Menuju konten utama

Kemenkes: 42 dari 78 Jemaah Haji Meninggal akibat Sakit Jantung

Kemenkes mencatat hingga hari ke-25 ibadah haji 2023, sebanyak 42 dari 78 jemaah haji Indonesia yang meninggal di Arab Saudi disebabkan penyakit jantung.

Kemenkes: 42 dari 78 Jemaah Haji Meninggal akibat Sakit Jantung
Seorang peserta ibadah haji menggendong jamaah lansia usai melakukan umrah di pelataran Masjidil Haram, Mekah, Arab Saudi, Selasa (6/6/2023). Kemenag memprioritaskan pelaksanaan lansia pada pelaksanaan haji 2023 dimana jumlah lansia berjumlah sekitar 66 ribu atau 30 persen kuota haji Indonesia. ANTARA FOTO/Wahyu Putro A/aww.

tirto.id - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI melaporkan sebanyak 42 dari 78 jemaah haji Indonesia yang meninggal di Arab Saudi disebabkan penyakit jantung. Angka itu berdasarkan data hingga hari ke-25 penyelenggaraan ibadah haji 2023.

Penanggungjawab Medis KKHI Makkah Muhaimin Munizu menyampaikan penyakit jantung dapat disebabkan oleh beberapa faktor risiko seperti usia dan penyakit komorbid.

“Banyak jemaah haji sakit yang dirujuk di KKHI dan Rumah Sakit Arab Saudi, dengan keluhan serangan jantung, mayoritas sebelumnya menjalani aktifitas fisik yang berat seperti umrah. Pasien mengalami serangan jantung pasca melakukan tawaf atau sai,” kata Muhaimin dalam siaran pers, Senin (19/6/2023).

Muhaimin menjelaskan seseorang yang memiliki usia di atas 45 tahun untuk laki-laki dan di atas 55 tahun untuk wanita berisiko terkena penyakit jantung.

Dari segi usia, fenomena peningkatan jumlah jemaah haji lansia tahun ini menjadi sinyal peringatan pada pemantauan pelayanan kesehatan terutama penyakit jantung.

Faktor risiko kedua adalah penyakit komorbid seperti hipertensi, diabetes melitus, dan gangguan kolesterol yang dapat menimbulkan risiko terkena penyakit jantung.

“Melalui Kartu Kesehatan Jemaah Haji (KKJH) diketahui banyak jemaah haji lansia kita memiliki penyakit penyerta tersebut,” ujar Muhaimin.

Muhaimin menemukan juga jemaah haji yang sudah dalam terapi penyakit jantung koroner atau dengan gagal jantung. Dengan begitu, jemaah haji dengan riwayat dan faktor risiko penyakit jantung menjadi prioritas bagi petugas kesehatan untuk melakukan pemantauan terus-menerus.

Dia juga menyatakan jemaah haji dengan penyakit jantung masih bisa menjalankan ibadah haji dengan lancar, tetapi harus disesuaikan dengan kemampuan dan tidak memaksakan diri.

“Seharusnya jemaah dengan penyakit jantung tidak dipaksakan untuk melakukan aktifitas fisik yang berat. Solusinya bisa difasilitasi dengan penggunaan kursi roda. Selain itu disarankan kepada jemaah haji untuk memilih waktu yang tepat untuk melakukan ibadah wajib seperti pada malam hari untuk menghindari cuaca ekstrim,” kata Muhaimin.

Jemaah haji perlu mewaspadai tanda-tanda serangan jantung seperti tiba-tiba merasa nyeri hebat di dada sebelah kiri, sesak nafas, kelelahan ekstrim, keringat dingin dan nyeri ulu hati. Jika jemaah haji mengalami tanda-tanda seperti ini, segeralah meminta bantuan tenaga kesehatan terdekat.

Muhaimin berpesan TKH diharapkan bisa lebih cepat melakukan skrining dengan pemeriksaan EKG. Alat rekam jantung/EKG sudah disediakan di setiap pos kesehatan sektor, sehingga deteksi dini penyakit jantung dapat lebih mudah dilakukan.

“Jika jemaah mengalami tanda-tanda serangan jantung, segeralah meminta bantuan tenaga kesehatan. TKH di kloter bisa cepat melakukan pemeriksaan EKG yang ada di pos kesehatan sektor. Harapannya mencegah komplikasi dari serangan jantung itu sendiri,” ujar Muhaimin.

Baca juga artikel terkait IBADAH HAJI 2023 atau tulisan lainnya dari Mochammad Fajar Nur

tirto.id - Kesehatan
Reporter: Mochammad Fajar Nur
Penulis: Mochammad Fajar Nur
Editor: Gilang Ramadhan