tirto.id - Sri Lanka sedang menjadi sorotan karena dilanda kebangkrutan. Menurut berita terbaru, Selasa, 12 Juli 2022. Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa dilaporkan ingin melarikan diri ke luar negeri, tetapi dia dihalangi oleh staf imigrasi bandara.
Seperti dikutip RFI, Gotabaya yang kini berusia 73 tahun itu melarikan diri dari kediaman resminya di Kolombo tepat sebelum puluhan ribu pengunjuk rasa menyerang rumahnya pada hari Sabtu.
Gotabaya telah berjanji akan mengundurkan diri pada hari Rabu. Dia juga berjanji untuk membuka jalan bagi "transisi kekuasaan yang damai" menyusul semakin meluasnya protes terhadapnya karena parahnya krisis ekonomi, yang bahkan, belum pernah terjadi sebelumnya di Sri Lanka.
Akan tetapi, muncul spekulasi yang mengatakan, sebagai presiden, Gotabaya bisa saja kebal terhadap penangkapannya. Oleh sebab itu, dia diyakini ingin kabur ke luar negeri sebelum lengser, tujuannya untuk menghindari penahanan.
Ketika sampai di bandara, petugas imigrasi justru menolak pergi ke ruangan VIP untuk mencap paspor Gotabaya. Di sisi lain, Gotabaya bersikeras tidak akan pergi lewat fasilitas umum karena takut akan pembalasan dari pengguna bandara lainnya.
Kondisi Terkini Sri Lanka & Kenapa Bangkrut?
BBC melaporkan, masyarakat Sri Lanka turun ke jalan dan melakukan protes berbulan-bulan, bahkan sampai menggeruduk kediaman resmi Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa.
Langkah itu mereka lakukan karena melonjaknya harga bahan pokok, berkurangnya bahan makanan dan bahan bakar. Harga barang kebutuhan sehari-hari melonjak tajam, bahkan inflasinya di atas 50 persen.
Pemadaman listrik juga terjadi nyaris setiap hari. Berkurangnya obat-obatan telah menghancurkan sistem kesehatan di negara itu.
Kurangnya ketersediaan bahan bakar bahkan berdampak pada aktivitas layanan penting seperti bus, kereta api dan kendaraan medis. Menurut para pejabat, Sri Lanka tidak memiliki cukup mata uang asing untuk melakukan impor.
Kekurangan bahan bakar ini menyebabkan harga bensin dan solar naik drastis sejak awal tahun. Pada akhir Juni, pemerintah melarang penjualan bensin dan solar untuk kendaraan yang tidak penting selama dua minggu.
Di sisi lain, sekolah juga ditutup dan orang-orang diminta untuk bekerja dari rumah. Tujuannya untuk membantu menghemat persediaan.
Apa Penyebab Sri Lanka Bangkrut?
Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa mendapat tuduhan telah melakukan kesalahan dalam mengelola ekonomi sehingga negara itu kehabisan devisa untuk membiayai impor yang paling penting. Hal itu berdampak pada kesulitan parah bagi 22 juta penduduk.
Di sisi lain, Sri Lanka gagal membayar utang luar negeri senilai 51 miliar dolar AS pada bulan April. Saat ini, mereka sedang dalam pembicaraan dengan IMF untuk kemungkinan bailout.
Sri Lanka juga hampir kehabisan persediaan bahan bakar yang sudah langka. Pemerintah telah memerintahkan untuk penutupan kantor dan sekolah yang tidak penting. Tujuannya mengurangi perjalanan dan menghemat bahan bakar.
Cadangan mata uang asing Sri Lanka juga hampir habis. Artinya, mereka tidak memiliki cukup dana untuk membeli barang dari negara lain.
Sekarang, Sri Lanka mengimpor 3 miliar dolar AS lebih banyak daripada ekspornya setiap tahun, hal itu yang menyebabkan negara itu kehabisan mata uang asing.
Di akhir 2019, Sri Lanka memiliki cadangan mata uang asing sebesar 7,6 miliar dolar AS. Pada Maret 2020, jumlahnya anjlok menjadi 1,93 miliar dolar AS. Sedangkan baru-baru ini, pemerintah mengatakan cadangan mata uang asing hanya tersisa 50 juta dolar AS.
Pemerintah Sri Lanka juga memiliki utang besar dengan negara-negara termasuk China, untuk mendanai proyek infrastruktur.
Editor: Iswara N Raditya