Menuju konten utama
PIALA DUNIA

Kilas Balik Piala Dunia 2006: Italia Juara & Kartu Merah Zidane

Kilas balik Piala Dunia 2006 dan sejarah Italia meraih gelar juara di tengah skandal calciopoli.

Kilas Balik Piala Dunia 2006: Italia Juara & Kartu Merah Zidane
Fabio Cannavaro mengangkat trofi Piala Dunia sepak bola setelah Italia mengalahkan Prancis di final di Stadion Olimpiade di Berlin, Jerman. AP/Luca Bruno, Berkas

tirto.id - Piala Dunia 2006 dikenang sebagai salah satu ajang World Cup dengan drama dan cerita paling menarik. Kala itu, Italia berhasil keluar sebagai juara, di tengah skandal calciopoli yang terjadi di negaranya. Di sisi lain, itu menjadi momen pertunjukan bagi Zinedine Zidane, sebelum akhirnya memutuskan pensiun sebagai pemain.

Edisi ke-18 turnamen 4 tahunan tersebut dihelat di Jerman. Itu merupakan kedua kalinya negeri para filsuf menjadi tuan rumah turnamen, namun menjadi yang pertama usai unifikasi Jerman Barat dan Jerman Timur pada 1990.

Berlangsung pada 9 Juni-9 Juli 2006, putaran final Piala Dunia di Jerman diikuti oleh 32 tim dari 6 zona kualifikasi. Eropa menjadi zona kualifikasi yang paling banyak mengirimkan kontestan, dengan total 14 tim. Sementara itu, 18 tim lainnya berasal dari Afrika (5 tim), Asia (4 tim), Amerika Utara (4 tim), Amerika Selatan (4 tim), dan Oceania (1 tim).

Sebanyak 8 tim nasional mencatatkan debut Piala Dunia di edisi ini. Delapan tim tersebut yakni Angola, Republik Ceko, Ghana, Pantai Gading, Togo, Trinidad dan Tobago, Ukraina, serta Serbia dan Montenegro.

Republik Ceko dan Ukraina mencatatkan debut pertama sebagai negara independen usai memerdekaan diri dari Cekoslowakia dan Uni Soviet.

Peristiwa unik terjadi pada Uni Negara Serbia dan Montenegro. Bekas negara Yugoslavia ini mengalami gejolak sesaat sebelum Piala Dunia 2006 bergulir.

Pada 3 Juni 2006, 6 hari sebelum Piala Dunia digelar, Serbia dan Montenegro memilih menghapuskan sistem negara serikat dan membuat Serbia dan Montenegro menjadi dua negara independen. Meski telah menjadi 2 negara independen yang berbeda, FIFA memutuskan untuk tetap menyatukan kedua negara sebagai 1 tim dengan nama "Serbia dan Montenegro".

Piala Dunia 2006: Panggung Terakhir Zidane

Zinedine Zidane tak lagi muda ketika dibawa pelatih timnas Prancis kala itu, Raymond Domenech, dan ditunjuk sebagai kapten. Peraih Ballon d'Or 1998 tersebut telah berumur 33 tahun, usia senja bagi karir pesepakbola.

Beberapa tahun sebelumnya, Zidane sebenarnya telah menyatakan diri pensiun dari laga internasional. Namun, agenda Piala Dunia 2006 cukup membuatnya tergoda untuk kembali mengenakan seragam Les Blues.

Playmaker ikonik tersebut akhirnya menyatakan bahwa Piala Dunia 2006 akan jadi panggung terakhirnya. Zidane memutuskan gantung sepatu setelah menyelesaikan turnamen di Jerman.

Namun, tuah Zidane tak nampak sepanjang fase grup. Pemain bernomor punggung 10 tersebut bermain di bawah ekspektasi dalam 3 pertandingan yang dimainkan.

