Menuju konten utama

Ketum PBNU Pastikan Tambang Dikelola dengan Profesional

Gus Yahya optimistis NU memiliki sumber daya manusia yang mumpuni untuk mengurus tambang.

Ketum PBNU Pastikan Tambang Dikelola dengan Profesional
Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf memberikan keterangan pers di Kantor PBNU, Jakarta, Kamis (21/3/2024). ANTARA FOTO/Asprilla Dwi Adha/foc.

tirto.id - Ketua Umum PBNU, Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya, memastikan organisasinya akan mengatur cara pengelolaan tambang dengan baik dan tidak merusak lingkungan sekitar. Gus Yahya juga optimistis NU memiliki sumber daya manusia yang mumpuni untuk mengurus tambang.

"Apakah kita punya kapasitas proporsional untuk itu? Ya orang NU kalau melaratnya lama, tapi kalau pintar ya pintar. Ini bukan orang goblok-goblok. Kita sudah punya kapasitas profesional untuk itu, kita belum menjalankan masa dibilang enggak profesional lihat saja nanti," kata Yahya dalam acara Halaqoh Ulama Strategi Sosial dan Posisi Fiqh dalam Masyarakat Plural: "Menyikapi Fatwa MUI Terikat Ijtima' Ulama Soal Salam Lintas Agama" di Plaza Gedung PBNU, Jakarta Pusat, Selasa (11/6/2024).

Gus Yahya menuturkan tambang bisa menjadi haram jika dilihat dari cara pengelolaan hingga asal usul mendapatkannya. Dia menjelaskan permasalahan soal kehalalan akan dimulai di tahap pengelolaan, apakah memperhatikan lingkungan dan juga kehidupan hayati di sekitar tambang atau tidak.

"Makanya Ketika ada orang bilang tambang itu haram, itu kan haramnya karena cara pengelolaan dan penggunaannya. Asal usul yang cara mengelolanya dan penggunaannya yang bikin haram," kata Yahya.

Dia juga mengibaratkan seperti ayam goreng yang sejatinya halal, namun dapat berubah menjadi haram jika salah dalam proses pemanfaatannya. Melalui contoh tersebut, NU menerima tambang tidak perlu dipermasalahkan selama asal usulnya jelas dan pemanfaatannya jelas.

"Kalau cara soal asal usul cara dan penggunaannya itu bukan cuma batubara ayam goreng itu bisa haram. Kalau ayamnya nyolong menyembelih enggak benar, buat membayar judi, walaupun ayam goreng. Tambang ini juga harus kita lihat bagaimana asal usulnya," kata Yahya.

Lebih lanjut, Gus Yahya mengeklaim pemerintah membutuhkan NU untuk mengelola tambang. Hal itu didasarkan adanya kekosongan posisi tambang dan upaya mendistribusikan konsesi tambang secara adil.

"Lah wong Pemerintah itu ingin mencari jalan untuk memecah kebekuan dari asymmetric distribution of resources jadi ada ketimpangan distribusi resources tapi yang sudah menikmati terlanjur sudah kuat sekali, itu perusahaan tambang yang sudah menguasai jutaan hektar" kata Yahya.

Di saat yang bersamaan, Yahya menyebut NU sedang membutuhkan banyak dana untuk menghidupi jemaahnya. Dia juga mengakui organisasinya sudah melarat lama dan tidak pernah punya kesempatan menjadi orang kaya.

"Karena kita butuh, karena kita desperate. Ini sudah melarat lama, sampai imajinasi kayak saja enggak punya," ungkap Yahya.

Baca juga artikel terkait IZIN TAMBANG atau tulisan lainnya dari Irfan Amin

tirto.id - Flash news
Reporter: Irfan Amin
Penulis: Irfan Amin
Editor: Intan Umbari Prihatin