Menuju konten utama

Kendalikan Inflasi, Pemerintah Konsisten Jaga Daya Beli Masyarakat

Kemenkeu akan menjaga daya beli masyarakat untuk kebutuhan pangan dan energi. Salah satunya melalui tambahan subsidi dan kompensasi di APBN 2022.

Kendalikan Inflasi, Pemerintah Konsisten Jaga Daya Beli Masyarakat
Pedagang melayani pembeli sayuran-sayuran di Pasar Senen, Jakarta, Senin (1/8/2021). ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/hp.

tirto.id - Kementerian Keuangan (Kemenkeu) terus berkomitmen menjaga daya beli masyarakat untuk kebutuhan pangan dan energi. Salah satunya melalui tambahan alokasi anggaran subsidi dan kompensasi dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2022.

Anggaran penambahan subsidi energi tahun ini ditetapkan sebesar Rp74,9 triliun. Sedangkan kompensasi sebesar Rp216,1 triliun. Kedua tambahan itu telah disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).

Kepala Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu mengatakan, penambahan anggaran tersebut menunjukkan peran APBN sebagai shock absorber yang semakin kuat. Terutama untuk meminimalisasi dampak kenaikan harga komoditas energi dan pangan global.

“Dengan tambahan alokasi tersebut, ditambah berbagai kebijakan stabilisasi harga lainnya, tingkat inflasi domestik diharapkan terus terjaga sehingga mampu menjaga daya beli masyarakat," kata Febrio, di Jakarta, Jumat (3/6/2022).

Febrio melanjutkan untuk menjaga daya beli kelompok masyarakat miskin dan rentan, pemerintah akan terus menggelontorkan anggaran perlindungan sosial. Di mana pada tahun ini, anggaran (perlinsos) ditambah sebesar Rp18,6 triliun sehingga menjadi Rp431,5 triliun.

Pemanfaatan anggaran perlinsos ini antara lain untuk Program Keluarga Harapan (PKH) Rp28,7 triliun, kartu sembako Rp45,1 triliun, kartu prakerja Rp11 triliun, BLT desa Rp28,8 triliun, serta PBI JKN (BPJS Kesehatan) Rp46,5 triliun.

Selain itu, pemerintah juga memperluas perlindungan masyarakat yang diberikan dalam bentuk antara lain kartu prakerja sebesar Rp9 triliun, bantuan pendidikan Rp9 triliun, bantuan PKL warung dan nelayan Rp1,7 triliun, serta BLT minyak goreng Rp7,5 triliun.

"Penambahan anggaran tersebut diharapkan dapat menjaga daya beli masyarakat di tengah kenaikan harga barang konsumsi maupun inflasi," ujarnya.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), laju inflasi Mei 2022 melanjutkan tren peningkatan yang mencapai 3,55 persen secara year on year (yoy). Inflasi ini merupakan yang tertinggi sejak Desember 2017.

Inflasi Mei dipengaruhi oleh tekanan harga komoditas global dan dampak dari kenaikan permintaan Lebaran. Komoditas pangan memberikan kontribusi terbesar.

Secara bulan ke bulan, inflasi Mei tercatat menurun ke level 0,40 persen. Perkembangan inflasi inti didorong oleh daya beli masyarakat yang semakin pulih di tengah dampak dari kenaikan harga komoditas global.

Baca juga artikel terkait INFLASI atau tulisan lainnya dari Dwi Aditya Putra

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Dwi Aditya Putra
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Abdul Aziz