Menuju konten utama

Kinerja Jokowi Baik, Tapi Elektabilitasnya Belum Aman Hingga 2019

Hasil survei elektabilitas Poltracking: Jokowi di posisi pertama dengan 48,6 persen. Prabowo Subianto ada di posisi kedua dengan 25,1 persen.

Kinerja Jokowi Baik, Tapi Elektabilitasnya Belum Aman Hingga 2019
Rilis Poltracking Institute terkait elektabilitas dan Pilkada Jatim. Dihadiri oleh Direktur Poltracking Yudha, Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto, Sekjen PKB Abdul Kadir Karding, dan Wakil Ketua Partai Gerindra Ferry Juliantono. tirto.id/Adrian Pratama Taher

tirto.id - Direktur Eksekutif Poltracking Istitute Hanta Yudha mengatakan hasil dari survei persepsi publik terhadap 2400 responden di seluruh Indonesia pada 8-15 November 2017 menunjukkan 70,5 persen publik mempercayai hasil kinerja Jokowi dan Wakil Presiden Jusuf Kalla.

Meski demikian, dari segi elektabilitas, Jokowi dinilai belum mengamankan kemenangannya pada Pemilihan Presiden tahun 2019 mendatang.

Dalam hasil survei Poltracking lainnya, di antara 20 kandidat lainnya, Jokowi menempati posisi pertama dengan 48,6 persen. Di peringkat kedua ada Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto 25,1 persen.

Apabila dilakukan perhitungan 'head to head' antara Jokowi-Prabowo, suara Jokowi masih unggul dengan 57,9 persen dan pemilih Prabowo di kisaran 47,5 persen.

"Kalau pemilunya sudah dekat, bisa dikatakan pak Jokowi cukup kuat, tapi belum aman. Angka aman itu harus di atas 60 persen juga," kata Hanta.

Hanta mencontohkan kemenangan Susilo Bambang Yudhoyono dalam Pilpres 2009. Kala itu SBY memenangkan pertarungan dalam satu putaran karena nilai elektabilitasnya berada di kisaran 60-70 persen.

Hanta mengatakan sampai saat ini belum ada nama baru selain yang punya elektabilitas sebaik Jokowi dan Prabowo.

Dalam pantauan Poltracking, nama-nama kandidat calon presiden lainnya ada Agus Harimurti Yudhoyono atau AHY (2,9 persen), Gatot Nurmantyo (2,7 persen), dan Anies Rasyid Baswedan (2,0 persen).

Sementara itu kandidat wakil presiden yang cukup kuat untuk maju dalam Pilpres 2019 antara lain Gatot Nurmantyo (11,3 persen), AHY (10,5 persen), Anies Baswedan (9,1 perse), Ridwa Kamil (6,7 persen) dan Wiranto (6,0) persen.

Menurut Hanta, masih ada kemungkinan nama lain yang didorong selain Jokowi dan Prabowo. Namun, penantang belum tentu bisa sekuat Prabowo."Tergantung tingkat akseptabilitasnya, elektabilitasnya seperti apa," kata Hanta.

Koalisi Tetap Mendukung, Oposisi Heran dengan Survei

Ketua Pelaksana Harian Partai Golkar Nurdin Halid menegaskan Partai Golkar tetap mendukung Jokowi dalam Pilpres 2019 karena elektabilitas Jokowi terbukti cukup tinggi.

Mantan Ketua Umum PSSI itu optimis Jokowi bisa berhadapan dengan kandidat mana pun. Bahkan pria yang dikabarkan maju dalam Pilkada Sulsel itu yakin Jokowi mampu berhadapan dengan Prabowo dalam Pilpres 2019.

"Golkar tidak akan berubah, sekalipun Pak Jokowi belum aman. Dengan catatan kalau kinerja ekonomi tidak bagus bisa membuat elektabilitas turun," kata Nurdin di Thamrin, Jakarta, Minggu (26/11/2017).

Nurdin menyarankan Jokowi memperbaiki 3 sektor untuk bisa tetap maju dua periode, yakni ekonomi, politik dan stabilitas nasional, serta bidang hukum. Ia meminta Jokowi untuk memprioritaskan masalah ekonomi karena tidak sedikit pemerintahan yang goyang akibat masalah ekonomi.

"Hampir semua lembaga penguasa jatuh di bidang ekonomi. Ini kan yang puas hanya 45 persen. Ini perlu peningkatan kinerja Jokowi-JK," kata Nurdin.

Sekjen Partai Gerindra Ahmad Muzani mengaku tidak terkejut apabila hasil survei cukup tinggi untuk keterpilihan Jokowi. Ia melihat mantan Gubernur DKI Jakarta itu sudah berupaya membangun kepercayaan dengan konsep kerakyatan, salah satunya melalui dana desa.

Meski populer, Muzani masih bingung Jokowi tidak bisa meraih elektabilitas hingga di atas 60 persen.

"Kami justru kaget, semua yang dilakukan presiden dengan kedekatan kerakyatan yang kita sudah tahu tapi hanya menguasai 53 persen," kata Muzani di Thamrin, Jakarta, Minggu (26/11/2017).

Muzani mengatakan Gerindra akan terus melakukan penataan jelang Pilpres 2019. Sampai saat ini, kata Muzani, Prabowo Subianto tidak ingin membuat kegaduhan sehingga tidak berbicara banyak di publik.

"Tapi kalau di parlemen suaranya beda. Itu kewenangan parlemen," kata Muzani.

Sementara itu Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto tidak menutup kemungkinan akan mendukung kembali Jokowi dalam Pilpres 2019. Ia tidak memungkiri hasil survei memang cukup tinggi. PDIP di bawah kepemimpinan Megawati akan selalu mendukung kepemimpinan yang baik.

"Selama ini PDIP di bawah bu Mega punya tradisi yang sangat baik bagaimana mereka yang berprestasi dan mendapat apresiasi dari rakyat itu mendapat kesempatan menjabat dua periode," kata Hasto di Thamrin, Jakarta, Minggu (26/11/2017).

Namun, Hasto mengingatkan, pengusungan Jokowi baru bisa dilakukan dalam rapat kerja nasional tanggal 10-12 Januari 2018. Nama untuk capres dan cawapres yang diusung partai pun akan diumumkan langsung oleh Megawati Soekarno Putri.

Baca juga artikel terkait PILPRES 2019 atau tulisan lainnya dari Andrian Pratama Taher

tirto.id - Politik
Reporter: Andrian Pratama Taher
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Akhmad Muawal Hasan