Menuju konten utama

Ketua MPR Minta Media Jaga Netralitas di Pilkada

Media mainstream kehilangan kepercayaan karena pemiliknya terlibat politik praktis.

Ketua MPR Minta Media Jaga Netralitas di Pilkada
pngunjung memperhatikan beberapa kliping media massa saat pameran di tegal, jawa tengah, rabu (13/4). pameran yang menampilkan 66 media massa dari terbitan tahun 1959 hingga sekarang ini diharapkan mampu memberikan pengetahuan dan pembelajaran bagi masyarakat tentang dunia jurnalistik. antara foto/oky lukmansyah/aww/16.

tirto.id - Ketua MPR Zulkifli Hasan berharap media menjaga netralitas menjelang Pilkada serentak tanggal 15 Februari. Hal ini disampaikan Zulkifli saat menghadiri acara Iluni (Ikatan Alumni) UI. “Saya berharap media mainstream menjadi media putih. Berpihak kepada bangsa dan negara," katanya di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta Jumat (10/02/2017).

Zulkifli melihat sejumlah media terkemuka sudah dikuasai partai-partai besar. Sehingga berita yang termuat memiliki tendensi politik tertentu. Sehingga netralitas dan kredibilitasnya patut dipertanyakan. "Saudara-saudara, pilkada ini ‘kan kontestasi antar kita ya. Memilih pemimpin terbaik. Pilihan gubernur, walikota, bupati boleh beda, tapi persatuan yang utama,” katanya.

Sebelumnya Ketua Komisi I DPR, Abdul Kharis Almasyhari dalam rapat dengan Menkominfo dan Dewan Pers menyatakan media mainstream seringkali bermuatan politik. Walhasil, masyarakat tidak bisa memilih mana yang benar. "Dulu orang rujukannya media mainstream. Saat itu banyak berita yang benar. Sekarang satu mengatakan Indonesia membaik, satu mengatakan Indonesia memburuk,” terangnya.

Menurut Kharis sebelum pemilik media banyak yang ikut berpartisipasi dalam kontestasi politik, situasi tidak seperti ini. Media mainstream dipercaya masyarakat. Tapi sekarang masyarakat berpaling pada berita hoax atau opini sepihak karena media mainstream juga tidak bisa dipercaya.

Bagi Kharis, masyarakat tidak bisa dipersalahkan atas fenomena ini. Mereka mulai menganggap bahwa semua media adalah simpatisan partai dan masyarakat akhirnya memilih berita yang menyenangkan hati mereka saja. “Masyarakat itu sekarang sulit untuk mempercayai benar atau tidak. Karena banyak sekali yang hoax. Akhirnya ya cari atau baca berita hoax yang kira-kira bisa menyenangkan dia sendiri,” tuturnya menirukan cibiran masyarakat.

Baca juga artikel terkait PILGUB DKI JAKARTA 2017 atau tulisan lainnya dari Andrian Pratama Taher

tirto.id - Politik
Reporter: Andrian Pratama Taher
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Jay Akbar