tirto.id - Hajatan Pilpres langsung maupun tak langsung punya korelasi dengan pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia. Selang sehari usai pencoblosan, Kamis (18/4) pasar saham dibuka ke arah positif merespons hasil hitung cepat yang dirilis oleh beberapa lembaga survei.
Secara historis, hajatan politik seperti Pemilu khususnya Pilpres dapat respons pasar. Pada 2014 misalnya, PT Media Nusantara Citra Tbk. dan PT Visi Media Asia Tbk. punya cerita begitu dekatnya korelasi Pilpres dan politik.
Saat pilpres 2014, dua emiten yang masing-masing dimiliki konglomerat Hary Tanoesoedibjo dan Aburizal Bakrie adalah pendukung salah satu calon presiden, yakni Prabowo Subianto dan wakilnya Hatta Rajasa.
Sayang, ajang pilpres kala itu dimenangkan lawannya pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla. Prabowo dan para pendukungnya akhirnya menerima kekalahan.
Namun kekalahan tersebut berpengaruh terhadap saham-saham milik kolega pendukung Prabowo-Hatta. Saham kedua emiten Media Nusantara Citra dan Visi Media Asia anjlok cukup dalam masing-masing sebesar 7 persen dan 6 persen.
Saham yang anjlok ini di Bursa Efek Indonesia juga menjadi bahan olok-olok netizen di Twitter. Olok-olokan itu bahkan sempat menduduki peringkat pertama di Indonesia Trends, dan ketiga di Worldwide Trends.
Selang lima tahun, Pilpres kembali digelar, hasil hitung cepat beberapa lembaga survei, paslon Jokowi-Ma'ruf keluar sebagai pemenang. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI pada perdagangan Kamis (18/4/2019) bergerak positif.
Pada pembukaan perdagangan pagi, IHSG dibuka menguat 1,34 persen ke level 6.568 dari penutupan perdagangan sebelumnya 6.481. Pada penutupan perdagangan sesi siang, IHSG tercatat menguat 0,61 persen ke level 6.521 dari 6.481. Investor asing pun tercatat cukup banyak masuk ke pasar saham.
“Ini karena hasil quick count kemarin, di mana sesuai dengan harapan pasar. Saya prediksi IHSG akan bergerak di rentang 6.450-6.550,” kata Analis Panin Sekuritas William Hartanto kepada Tirto.
Peristiwa politik memang menjadi salah satu risiko non-ekonomi yang dapat memengaruhi keputusan investor dalam berinvestasi. Sebagai pesta politik terbesar di Tanah Air, Pilpres memiliki kekuatan untuk menggerakkan pasar modal.
Korelasi yang positif antara Pilpres dengan pergerakan pasar saham di Indonesia, sempat jadi kajian berjudul “Pengaruh Peristiwa Politik (Pilpres dan Pengumuman Susunan Kabinet) Terhadap Saham Sektor Industri di BEI” oleh Siti Wardani Bakri Katti, gelaran Pilpres bisa memengaruhi pergerakan saham di BEI, terutama saham di sektor industri.
“Ada abnormal return yang signifikan di seputar periode peristiwa. Hal ini menunjukkan peristiwa politik nasional yang terjadi mempunyai information content yang cukup berharga bagi pasar modal Indonesia,” sebut riset itu.
Untuk diketahui, abnormal return adalah salah satu ukuran yang bisa dipakai untuk melihat apakah sebuah peristiwa berpengaruh terhadap pergerakan saham. Apabila abnormal return signifikan, maka terdapat reaksi positif dari pasar modal.
Pertanyaan, ke mana arah pergerakan bursa saham apabila Jokowi resmi kembali menjabat, atau Prabowo yang justru yang menang?
Secara umum, pelaku pasar mengharapkan gelaran Pilpres berjalan aman dan kondusif. Jika ini bisa terjadi, maka arah pergerakan pasar saham ke depan berpotensi menghijau. Apalagi, jika didorong sentimen positif dari ekonomi global maupun domestik. Pasar dan investor butuh kestabilan dan kepastian.
Direktur Investa Sarana Mandiri Hans Kwee menilai pelaku pasar saat ini cenderung ke pasangan nomor urut 01. Alasannya, pelaku pasar bisa menilai rekam jejaknya selama ini, dan hasil kerjanya dianggap positif.
“Investor asing juga kelihatannya ke capres nomor 01. Aliran investasi mereka sudah bergerak move ke pasar kita. Mereka tampaknya optimistis nomor 1 yang menang. Jika iya, indeks IHSG diprediksi juga akan positif,” kata Hans kepada Tirto.
