Menuju konten utama

Kesehatan Mental & Self Diagnosa yang Tak Akan Selesaikan Masalah

Mendiagnosa diri sendiri adalah hal yang sulit karena seseorang tidak bisa melihat diri sendiri secara obyektif.

Kesehatan Mental & Self Diagnosa yang Tak Akan Selesaikan Masalah
Ilustrasi suasana hati. foto/istockphoto

tirto.id - Kemunculan internet beberapa dekade terakhir memudahkan banyak orang untuk memperoleh informasi sebanyak mungkin. Teknologi ini memudahkan penggunanya dalam mengakses berbagai hal termasuk informasi kesehatan.

Ketika seseorang merasa ada sesuatu yang tidak normal pada dirinya, seperti masalah fisik atau emosional, langkah paling mudah untuk mencari tahu tentang kondisinya adalah mengetikkan “kata kunci” di Google. Dari informasi-informasi yang di dapat, banyak orang lalu mendiagnosa diri sendiri atau self diagnosis.

Para ahli percaya bahwa melakukan self diagnosis tidaklah dibenarkan. Informasi-informasi yang di dapat dari internet bisa dijadikan acuan untuk menemui dokter tetapi tidak untuk mendiagnosa diri sendiri.

Kenyataannya, masih ada banyak orang yang tergoda untuk tidak menemui dokter karena menganggap informasi yang mereka terima dari internet sudah cukup, sementara kesehatan mental mereka sedang tidak baik-baik saja.

Dilansir Psychology today, seseorang yang melakukan self diagnosis pada dasarnya mengasumsikan bahwa ia mengetahui seluk-beluk diagnosis itu. Bukan tidak mungkin seseorang mengalami kesalahan diagnosa karena kurangnya informasi yang diketahui.

Hal ini berbeda dengan dokter dan tenaga ahli yang melakukan diagnosa melalui serangkaian tes dan pengujian secara ilmiah.

Kesalahan diagnosis bisa berakibat fatal. Menurut laporan dari Mental Help, seseorang yang mengalami kesalahan diagnosis mungkin akan menganggap bahwa kondisinya tidak seserius yang mereka bayangkan.

Misalnya seseorang mengalami gejala kecemasan, sehingga ia menganggap dirinya sebagai penderita anxiety disorder. Padahal yang sesungguhnya terjadi adalah ia menderita aritmia jantung. Dua hal yang penanganannya berbeda, dan akan menjadi masalah serius jika tidak segera disadari.

Selain itu, diagnosa sendiri akan mengarahkan seseorang salah dalam memperlakukan diri dengan salah. Dalam suatu permasalahan kesehatan baik fisik maupun mental memiliki penanganan yang berbeda-beda.

Dengan melakukan self diagnosis seseorang berisiko lebih tinggi melakukan perawatan terhadap dirinya. Salah satunya kesalahan dalam mengonsumsi obat-obatan tertentu yang tidak sesuai dengan masalah kesehatannya.

Contohnya seseorang yang mengalami stres, ia minum antidepresan milik keluarga atau kerabat yang sebetulnya belum ia butuhkan. Menggunakan obat-obatan tanpa resep dan anjuran dokter adalah hal yang berbahaya. Para ahli percaya bahwa ini dapat menyebabkan kebiasaan bahkan kecanduan.

Contoh lain seperti seseorang yang ingin melakukan diet tetapi tidak tahu kondisi metabolismenya yang sesungguhnya. Ia lalu memilih untuk membiarkan tubuhnya kelaparan agar berat badannya menurun. Padahal perilaku semacam ini bisa saja menyebabkan masalah kesehatan yang serius seperti maag atau bahkan bulimia.

Mendiagnosa diri sendiri adalah hal yang sulit karena seseorang tidak bisa melihat diri sendiri secara obyektif. Apalagi jika seseorang tidak memiliki latar belakang pendidikan di bidang kesehatan.

Diagnosa sebaiknya dilakukan oleh tenaga profesional seperti dokter. Dikutip Psychcentral, kita tidak benar-benar bisa melihat kondisi kita secara seutuhnya tanpa cermin. Dokter di sini sebagai cermin, di mana dapat memberikan perspektif lain yang mungkin menunjukkan sesuatu yang tidak kita lihat.

Baca juga artikel terkait KESEHATAN MENTAL atau tulisan lainnya dari Yonada Nancy

tirto.id - Kesehatan
Kontributor: Yonada Nancy
Penulis: Yonada Nancy
Editor: Yulaika Ramadhani