tirto.id - Direktorat Jenderal Anggaran (DJA) Kementerian Keuangan mencatat total piutang Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dari Kementerian atau Lembaga (KL) mencapai Rp27,64 triliun hingga per 30 Juni 2023. Total piutang ini tersebar di 63 KL.
"Masih banyak instansi atau pengelola yang belum tuntas mengelola PNBP, sehingga kalau ada tunggakan, tagihan, itu belum cukup optimal untuk dilakukan penagihan," kata Direktur Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Isa Rachmatarwata Isa dalam media briefing, Rabu (12/7/2023).
Berdasarkan data DJA, total piutang PNBP KL selalu mengalami peningkatan. Misalnya, pada 2020 total piutang mencapai Rp13,85 triliun, naik menjadi Rp31,54 triliun di 2021. Piutang ini kemudian turun menjadi Rp25,03 triliun di 2022 dan kembali meningkat menjadi Rp27,64 triliun hingga pertengahan semester I.
Isa memastikan bahwa pihaknya akan mengejar agar PNBP di masing-masing KL ini bisa dibayarkan. Terlebih piutang tersebut adalah hasil dari tunggakan-tunggakan di masa lalu.
"Ini kita akan bekerja sama dengan K/L tersebut untuk mengupayakan penyetoran dari tunggakan tersebut," jelasnya.
Dia mengatakan, saat ini PNBP sudah semakin menjadi sumber penerimaan negara yang signifikan. Dalam beberapa tahun, pada saat harga komoditas sedang tinggi, bahkan penerimaan PNBP ini lebih tinggi dari kepabeanan dan cukai.
"Karena itu kita ingin mengelolanya juga semakin baik. Apalagi yang kita ketahui dari SDA," katanya.
Dalam Rapat Kerja Badan Anggaran DPR, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan postur outlook APBN 2023. Pendapatan negara akan diperkirakan realisasinya mencapai Rp2.637 triliun atau 107,1 persen, tumbuh 7 persen di atas target.
Penerimaan pajak diperkirakan mencapai Rp1.818,2 triliun atau 105,8 persen dari target atau 5,9 persen pertumbuhannya, penerimaan kepabeanan dan cukai Rp300 triliun atau 99 persen dari target, dan Penerimaan Negara Bukan Pajak Rp515,8 triliun atau 116,9 persen dari target atau tumbuh 13,4 persen.
“Jangan lupa tahun lalu pertumbuhan karena harga-harga komoditas yang luar biasa terjadi. Jadi ini adalah suatu prestasi untuk bisa menjaga walaupun harga komoditas mengalami penurunan dan pelemahan ekonomi global,” ungkapnya.
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Anggun P Situmorang