Les Blues, yang tergabung dengan Swiss, Korea Selatan, dan Togo di grup G, tampil biasa-biasa saja. Zidane dan kawan-kawan hanya meraih 1 kemenangan dan 2 hasil imbang.

Namun, mereka beruntung. Salah satu pesaing terberat Les Blues saat itu, Korea Selatan, berhasil dikalahkan oleh Swiss pada laga terakhir fase grup. Hasil itu membuat Prancis lolos ke babak 16 besar dengan status runner-up.

Performa Prancis, yang bagai ayam tak bertaji di fase grup, membuat banyak pandit sepak bola memprediksi Les Blues akan tersingkir di babak 16 besar. Belum lagi, lawan Prancis di babak itu cukup berat yakni Spanyol. Kontras dengan Prancis, La Furia Roja melaju ke babak 16 besar sebagai juara grup H usai memborong 3 laga dengan kemenangan.

Prancis tertinggal lebih dulu lewat gol yang dicetak David Villa dari titik putih pada menit 28. Akan tetapi, tuah Zidane justru bermula dari sini. Gelandang berkepala plontos ini tak berhenti menghasilkan peluang demi peluang untuk timnya. Lewat skema serangan yang dibuka oleh Zidane, Franck Ribery mencetak gol penyama kedudukan pada menit 41. Skor 1-1 bertahan hingga peluit tanda berakhirnya babak pertama ditiup.

Pada babak kedua, Prancis tampil lebih menyerang. Hasilnya, Patrick Vieira membobol gawang Iker Casillas di menit 83. Keadaan berbalik, Les Blues unggul 2-1 dari Spanyol.

Meski kemenangan sudah di depan mata, Zidane tak berhenti menyerang. Alhasil, pada menit 90+3, memanfaatkan skema serangan balik, Sylvain Wiltord memberikan umpan matang kepada Zidane dan berhasil dikonversi menjadi gol. Prancis membungkam para pandit yang meremehkan Prancis dengan meraih kemenangan 3-1 atas Spanyol.

Usai menang atas Spanyol, Prancis bertemu Brasil di babak perempatfinal. Lagi-lagi, Prancis tak diunggulkan dalam laga tersebut. Namun, Stadion Waldstadion, Frankfurt, jadi saksi bisu kegemilangan Zinedine Zidane.

Pertandingan perempatfinal antara Brasil dan Prancis berlangsung ketat. Hingga babak pertama usai, tak ada gol yang tercipta. Sepanjang babak pertama, timnas Prancis, yang tak diunggulkan dalam laga tersebut, justru tampil seperti tim favorit. Zidane mendominasi pertandingan dengan dribble-dribble memukaunya.

Momen menentukan hadir pada menit ke-54. Prancis mendapat tendangan bebas dari sisi kanan pertahanan Brasil. Zidane pun mengambil jatah sebagai eksekutor tendangan bebas saat itu.

Dengan cerdas, Zinedine Zidane melayangkan umpan lambung yang cantik ke sisi jauh gawang Brasil, memberikan ruang bagi Thierry Henry yang tak terkawal untuk menyundul bola. Gol tercipta. Prancis lolos ke semifinal Piala Dunia 2006 berkat gol tunggal itu.

Dalam laga semifinal kontra Portugal, Zinedine Zidane menjadi penentu kemenangan lewat gol penalti yang dicetak pada menit 33. Portugal tak mampu membalas gol cepat Prancis. Laga itu pun berakhir dengan skor 1-0.

Performa apik sepanjang babak knockout membuat Zidane dipuja publik Prancis. Mereka bahkan berharap sang playmaker menutup karier sepak bolanya dengan mengangkat trofi Piala Dunia. Tak hanya masyarakat Prancis, Zidane sendiri juga berharap demikian.

Akan tetapi, Zidane menghadapi tembok besar bernama Italia di partai final. Gli Azzurri mengubah mimpi indah publik Prancis dan Zidane menjadi mimpi buruk dalam sekejap.