Sepanjang tahun berjalan ini, investasi asing yang masuk ke pasar saham (net buy) menembus Rp14,35 triliun. Kondisi ini berbanding terbalik ketimbang periode yang sama tahun lalu, di mana asing justru jual bersih (net sell) Rp25,86 triliun.
Kebijakan Jokowi yang fokus infrastruktur dalam 4 tahun terakhir ini menjadi alasan utama pelaku pasar cenderung merespons positif mantan wali kota Solo ini. Mereka meyakini infrastruktur adalah kunci untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi.
Kepala Riset Samuel Sekuritas Indonesia Suria Dharma juga meyakini pelaku pasar cenderung ke pasangan nomor urut 01. Pasalnya, emiten-emiten yang akan diuntungkan jika Jokowi terpilih kembali, sahamnya masih menghijau saat ini.
“Dari itu saja, pelaku pasar terlihat sudah mengantisipasi apabila pasangan nomor urut 01 akan menang. Kalau terpilih lagi, IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) dan emiten-emiten yang diuntungkan tadi bakal bergerak positif,” tuturnya.
Berdasarkan riset Samuel Sekuritas, emiten yang bergerak di sektor konsumer dan konstruksi akan diuntungkan apabila Jokowi menang. Ada sekitar 16 emiten yang disebutkan, contohnya seperti PT Wijaya Karya Tbk., dan PT Indofood Sukses Makmur Tbk.
Bila Prabowo-Sandi yang Menang
Hasil hitung cepat beberapa lembaga survei memang memenangkan paslon 01 Jokowi-Ma'ruf, tapi hasil resmi Pilpres tetap mengacu pada hasil perhitungan KPU yang akan dirilis Juni nanti. Namun, bila seandainya Paslon 02 Prabowo-Sandiaga mencatatkan hasil sebaliknya, maka ada beberapa analisis yang akan terjadi.
Pergerakan saham IHSG kemungkinan besar akan terkoreksi untuk dalam jangka pendek. Hal itu dikarenakan pelaku pasar masih meraba-raba kebijakan yang akan dilakukan Prabowo-Sandi apabila terpili. Intinya, ada unsur ketidakpastian, kondisi semacam ini tidak disukai pasar.
“Belum ada yang kongkret dari pasangan nomor urut 02. Apa yang akan dilakukan nanti. Saya enggak klaim siapa bagus siapa jelek. Cuma memang, pasangan nomor urut 01 saja yang bisa diprediksi pasar,” jelas Hans.
Pendapat Hans sejalan dengan analisis dari Samuel Sekuritas. Jika Prabowo-Sandi terpilih, IHSG kemungkinan besar cenderung bergerak berfluktuatif. Pasar juga bakal memilih saham-saham defensif berkapitalisasi besar.
Namun, ada juga emiten yang akan diuntungkan jika Prabowo-Sandi terpilih, terutama yang bergerak di sektor pertanian dan industri berorientasi ekspor. Ini seolah sejalan dengan narasi-narasi yang dibangun oleh paslon 02 selama kampanye yaitu jualan kemandirian pertanian dan pangan.
Respons analis terhadap kedua peluang pasangan itu memang berbeda efeknya ke pasar, tapi pergerakan saham IHSG tetap diprediksi akan positif sampai akhir tahun ini. Secara historis, pergerakan IHSG di setiap tahun berlangsungnya Pilpres tumbuh cukup baik.
Pada 2004, IHSG sepanjang tahun tercatat naik 42 persen. Kala itu, pasangan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)-Jusuf Kalla memenangkan pertarungan melawan Megawati Soekarnoputri-Hasyim Muzadi.
Pada P2009, IHSG melejit 75 persen. SBY berhasil mempertahankan posisi sebagai orang nomor satu di Indonesia. Bersama Boediono, mereka mengalahkan Megawati Soekarnoputri-Prabowo Subianto dan Jusuf Kalla-Wiranto.
Selang lima tahun, kekuasan beralih ke Jokowi. Bersama Jusuf Kalla, mereka menyisihkan pasangan Prabowo-Hatta Rajasa. Sepanjang 2014, IHSG juga tumbuh 23 persen.
“Jika pasangan nomor urut 02 terpilih, koreksi mungkin sifatnya hanya sementara. Sampai akhir tahun, IHSG diprediksi masih akan positif,” jelas Kepala Riset Koneksi Kapital Alfred Nainggolan kepada Tirto.
Editor: Suhendra