Menuju konten utama

Kisah Buick "Curian" untuk Soekarno

Mobil perjuangan ini termasuk yang terbaik di masanya. Beruntunglah Sudiro dan pemuda lain berhasil "mencurikan" mobil istimewa ini sehingga Presiden Soekarno bisa menjalankan tugas kenegaraan di awal sejarah Republik Indonesia.

Kisah Buick
Mobil kepresidenan era Bung Karno Buick-8 dipamerkan saat acara "Napak Tilas Proklamasi" di Museum Joang 45, Jakarta, Selasa, (16/8). Kegiatan Napak Tilas Proklamasi tersebut dikuti oleh 1000 peserta yang terdiri dari para pelajar dan veteran. [TIRTO/Andrey Gromico]

tirto.id - Presiden Republik Indonesia sudah berkali-kali ganti mobil. Marcedes Benz termasuk merek yang sering dipakai. Saat ini, Presiden Republik Indonesia menggunakan Mercedes-Benz S600 Pullman Guard yang anti peluru. Selain merek asal Jerman Marcedes Benz, merek lain yang pernah dipakai untuk menjadi mobil kepresidenan adalah Buick 8, yang merupakan merek Amerika. Mobil ini sudah masuk museum.

Sejak 19 Mei 1979 mobil ini diserahkan oleh Kepala Rumah Tangga Presiden kepada Dewan Harian Nasional 45 untuk dijadikan koleksi di Museum Joeang 45 di Menteng Jakarta Pusat. Mobil ini ikut dirawat pecinta mobil antik di Jakarta.

Mobil andalan RI 1 pertama, bernomor Rep I, ini keluar setahun satu kali. Setiap tanggal 16 Agustus, jelang peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia. Mobil antik ini biasanya akan dibawa menuju Tugu Proklamasi, tak jauh dari Museum Gedung Joeang. Mobil inilah yang pertama kali menemani perjalanan Presiden Republik Indonesia.

Mobil Istimewa

Buick 8 merupakan produksi terbatas anak perusahan General Motor (GM) dari Amerika, sehingga sering disebut Limited-8. Buick 8 yang mirip mobil kepresidenan pertama ini dirilis pada 1939. Buick jenis ini, di masanya harganya berkisar 1.000 – 2.000 dolar. Angka ini tergolong tinggi, jika dilihat dari perkembangan inflasi.

Mobil Buick 8 ini hanya diproduksi 1.451 unit saja. Panjang mobil ini 2,99 hingga 3,9 meter. Mesinnya empat tak 8 silinder, dengan 2 katup di setiap silindernya. Kapasitasnya 320 ci atau 5247 cc. Tenaga mesin yang dihasilkannya mencapai 141 tenaga kuda, dengan putaran 3600 rpm. Ia tergolong mesin kuat di zamannya.

Mobil ini diproduksi di “kota otomotif” di Amerika, Detroit, tepatnya di pabrikan yang didirikan David Dunbar Buick sejak 1903. Merek Buick kemudian menjadi bagian dari GM, yang merupakan salah satu raksasa industri otomotif Amerika. Di Indonesia masa kini, mobil dengan merek ini sulit ditemukan.

Produk setelah Buick 8, termasuk produk mobil yag cukup dikenal di Amerika. Sebegitu terkenalnya, mobil ini menjadi cameo dalam novel Staphen King, From a Buick 8 (2002). Mobil yang saat ini tergolong sebagai mobil antik ini, cukup diminati kolektor mobil antik. Di tahun 2015, dalam situs jual beli www.autotrader.com dan www.tradeuniquecars.com, Buick 8 keluaran tahun 1939, tentu saja yang masih utuh, bernilai $68,5 ribu atau senilai Rp 897,6 juta.

Di zamannya, Buick 8 bukan mobil biasa. Buick jenis ini kadang menjadi kendaraan bangsawan Eropa. Raja Inggris dan keluarganya memakai mobil ini di tahun 1939. Hingga kini Buick masih membuat mobil mewah. Di zamannya, mobil ini setidaknya menjadi mobil dinas para pejabat di Hindia Belanda. Kemungkinan besar, mobil ini dibeli para pejabat Hindia Belanda, entah sebagai invetaris dinas atau secara pribadi. Sebelum akhirnya jadi mobil dinas di masa pendudukan Jepang.

