Menuju konten utama

Kenapa Awal Puasa 2024 Beda, Tapi Lebaran Idul Fitri Bisa Sama?

Pemerintah dan NU berbeda dengan Muhammadiyah dalam mengawali puasa Ramadhan 2024. Akan tetapi, lebaran Idulfitri berpotensi bareng. Kapan lebaran 2024?

Kenapa Awal Puasa 2024 Beda, Tapi Lebaran Idul Fitri Bisa Sama?
Ilustrasi Ramadhan 2024. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Perbedaan awal bulan puasa 2024 atau 1445 Hijriah terjadi antara pemerintah dan NU dengan Muhammadiyah. Namun, ada kemungkinan lebaran Idulfitri bisa sama. Apa saja alasannya?

Kementerian Agama Republik Indonesia (Kemenag RI) menggelar Sidang Isbat pada Minggu, 10 Maret 2024, di Jakarta, untuk memutuskan 1 Ramadhan 1445 H.

Berdasarkan kriteria Menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS), tanggal 29 Syaban 1445 H atau Minggu, 10 Maret 2024, posisi hilal seluruh wilayah Indonesia belum memenuhi syarat kriteria minimum tinggi hilal 3° dan elongasi 6,4°.

Hasil rukyat pada tanggal 10 Maret 2024 menunjukkan tinggi hilal di seluruh wilayah Indonesia antara -0,33° hingga 0,83°. Elongasinya antara 2,26°-2,59°. Alhasil, secara hisab 1 Ramadhan 1445 H jatuh pada hari Selasa, tanggal 12 Maret 2024.

Senada dengan pemerintah, organisasi masyarakat (ormas) Islam Nahdlatul Ulama (NU) juga menetapkan 1 Ramadhan 1445 H pada hari yang sama.

Di lain sisi, ormas Islam Muhammadiyah sudah membuat keputusan terkait awal puasa Ramadan 1445 Hijriah, yakni Senin, 11 Maret 2024.

Beda Cara Penetapan Awal Ramadhan

Muhammadiyah menggunakan ketentuan hisab (perhitungan astronomis). Metode ini disebut hisab hakiki. Peredaran astronomis yang berpatokan pada gerak bulan dan matahari secara faktual.

Penanggalan Hijriah memakai sistem kamariah atau penanggalan berdasarkan peredaran bulan. Muhammadiyah berkesimpulan bahwa pada Minggu (10/3) petang telah muncul bulan sabit baru (hilal) sekaligus menandai awal Ramadan 1445 H. Alhasil, ibadah puasa dilaksanakan mulai Senin (11/3).

Namun, awal puasa Muhammadiyah berbeda dengan pemerintah dan NU. Hal ini terjadi karena perbedaan metode penentuan awal bulan.

Pemerintah dan NU menggunakan metode hisab yang dipadukan dengan rukyatul hilal (pengamatan). Hisab adalah dasar awal, sedangkan rukyat menjadi tahapan konfirmasi.

NU sudah memprediksi awal Ramadan jatuh pada Selasa (12/3). Data Lembaga Falakiyah Pengurus Besar NU (LF PBNU) yang dirilis via NU Online, Kamis (7/3), menyebutkan hilal kemungkinan baru di angka 0 derajat pada Minggu (10/3) . Angka tersebut di bawah kriteria minimum hilal NU.

Pemerintah melalui Kemenag RI menentukan awal puasa dalam Sidang Isbat yang dilaksanakan Minggu (10/3). Lewat metode serupa NU, Kemenag RI menetapkan awal puasa Ramadan 2024 jatuh pada hari Selasa (12/3).

Pemerintah memiliki pedoman kesepakatan Menteri Agama Brunei, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS). Bulan baru terjadi dengan syarat tinggi hilal kala matahari terbenam adalah minimal 3 derajat dengan sudut elongasi 6,4 derajat. Menurut laporan prediksi BMKG, hilal pada Minggu (10/3) belum memenuhi syarat.

Awal Puasa 2024 Beda, Lebaran Bisa Sama?

Pemerintah dan NU menjalani awal puasa yang berbeda dengan Muhammadiyah. Namun, tak menutup kemungkinan mereka akan merayakan Idulfitri pada hari yang sama.

Perbedaan awal puasa dan persamaan awal lebaran pernah terjadi pada tahun 2022. Pemerintah dan NU menjalani awal puasa pada 3 April 2022. Awal puasa Muhammadiyah dimulai sehari lebih awal, 2 April 2022. Akan tetapi, mereka akhirnya merayakan Idulfitri bersamaan pada 2 Mei 2022.

Perbedaan penentuan awal puasa dan Idulfitri dilandasi sistem kamariah (gerak bulan) kalender Hijriah. Fase 1 bulan dalam Hijriah tak menentu. Satu bulan Hijriah berkisar antara 29-30 hari.

Hal ini berbeda dengan tahun Masehi. Penentuannya berdasarkan perhitungan perputaran bumi terhadap matahari. Gerak bumi terhadap matahari dalam sehari (rotasi), yakni 23,5 jam (dibulatkan menjadi 24). Revolusi bumi (tahun) ialah 365,25 hari.

Pada kalender Masehi, tidak ada perbedaan jumlah hari setiap bulan dalam setahun (antara 30-31 hari). Kecuali bulan Februari yang menjadi gabungan seperempat hari selama 4 tahun (kabisat). Pembulatan 365,25 hari menjadi 365 hari (3 kali dalam 4 tahun) dan 366 hari (1 kali dalam 4 tahun).

Muhammadiyah tahun ini dipastikan puasa selama 30 hari dan dimulai pada Senin, 11 Maret 2024. Melalui Maklumat Nomor 1/MLM/I.0/E/2024,lebaran juga sudah ditentukan pada Rabu, tanggal 10 April 2024.

Sementara pemerintah dan NU masih akan menentukan awal lebaran melalui Sidang Isbat ihwal hisab dan rukyatul hilal pada akhir bulan Ramadhan. Data BMKG pada Senin (11/3/2024) menunjukan hilal bulan mencapai kisaran 10 derajat lebih di ujung timur Indonesia dan 13 derajat lebih di ujung barat Indonesia.

Oleh karenanya, pemerintah dan NU kemungkinan hanya akan menjalani puasa 29 hari dan berlebaran pada tanggal 10 April 2024. Keputusan soal lebaran 2024 baru akan ditentukan melalui Sidang Isbat Idulfitri di akhir bulan Ramadan nanti.

Baca juga artikel terkait RAMADHAN 2024 atau tulisan lainnya dari Dicky Setyawan

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Dicky Setyawan
Penulis: Dicky Setyawan
Editor: Beni Jo & Fitra Firdaus