Menuju konten utama

Kepala BKPM: Singapura Masih jadi Negara PMA Terbesar di RI

Realisasi investasi asing terbesar masih pegang oleh Singapura dengan nilai 10,4 miliar dolar AS dan Cina 5,2 miliar dolar AS.

Kepala BKPM: Singapura Masih jadi Negara PMA Terbesar di RI
Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengikuti rapat kerja dengan Komisi VI DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (31/1/2022). ANTARA FOTO/Galih Pradipta/rwa.

tirto.id - Kementerian Investasi/BKPM mencatat realisasi investasi berasal dari Penanaman Modal Asing (PMA) mencapai Rp168,9 triliun di kuartal III-2022. Realisasi tersebut meningkat 3,5 persen dari kuartal sebelumnya dan meningkat sebesar 63,6 persen secara year on year (yoy).

Menteri Investasi/Kepala BKPM, Bahlil Lahadalia menuturkan, realisasi investasi asing terbesar masih pegang Singapura dengan nilai 10,4 miliar dolar AS. Diikuti oleh Cina sebesar 5,2 miliar dolar AS.

"Singapura nomor satu. Kita liat Malaysia nomor lima," kata Bahlil dalam konferensi pers di Kantornya, Jakarta, Senin (24/10/2022).

Berdasarkan data BKPM, posisi ketiga terbesar investasi asing berasal dari Hongkong senilai 3,9 miliar dolar AS. Selanjutnya Jepang 2,8 miliar dolar AS, dan Malaysia di posisi ke lima senilai 2,2 miliar dolar AS.

"Selain itu kita liat Amerika Serikat masuk nomor enam, Korea Selatan nomor tujuh, Belanda nomor delapan, dan Inggris masuk (sepuluh besar)," ujarnya.

Mantan Ketua Hipmi itu mengatakan capaian realisasi investasi dari negara asing menggambarkan bahwa pemerataan terhadap kecenderungan negara melakukan investasi di Indonesia sudah semakin paten. Hal itu tidak terlepas karena adanya Undang-Undang Cipta Kerja, sehingga para investor yakin untuk berinvestasi.

"Jujur saja, UU Cipta Kerja itu memberikan keyakinan kepada investor untuk melakukan investasi ke Indonesia," jelasnya.

Kedua terlihat dari konsistensi terhadap apa yang menjadi keputusan Presiden Joko Widodo. Bahlil mencontohkan ketika Uni Eropa membawa menggugat Indonesia di WTO soal nikel. Presiden saat itu tidak gentar sedikit, justru malah disuruh jalankan terus.

"Jadi dibutuhkan leadership kuat untuk meyakinkan investor," pungkasnya.

Baca juga artikel terkait PENANAMAN MODAL ASING atau tulisan lainnya dari Dwi Aditya Putra

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Dwi Aditya Putra
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Intan Umbari Prihatin