Menuju konten utama

Kementerian BUMN Segera Revitalisasi 76 Bandara

Untuk merevitalisasi 76 bandara itu, Kementerian BUMN akan melibatkan PT Garuda Indonesia Tbk (Persero), PT Angkasa Pura I-II, PT Dirgantara Indonesia serta Unit Pelayanan Teknis Kementerian Perhubungan.

Kementerian BUMN Segera Revitalisasi 76 Bandara
Aktifitas keberangkatan dan kedatagan pesawat di landasan pacu bandara Ngurah Rai, Bali. Antara foto/Wira Suryantala.

tirto.id - 76 bandara kelas IV yang memiliki landas pacu sepanjang 800-1.000 meter dan memiliki pertumbuhan ekonomi yang baik akan segera direvilalisasi hingga lima tahun ke depan.

Untuk menjalankan program itu, Kementerian BUMN akan melibatkan PT Garuda Indonesia Tbk (Persero), PT Angkasa Pura I-II, PT Dirgantara Indonesia serta Unit Pelayanan Teknis Kementerian Perhubungan.

"Revitalisasi bandara kelas IV ini dilakukan pada daerah-daerah yang memiliki pertumbuhan ekonomi, populasi penduduk yang tinggi dan memiliki potensi pasar ekspor," kata Direktur Utama PT Garuda Indonesia, Arif Wibowo, di Kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Selasa (24/1/2017).

Lebih lanjut Arif mengatakan, PT Garuda Indonesia sedang mengeksplorasi bandara mana saja yang masuk dalam program revitalisasi itu, dengan syarat, bandara itu tidak tergarap baik dan memiliki potensi besar dikembangkan.

Contohnya, kata dia, seperti Bandara Muara Teweh (Kalimantan Tengah), Bandara Tanjung Enim (Sumatera Selatan), Bandara Karimun Jawa (Jawa Tengah), dan Bandara Pulau Seram (Maluku)

"Dari 76 bandara itu, 16 di antaranya siap dikembangkan dalam waktu dekat. Selebihnya ditargetkan tuntas dalam lima tahun," katanya dikutip dari Antara.

Jika sudah direvitalisasi, maka bandara tersebut bisa melayani 106 rute penerbangan.

Arif juga menegaskan bahwa yang terpenting adalah pesawat terbang mampu mendarat dan lepas landas di landas pacu pendek.

Baca juga artikel terkait REVITALISASI BANDARA atau tulisan lainnya dari Alexander Haryanto

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Alexander Haryanto
Penulis: Alexander Haryanto
Editor: Alexander Haryanto