Menuju konten utama

Kementan Sebut Musim Kemarau 2019 Tidak Pengaruhi Stok Beras

Ketersediaan beras selama musim kemarau 2019 disebut oleh Kementan tidak mempengaruhi stok.

Kementan Sebut Musim Kemarau 2019 Tidak Pengaruhi Stok Beras
Pekerja sedang menata karung beras di Pasar Induk Besar Cipinang, Jakarta. tirto.id/Andrey Gromico

tirto.id - Kementerian Pertanian (Kementan) mengklaim, kekeringan yang terjadi selama musim kemarau 2019 ini tidak banyak memengaruhi ketersediaan beras.

Direktur Jenderal Tanaman Pangan, H. Sumardjo Gatot Irianto menjelaskan, pada kekeringan kali ini saja, jumlah luas padi yang rusak atau puso hanya berkisar 9.940 hektar (Ha) dari 102.654 Ha lahan yang mengalami kekeringan yang tersebar pada lahan padi di Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara.

Jumlahnya, kata Gatot, juga relatif kecil jika dibandingkan dengan rata-rata lahan padi nasional yang berkisar 450 ribu Ha dari total luas yang didata Kementan sebanyak 15 juta Ha lahan padi per 2018 kemarin. Alhasil, Gatot yakin 9.000-an Ha luas lahan yang berstatus puso ini tak akan berpengaruh pada stok beras yang dimiliki Indonesia.

“Ya sekarang kekeringannya saja kecil. Masa ribut stok beras. Sekarang harga beras murah, kami diam saja. Masih aman banget, ini kecil sekali,” ucap Gatot usai konferensi pers di Kementan, Jakarta, Senin (8/7/2019).

Alasan lain, Gatot juga menjelaskan jika pemerintah mampu mengompensasi luas lahan puso itu. Menurut Gatot, pemerintah sudah menyiapkan luas lahan kompensasi yang jauh lebih besar dari luas yang mengalami puso.

Belum lagi, tambahnya, jenis padi yang ditanam adalah yang bisa bertumbuh di lahan kering seperti inpago sehingga tetap dapat berproduksi 5-7 ton meskipun di tengah musim kemarau.

“Luas tanaman padi yang bisa mengompensasi puso itu 670 ribu Ha potensinya. Kalau dikerjakan tiga per empat saja sudah dahsyat itu,” tukas Gatot.

Baca juga artikel terkait KEKERINGAN DI INDONESIA atau tulisan lainnya dari Vincent Fabian Thomas

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Vincent Fabian Thomas
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Dewi Adhitya S. Koesno