Di dalam mobil, terdapat kaca yang memisahkan ruang penumpang dengan pengemudi yang dapat dibuka dengan sebuah tuas yang diputar. Mobil ini sebenarnya bisa memuat 7 orang di dalamnya, tetapi seringkali hanya berisi Presiden Soekarno, supir dan kolega lain. Mobil ini salah satu bagian penting dalam sejarah Indonesia. Setelah Proklamasi mobil ini menemani Soekarno baik ketika ibukota Republik berada di Jakarta maupun di Yogyakarta.

Menjadi RI-1

Ketika itu, pemuda Sudiro ketika itu berusia sekitar 34 tahun. Pada akhir 1945, dia adalah pemimpin Barisan Banteng di Jakarta. Sudiro memimpin para pemuda juga di tahun 1945. Setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945, Sudiro termasuk orang yang berpikir keras bagaimana Presiden Republik Indonesia bisa menjalankan tugas kenegaraan sehari-hari.

“Para pengikutku yang setia menganggap sudah seharusnya seorang presiden memiliki sebuah sedan mewah. Karena itu mereka mengusahakannya. Sudiro mengetahui ada sebuah Buick besar muat tujuh orang yang merupakan mobil paling bagus di Jakarta. Dengan gorden di jendela belakang,” aku Soekarno, seperti ditulis Cindy Adams dalam Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia (2015). Mobil itu inventaris Kepala Jawatan Kereta Api, yang ketika itu dijabat orang Jepang. Tapi Sudiro tidak mau menyerah. Dia tetap berangkat.

Tibalah Sudiro di sekitar Gedung Perhubungan depan stasiun Gambir. Sebuah Buick 8 sedang terparkir di garasi. Sehari-harinya, Buick 8 menjadi mobil dinas pejabat Jepang. Sudiro yang asal Yogyakarta itu mengenal baik sopir mobil itu. Sudiro lalu mendekati si supir.

“Merdeka!”, pekik Sudiro sebelum menjalaskan maksudnya. Sudiro tidak sendiri, dia bersama pemuda-pemuda lain. “Heh… saya minta kunci mobilmu!” lanjutnya.

“Kenapa? Kenapa?” tanya si supir asal Kebumen yang mendadak bingung itu.

“Saya bermaksud hendak mencurinya buat Presidenmu!” terang Sudiro. Sopir muda itu pun menyerahkan kunci mobil itu pada Sudiro. Oleh Sudiro, supir itu disarankan pulang kampung untuk menghindari majikan Jepangnya. Begitu adegan yang ditulis Roso Daras, dalam Total Bung Karno (2013).

Kunci mobil beralih ke tangan Sudiro dan kawan-kawan. Masalah belum selesai. Sudiro dan kawan-kawan ternyata tak bisa menyetir mobil. Itu hal biasa. Ketika itu, hanya segelintir pribumi Indonesia saja yang bisa menyetir mobil, apalagi yang memiliki mobil. Terpaksalah si sopir diajak untuk mengendarai mobil itu ke Presiden Soekarno.

“Hanya beberapa di antara kami yang bisa. Orang pribumi tidak memiliki kendaraan di zaman Belanda dan hanya para pejabat yang diizinkan di zaman Jepang. Syukurlah, dengan pertolongan kawan Sudiro yang lain, seorang sopir pembesar Jepang, akhirnya mobil itu sampai ke rumahnya yang baru, di halaman belakang rumahku,” aku Soekarno.

Belakangan mobil itu diberi plat Rep 1. Sebagai tanda kepunyaan orang nomor satu di Republik Indonesia. Bagi Soekarno, aksi Sudiro dan supir muda asal Kebumen itu sebagai bentuk kepahlawanan di awal sejarah Republik Indonesia yang baru saja berdiri. Sudiro belakangan jadi Walikota Jakarta. Dia juga kakek dari aktor terkenal Indonesia, Tora Sudiro.

Baca juga artikel terkait KENDARAAN DINAS atau tulisan lainnya dari Petrik Matanasi

tirto.id - Otomotif
Reporter: Petrik Matanasi
Penulis: Petrik Matanasi
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti