan Penerangan Listrik Amerika Serikat, perusahaan listrik pertama di negara itu.
Ketika menjabat posisi tersebut, ia menghasilkan penemuan penting, yakni metode pembuatan filamen karbon. Setelah itu, pada 1881 ia memamerkan pengatur tekanan listrik karyanya di pameran dunia di Paris.
Tak lama setelah pameran di Paris, hasratnya pada dunia teknologi membawanya menetap di London. Selain bertugas mengatur perusahaan listrik AS cabang London, ia bisa fokus mengembangkan senapan mesinnya.
Pada 1884, senapan mesin otomatis pertama yang sesuai ekspektasinya berhasil dibuat. Senapan ini menembakkan peluru dan mengisi ulang ruangnya secara otomatis dengan peluru baru.
Untuk meningkatkan efisiensinya, Maxim bahkan mengembangkan bubuk tanpa asapnya sendiri, cordite. Dalam waktu singkat setiap kesatuan militer di Inggris dilengkapi dengan Senapan Maxim.
Keputusan pindah ke London rupanya sangat ideal bagi Maxim. Menurut pengakuannya, ia sebetulnya mudah tertarik dengan hal-hal baru yang tidak ia mengerti.
"Jika ada yang saya tidak pahami ketika membaca sesuatu, maka saya akan berusaha mencari bacaan tambahan apapun yang bisa saya temui terkait dengan hal tersebut," kata Maxim seperti diceritakan oleh Dolf Goldsmith dalam buku Devil’s Paintbrush: Sir Hiram Maxim’s Gun (2002:8)
Di London, jurnal-jurnal populer mengenai teknologi begitu lengkap sehingga Maxim bisa menenggelamkan dirinya dalam studi terbaru. Pada tahun 1890-an, ia makin leluasa menjelajahi berbagai bidang teknologi seperti eksperimen dengan pesawat terbang yang menggunakan tenaga mesin uap ringan dan berhasil terbang dari tanah.
Kala itu, ia menyadari bahwa solusi nyata untuk penerbangan adalah mesin pembakaran internal. Akan tetapi Maxim tidak berusaha mengembangkannya lebih lanjut.
Seiring waktu, penemuannya semakin banyak. Hak paten ia urus dengan cukup rapi. Dalam waktu singkat, di Amerika Serikat dan Inggris daftar hak patennya mencapai ratusan termasuk desain dan mekanisme teknikal untuk perangkap tikus, sistem percikan otomatis, pompa air bertenaga uap otomatis, pompa vakum, pengatur mesin, dan motor gas.
Gelar Bangsawan dan Menerbitkan Buku
Maxim Gun Company, perusahaan miliknya yang didirikan pada 1884, terus menjalankan eksperimen di segala bidang yang berkaitan dengan pengembangan teknologi. Perusahaan ini menjadikannya sebagai salah satu orang terkaya di Inggris.
Meski begitu, Maxim mengaku hak paten dan perusahaan yang mendatangkan begitu banyak keuntungan finansial itu sebenarnya bukan tujuannya. Ia tetap bekerja seperti biasa dan tak menjalani gaya hidup mewah.
Perusahaannya kemudian bergabung ke dalam Vickers, Ltd. dan ia menjadi direkturnya. Pada 1899, ia menjadi warga negara Inggris secara resmi. Setahun kemudian ia menerima gelar kebangsawanan dari Ratu Victoria yang penobatannya digantikan oleh Raja Edward VIII.
Di masa tua, Maxim punya banyak waktu untuk memikirkan kembali spiritualitas. Menurutnya dalam catatan memo yang diterbitkan, ia sudah memikirkan hal itu sejak beberapa dekade hidupnya. Namun, di masa tua ia mengaku sangat terganggu dengan propaganda yang dilakukan misionaris Kristen di tanah Tiongkok.
Pada 1913, Li Hung Chang’s Scrapbook, buku setebal 300 halaman lebih yang disusun Maxim dipublikasikan. Dalam buku itu ia tidak tampil sebagai seorang teknisi atau ilmuwan, namun mengumpulkan gagasan mengenai gagalnya kaum misionaris Kristen di tanah Tiongkok.
Menurutnya, orang-orang Tiongkok yang tidak mengerti bagaimana peradaban Eropa yang bisa membuat mesin uap dan kereta lokomotif, justru mempercayai sebuah agama yang mendasarkan keyakinan pada hantu, mukjizat, dan absurditas lainnya.
Dalam bukunya, Maxim memaparkan pandangannya tentang Kristen dan bagaimana kerja para misionaris menyebabkan begitu banyak nyawa hilang di Cina.
"Dari penjelasan di sini, terlihat bahwa para misionaris telah melakukan banyak sekali kejahatan di Tiongkok. Mereka telah membebani negara hebat tersebut dengan utang yang sangat besar, dan menyebabkan jutaan nyawa hancur," tulisnya.
Sir Hiram Maxim meninggal di London pada 1916 dalam usia 76 tahun.
Penulis: Tyson Tirta
Editor: Irfan Teguh Pribadi