tirto.id - Seorang ibu di Ohio Amerika Serikat (AS), Kristel Candelario, berusia 32 tahun dihukum penjara seumur hidup atas dakwaan pembunuhan berencana dan membahayakan bayi perempuannya, Jailyn. Kisah bayi Jailyn viral dan menjadi perbincangan di Indonesia.
Kristel Candelario menerima hukumannya pada hari Senin, 25 Maret 2024 di gedung pengadilan negara bagian di Cleveland, setelah mengaku bersalah karena telah meninggalkan putrinya, bayi Jailyn yang masih berusia 16 bulan di rumah mereka selama 10 hari hingga mati kelaparan, saat dia pergi berlibur.
The Guardian melaporkan, hakim yang mengawasi kasus Candelario, Brendan Sheehan, mengatakan bahwa bepergian ke luar negara bagian sambil meninggalkan balita di rumah sendirian tanpa makanan merupakan "pengkhianatan terbesar", dan Candelario pantas mendapatkan hukuman terberat.
"Sama seperti Anda tidak membiarkan Jailyn keluar dari kurungannya, Anda juga harus menghabiskan sisa hidup Anda di dalam sel tanpa kebebasan," kata Sheehan dalam sidang hukuman Candelario.
"Satu-satunya perbedaan adalah [bahwa] penjara setidaknya akan memberi Anda makan dan memberi Anda cairan yang Anda tolak," kata Sheehan.
Sementara itu, Candelario mengatakan kepada Sheehan bahwa ia berdoa setiap hari untuk memohon pengampunan.
"Ada begitu banyak rasa sakit yang saya rasakan karena kehilangan bayi saya, Jailyn," kata Candelario, yang dilaporkan telah berjuang melawan depresi dan masalah kesehatan mental terkait.
"Saya sangat terluka atas semua yang terjadi. Saya tidak mencoba untuk membenarkan tindakan saya, tetapi tidak ada yang tahu betapa saya menderita dan apa yang saya alami."
Tanpa menjelaskan lebih lanjut, Candelario menyimpulkan "Tuhan dan putri saya telah memaafkan saya."
Kisah Bayi Jailyn Ditinggal 10 Hari dan Meninggal
Pada awal kasus kematian bayi Jailyn, Kristel Candelario, 32 tahun, yang minggu ini dijatuhi hukuman penjara seumur hidup tanpa kemungkinan pembebasan bersyarat, mengaku kepada polisi bahwa dia bersama putrinya, Jailyn, pada bulan Juni lalu, padahal sebenarnya dia pergi ke Detroit dan Puerto Rico, berfoto sambil tersenyum di pantai saat putrinya sekarat di rumah sendirian di Ohio.
The New York Post melaporkan, sang ibu menunjukkan sedikit emosi saat ia menyalahkan putrinya yang mati kelaparan karena Jailyn menolak untuk makan.
"Dia tidak makan, hanya susu... dia menolak, mungkin karena dia tidak makan dua hari sebelumnya," kata Candelario sebelum mengangkat bahunya, seperti yang terlihat dalam video yang pertama kali didapatkan oleh Law & Crime.
"Tapi itulah mengapa hal itu menakutkan, karena saya berkata, 'Ya Tuhan, kita harus pergi ke rumah sakit karena dia tidak makan apapun,'" lanjutnya.
Candelario dengan santai mengatakan bahwa putrinya, yang biasanya tidur 12 jam semalam, tidak pernah bangun pada pagi hari tanggal 16 Juni.
Petugas menyela sang ibu untuk menanyakan apa yang terjadi pada malam sebelumnya, di mana sang ibu berbohong dan mengklaim bahwa dia sedang mandi ketika dia mendengar putrinya tiba-tiba berteriak.
"Saya tidak tahu, mungkin dia kesakitan, mungkin," katanya. "Saya menjemputnya pagi ini dan dia terlihat sangat kering."
Pada hukumannya hari Senin, Hakim Pengadilan Common Pleas County, Brendan Sheehan mengatakan Candelario melakukan "pengkhianatan terbesar" dengan meninggalkan putrinya kelaparan.
Candelario meninggalkan anaknya yang masih balita sendirian di rumah mereka di Cleveland agar ia bisa bepergian sendiri bersama teman laki-lakinya. Tidak pernah dijelaskan mengapa dia tidak meminta siapa pun untuk menjaga Jailyn selama dia tidak ada.
"Waktu yang dinikmati adalah waktu yang sesungguhnya," tulis Candelario tanpa perasaan dalam sebuah keterangan yang menyertai fotonya di pantai Puerto Rico.
CNN mewartakan, sebelum bayi Jailyn meninggal dunia, jaksa mengungkap bahwa ibunya meninggalkan Jailyn dengan beberapa botol susu.
Kamera bel pintu milik tetangga menangkap teriakan bayi berusia 16 bulan itu yang sering terdengar, termasuk teriakan pada pukul 1 pagi, dua hari setelah ibunya pergi.
Ketika Canderlaio pulang ke rumah 10 hari kemudian, dia menemukan Jailyn kurus kering tidak bernapas di dalam Pack-N-Play-nya, yang "terdiri dari selimut kotor dan alas yang penuh dengan air seni dan kotoran," demikian tertulis dalam pernyataan tertulis.
Otopsi menemukan bahwa Jailyn telah meninggal karena kelaparan dan dehidrasi parah.
Penulis: Balqis Fallahnda
Editor: Dipna Videlia Putsanra