Italia Juara dan Kartu Merah Zidane

Italia datang ke Jerman pada 2006 dengan memikul beban berat di punggung mereka. Sepak bola Negeri Pizza diguncang skandal pengaturan skor yang melibatkan klub-klub Serie A dan Serie B. Peristiwa tersebut dikenal dengan julukan "Calciopoli".

Calciopoli terbongkar ke publik pada Mei 2006 setelah beberapa rekaman percakapan telepon antara manajer klub dan organisasi wasit Italia mencuat ke media. Rekaman tersebut berisi rencana persekongkolan beberapa klub Serie A dan Serie B dengan organisasi wasit untuk menguntungkan beberapa tim tertentu.

Skandal itu dengan cepat jadi perhatian dunia. Praktik lancung tersebut terjadi dan terbongkar di negara yang justru menjadi raksasa sepak bola dunia. Publik Italia menanggapinya dengan kekecewaan, sedang media massa merespons dengan sinisme terhadap institusi sepak bola Italia.

Ketika Marcelo Lippi membawa skuad pilihannya ke Jerman, pengusutan dan pengadilan skandal calciopoli masih berlarut-larut. Meski dibekali dengan nama-nama besar seperti Gianluigi Buffon, Fabio Cannavaro, Gianluca Zambrotta, Marco Materazzi, Gennaro Gattuso, Andrea Pirlo, Francesco Totti, dan Alessandro Del Piero, masalah di tanah air menghalangi fokus timnas.

Namun, Marcelo Lippi berupaya mengangkat motivasi anak asuhnya. Keadaan sepak bola Italia yang porak-poranda tak membuat targetnya menurun. Pelatih asal Italia itu mengusung target juara.

Marcelo Lippi membuat skuad Gli Azzurri di ajang Piala Dunia 2006 menjadi manifestasi permainan kolektif 11 orang di lapangan. Jika ada yang menonjol dalam permainan Italia di ajang Piala Dunia 2006, ia adalah 11 pemain keseluruhan. Berkat taktiknya itu, tak ada pemain Italia yang merebut lampu sorot untuk dirinya sendiri.

Fabio Cannavaro dan kawan-kawan melangkahkan kaki babak demi babak sebagai sebuah tim yang saling membutuhkan satu sama lain. Tak heran, Italia lolos ke babak 16 besar sebagai juara grup E dengan rekor tak terkalahan.

Sejak babak 16 besar hingga semifinal, langkah Gli Azzurri tak lagi terbendung. Gawang Gianluigi Buffon tak pernah sekalipun kebobolan hingga akhirnya melaju ke partai puncak.

Pada laga final, Gennaro Gattuso dan kawan-kawan bersua Prancis. Kedua kesebelasan melangkah masuk ke Olympiastadion, Berlin, dengan motivasi tinggi.

Italia menargetkan kemenangan untuk membawa trofi Piala Dunia kembali ke negaranya yang tengah dirundung kekecewaan akibat skandal Calciopoli. Prancis pun demikian. Terutama untuk Zidane, yang tinggal selangkah lagi dapat menutup karir sepak bolanya dengan sempurna.

Sejak peluit tanda dimulainya pertandingan ditiup wasit Horacio Elizondo tepat pukul 20.00 waktu setempat, Prancis tampil menekan. Usaha Prancis membuahkan hasil. Pada menit 7, Zidane melesatkan gol ke gawang Gianluigi Buffon dari titik putih.

Tertinggal gol cepat, Italia tersengat. Pada menit ke-19, tendangan pojok Andrea Pirlo berhasil disamber Marco Materazzi. Kiper Prancis, Fabien Barthez, tak mampu membendungnya. Italia menyamakan kedudukan 1-1.

Skor imbang itu bertahan hingga 90 menit waktu normal berakhir. Partai final Piala Dunia 2006 itu pun terpaksa berlanjut ke babak tambahan waktu.

