tirto.id - Tubuh bayi setidaknya terdiri dari sekitar 75 persen air. Setiap hari, bayi kehilangan cairan melalui buang air kecil, buang air besar, berkeringat, menangis, dan bahkan bernapas.
Kehilangan cairan tersebut dapat digantikan dengan mengonsumsi air susu ibu atau ASI.
Namun, apabila bayi kehilangan cairan dengan jumlah lebih banyak dari yang mereka konsumsi, mereka akan mengalami dehidrasi.
Dehidrasi merupakan kondisi kekurangan cairan di dalam tubuh.
Kondisi ini biasanya terjadi akibat kurangnya konsumsi cairan untuk menggantikan cairan yang hilang di sepanjang hari akibat diare, demam atau masalah kesehatan lainnya.
Menalsir Very Well Family, berikut beberapa penyebab dehidrasi pada bayi,
- Masalah ASI
Sebelum usia 4 sampai 6 bulan atau usia normal untuk mengonsumsi makanan padat, bayi mendapatkan cairan dan nutrisi dari ASI atau susu formula.
Bayi dapat mengalami dehidrasi apabila ia tidak minum ASI dengan benar, tidak sering minum ASI, tidak minum dalam durasi yang lama setiap kali minum ASI, atau dapat juga diakibatkan oleh masalah pasokan ASI.
- Masalah pemberian susu botol
Bayi yang minum susu botol dapat mengalami dehidrasi jika mereka tidak cukup sering minum dari botol atau tidak cukup minum susu formula bayi maupun ASI yang dipompa setiap kali menyusui.
- Menolak makan
Bayi yang mungkin menolak untuk mengonsumsi ASI atau susu botol ketika tidak enak badan atau sakit yang mengganggu proses mengisap dan menelan, seperti hidung tersumbat, sakit telinga, atau sakit tenggorokan.
- Demam
Kenaikan suhu tubuh anak dapat mengakibatkan bayi tidak akan menyusu dengan baik yang kemudian akan menyebabkan dehidrasi.
- Diare
Ketika diare, bayi akan kehilangan banyak cairan dalam tubuh.
- Muntah
Muntah yang berulang dapat dengan cepat menyebabkan dehidrasi.
- Terlalu banyak terkena panas
Suhu tinggi, kelembapan ekstrim, atau menghabiskan terlalu banyak waktu di luar ruangan di bawah terik matahari dapat menyebabkan keluarnya keringat dan penguapan cairan melalui kulit bayi.
Tanda-tanda dehidrasi pada bayi
- Urine pekat berwarna kuning tua atau oranye
- Bibir kering
- Mulut kering
- Rasa kantuk yang berlebihan
- Lebih mudah marah
- Menghabiskan kurang dari enam popok basah dalam periode 24 jam
- Tidak tertarik mengambil botol atau minum ASI
- Menangis tanpa air mata
- Ubun-ubun kepala yang cekung
- Kulit tampak kering dan kendur (tidak memantul kembali saat ditekan dengan lembut)
- Mata cekung
- Lesu
Cara mengatasi dehidrasi pada bayi
Apabila orang tua menemukan tanda-tanda dehidrasi pada bayi, pastikan untuk menghubungi dokter.
Biasanya, penanganan dehidrasi pada bayi akan tergantung dari penyebab dan keparahan yang dialami.
Apabila gejalanya ringan, dokter akan menyarankan untuk melakukan perawatan di rumah. Selain untuk mengawasi gejalanya, orang tua disarankan untuk:
- Mencoba menawarkan botol susu atau ASI secara rutin terutama jika bayi tidak mengonsumsi banyak cairan tiap sesi makan
- Memantau makanan dan jumlah popok bayi yang digunakan
- Jika suhu ruangan hangat, pindah ke tempat yang dingin dan melepas pakaian atau selimut yang berlebihan agar bayi tidak kepanasan
- Ikuti instruksi apabila dokter memberikan cairan rehidrasi oral seperti Pedialyte. Pastikan untuk tidak memberikan obat-obatan tanpa rekomendasi dokter.
