tirto.id - Ketua Umum PBNU, Yahya Cholil Staquf, menuturkan alasan organisasi keagamaannya mau mengelola wilayah izin usaha pertambangan. Salah satunya yaitu untuk membiayai organisasi dan santri.
"NU ini butuh apapun yang halal, yang bisa menjadi sumber revenue [pendapatan] untuk kebiayaan organisasi karena keadaan dibawah ini memang sudah sangat-sangat memerlukan interferensi sesegera mungkin," kata Yahya di kantor PBNU, Jakarta Pusat, Kamis (6/5/2024).
Dia menuturkan, ada pesantren di Jawa Timur yang memiliki santri hingga 43.000 orang. Pesantren di Kediri tersebut diklaim memiliki infrastruktur yang terbatas. Memiliki kamar berukuran sembilan meter persegi di pesantren itu diperuntukkan 60 santri. Puluhan santri ini disebut hanya meletakkan barang mereka di kamar 3 x 3 meter itu.
"Mereka [santri] hanya bisa pakai kamar itu untuk menaruh barang dan mereka tidur di sembarang tempat, mereka harus tidur di emperan kelas, di masjid, di sembarang tempat. Karena, ya, tidak ada kamar untuk tidur," ucap Yahya.
Yahya, yang juga kakak kandung Menteri Agama, Yaqut Cholil Qoumas, lantas berdalih meminta bantuan kepada pemerintah pusat untuk pesantren NU membutuhkan waktu lama. Mengingat, birokrasi pemerintah pusat yang masih saja kaku hingga saat ini.
Selain bercerita tentang kondisi para santri saat ini, Yahya juga menceritakan tentang kisah sedih guru di pesantren NU. Guru pesantren NU hingga kini tidak mendapatkan upah yang sepadan. Para guru ikhlas mendapatkan upah yang tak sepadan.
"Ya, gurunya sih ikhlas semua. Ikhlas semua, cuma yang melihat itu keadaan tidak tegas," sebut Yahya.
"Nah, mungkin ini yang membuat kami dalam keadaan membutuhkan," tambah Yahya.
Penulis: Muhammad Naufal
Editor: Intan Umbari Prihatin