Baik Italia maupun Prancis tak mampu membuat gol sepanjang babak tambahan waktu. Namun, peristiwa yang tak akan dilupakan pencinta sepak bola terjadi di sini.

Pada awal babak kedua tambahan waktu, Zidane berjalan kembali ke tengah lapangan setelah sebuah serangan yang dilakukannya gagal. Marco Materazzi mengekor Zidane di belakangnya. Kejadian tak terduga terjadi kemudian, sang playmaker tiba-tiba berbalik badan dan menyundul dada Materazzi hingga tersungkur.

Wasit Horacio Elizondo langsung memberi Zidane kartu merah. Mimpi Zidane menutup karirnya dengan sempurna seketika pupus. Kapten Les Blues berjalan keluar lapangan dengan muka kesal.

Tanpa Zidane, Italia memaksa Prancis melanjutkan pertandingan ke babak adu penalti. Sial bagi Prancis, penendang kedua Les Blues, David Trezeguet, gagal mencetak gol. Prancis tertinggal dari Italia.

Gli Azzurri keluar sebagai juara Piala Dunia 2006 setelah algojo penalti ke-5, Fabio Grosso, sukses memasukkan bola ke gawang Fabien Barthez. Hasil itu menandai keberhasilan Italia membawa trofi Piala Dunia kembali ke tanah airnya, sekaligus memberikan keriangan buat publik Italia, yang tengah dirundung malu karena calciopoli.

Hasil Piala Dunia 2006

Berikut ini adalah daftar tim, top skor, dan hasil lengkap Piala Dunia 2006.

1. Daftar Juara Piala Dunia 2006:

  • Juara 1: Italia,
  • Juara 2: Prancis,
  • Juara 3: Jerman,
  • Juara 4: Portugal.

2. Peserta Piala Dunia 2006:

  • Iran,
  • Jepang,
  • Arab Saudi,
  • Korea Selatan,
  • Angola,
  • Ghana,
  • Pantai Gading,
  • Togo,
  • Tunisia,
  • Kosta Rika,
  • Meksiko,
  • Trinidad dan Tobago,
  • Amerika Serikat,
  • Argentina,
  • Brasil,
  • Ekuador,
  • Paraguay,
  • Australia,
  • Kroasia,
  • Republik Ceko,
  • Inggris,
  • Prancis,
  • Jerman,
  • Italia,
  • Belanda,
  • Polandia,
  • Portugal,
  • Serbia dan Montenegro,
  • Spanyol.
  • Swedia,
  • Swiss,
  • Ukraina.

3. Daftar Top Skor Piala Dunia 2006:

  • 5 gol: Miroslav Klose (Jerman),
  • 3 gol: Hernan Crespo (Argentina), Maxi Rodriguez (Argentina), Ronaldo Nazario (Brasil), Thierry Henry (Prancis), Zinedine Zidane (Prancis), Lukas Podolski (Jerman), Fernando Torres (Spanyol), David Villa (Spanyol).

4. Big Match Piala Dunia 2006:

Perempatfinal:

30/06/2022 Jerman vs Argentina 1-1 (p. 4-2)

30/06/2022 Italia vs Ukraina 3-0

01/07/2006 Inggris vs Portugal 0-0 (p. 1-3)

01/07/2006 Brasil vs Prancis 0-1

Semifinal:

04/07/2006 Jerman vs Italia 0-2

05/07/2006 Portugal vs Prancis 0-1

Perebutan juara 3:

08/07/2006 Jerman vs Portugal 3-1

Final:

09/07/2006 Italia vs Prancis 1-1 (p. 5-3).

Baca juga artikel terkait SEPAK BOLA atau tulisan lainnya dari Rizal Amril Yahya

tirto.id - Olahraga
Kontributor: Rizal Amril Yahya
Penulis: Rizal Amril Yahya
Editor: Fadli Nasrudin