Selain itu, biasanya dokter akan melakukan check up bayi dan meminta beberapa hal, seperti:
- Memberikan makanan lebih sering atau lebih banyak
- Apabila melalui ASI, dokter mungkin akan memeriksa pelekatan bayi dan teknik menyusui.
- Dokter akan menginstruksikan pemberian cairan rehidrasi oral seperti Pedialyte, Ceralyte, atau Gastrolyte.
Menurut Parents, jumlah cairan rehidrasi yang diberikan biasanya tergantung ukuran dan tingkat dehidrasi.
Centers for Disease Control (CDC) memaparkan bahwa anak dengan berat kurang dari 10kg harus minum 60-120ml cairan rehidrasi oral tiap kali muntah atau diare.
Sementara bagi anak dengan bobot lebih dari 10kg disarankan untuk minum 120-240ml tiap kali muntah atau diare.
Kids Health menambahkan, bayi tetap dapat mengonsumsi ASI ketika masa pemberian cairan rehidrasi.
Akan tetapi, terkadang bayi yang mengonsumsi susu formula dianjurkan untuk berhenti minum susu formula untuk sementara waktu ketika masih dalam masa pemberian cairan rehidrasi.
- Dokter juga akan memeriksa dan memantau kesehatan bayi. Jika bayi mengalami infeksi, dokter akan meresepkan obat untuk mengobati hal tersebut.
Apabila gejalanya semakin parah, orang tua harus segera membawa bayi ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.
Kapan harus ke dokter saat anak dehidrasi?
- Dibawah 3 bulan dan mengalami demam
- Tidak mengonsumsi ASI atau susu botol dengan baik
- Ubun-ubun kepala cekung
- Muntah-muntah setelah 2 kali sesi makan secara berturut-turut
- Diare lebih dari 8 jam
- Memperlihatkan tanda-tanda dehidrasi seperti yang telah disebutkan di atas
Dokter juga akan melakukan beberapa hal, antara lain:
- Memonitor konsumsi dan keluaran cairan bayi.
- Mengambil sampel darah bayi untuk mengecek kadar elektrolit. Selain itu, dokter juga akan memberikan cairan IV untuk menggantikan cairan yang hilang, terutama jika bayi tidak makan dengan baik atau mengalami muntah dan diare parah
- Memberikan obat untuk mengobati penyakit atau penyebab lain
Cara cegah dehidrasi
- Memberi makan dengan cukup
Apabila bayi mengonsumsi susu botol, tawarkan satu hingga tiga ons susu formula bayi atau ASI yang dipompa dalam botol setiap dua hingga tiga jam.
Jika mengonsumsi ASI, letakkan bayi di payudara ibu minimal tiap dua hingga tiga jam.
- Pastikan keluaran cairan
Pantau jumlah popok yang digunakan tiap hari dan lakukan check up ke dokter secara reguler untuk memantau kenaikan berat badan.
- Bangunkan bayi
Bayi akan tidur lebih lama ketika mereka mengonsumsi lebih banyak makanan. Oleh karena itu, bangunkan bayi yang sedang tidur untuk menyusui apabila ia telah tidur selama lebih dari 3 jam.
- Hindari panas ekstrim
Jangan membawa bayi ke luar rumah jika cuaca sangat panas atau lembab. Jika perlu berada di luar, tempatkan bayi di tempat teduh dan sedingin mungkin.
Bayi juga bisa kepanasan di dalam ruangan yang panas dan pengap, atau ketika terbungkus.
Usahakan bayi tetap nyaman dan berikan ASI atau tawarkan botol sesering mungkin untuk menggantikan cairan yang hilang.
Selain itu, jangan lupa berikan imunisasi khususnya vaksin untuk rotavirus (salah satu penyebab umum diare pada bayi dan balita).
Imunisasi ini dapat dimulai pada bayi berusia 2 bulan, ditambah dengan vaksin flu mulai umur 6 bulan.
Penulis: Frizka Amalia Purnama
Editor: Nur Hidayah Perwitasari